JATIMTIMES - Ancaman tanah gerak di Kota Batu, utamanya Desa Gunungsari, Bumiaji, sudah sejak lama. Hal ini lantaran kondisi tanah yang tak mampu menahan beban karena adanya pergerakan air resapan. Sudah bertahun-tahun kondisi tersebut disadari sebagai kerawanan, ahli Geoteknologi merekomendasikan agar fungsi dan keseimbangan alam di wilayah setempat dipulihkan.
Kondisi kerawanan itu diakui salah satu warga Dusun Brau, Siti Kholifah (32). Ia menyampaikan bahwa rumahnya terjadi keretakan hampir setiap tahun. Saat ini, keretakan tanah dapat dilihat di ruang dapur dan ruang makan rumahnya.
Baca Juga : Berkah Hari Jadi ke-110, Kota Malang Bawa Pulang 7 Penghargaan Top BUMD Award
Kholifah sebenarnya merasa sudah tidak khawatir terhadap bencana yang lebih besar bisa saja menimpanya, karena sudah merasa terbiasa. Namun, ia tak bisa memungkiri adanya kerugian yang harus ditanggung akibat kerusakan rumah tinggalnya ketika terjadi tanah gerak.
"Retaknya sedikit demi sedikit, setiap tahun kurang lebih 1-1,5 sentimeter. Enggak ada bunyi, tahu-tahu retak lebar tidak terasa. Dibenerin pernah tapi tetap aja seperti itu," katanya, Rabu (20/3/2024).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah juga sempat merekomendasikan bahwa wilayah terdampak dijadikan konservasi dan kembali dilakukan penanaman pohon. Dengan begitu kawasan tersebut dialihfungsikan menjadi daerah konservasi tangkapan air. Kemudian, diperlukan rekayasa teknis penguatan struktur tanah.
Ahli Bidang Geoteknologi Politeknik Negeri Jakarta, Putera Agung saat belum lama ini turut meninjau menyampaikan, bahwa wilayah Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu harus dikembalikan seperti kondisi semula. Yakni mengembalikan alam dengan tanaman hutan.
Putera Agung menyebut Pihak BPBD Kota Batu dan timnya juga telah melalukan kajian pada tahun 2022. Hasilnya bahwa kondisi di wilayah tersebut dahulu terdapat pohon-pohon besar sebagai penghisap tekanan air yang besar.
Namun karena kawasan berubah dan tanaman yang hilang, didapati akuifer yang besar di bawah lapisan tanah di Dusun Brau. Akuifer adalah lapisan yang terdapat di bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air.
Akuifer adalah lapisan yang terdapat di bawah tanah, mengandung air dan dapat mengalirkan air. Lapisan akuifer mengandung formasi batu-batuan yang mampu melepaskan air yang mampu membentuk mata air.
"Dulunya kan di sini pohon-pohon besar, ada keseimbangan alam, dimana ketika ada tekanan yang besar, tekanan air pori akan dihisap lagi oleh tanamannya," kata Putera Agung, belum lama ini.
Baca Juga : Dewan Desak Pemkot Relokasi Sekolah Terdampak Tanah Gerak Sebelum Pergantian Tahun Ajaran Baru
Wilayah tersebut, sambungnya, menjadi pemukiman dan terdapat fasilitas umum seperti bangunan sekolah. Perubahan itu mempengaruhi hilangnya keseimbangan alam. "Seperti halnya kita pegang selang, terus dihambat, tekanannya jadi besar, itu terjadi disana, tekanan yang besar ini menggerakkan lapisan atas," urainya.
Ia merekomendasikan untuk daerah Dusun Brau dikembalikan fungsinya seperti semula dengan menanam tanaman yang dapat menekan tekanan air pori.
"Harus dikembalikan ke kondisi alamnya yang semula, disini bisa menjadi sumur raksasa dibawah kita untuk air mineral, dan lainnya lebih bermanfaat. Seperti cemara, banyak jenisnya, seperti pinus, potensi wisata juga bisa, tapi kalau untuk fasilitas umum sangat membahayakan, jadi kalau sudah dikembalikan bisa normal lagi," tambah Putera.
Diketahui pergerakan tanah itu terjadi pada Kamis 14 Maret 2024 lalu, mengakibatkan beberapa lahan persawahan mengalami retak, bangunan SD/SMP Satu Atap di Desa Gunungsari mengalami beberapa keretakan. Selain itu tak kurang 10 rumah mengalami keretakan pada tembok dengan lebar sekitar 10 sampai 18 sentimeter.
Kondisi salah satu titik jalan aspal juga mengalami ambles sekitar 20 hingga 30 centimeter. Beberapa tahun lalu, kondisi serupa juga melanda kawasan tersebut, sehingga warga yang terdampak harus dievakuasi di kawasan yang tidak jauh dari rumah mereka.