JATIMTIMES- Senja dan bulan Ramadan menjadi waktu yang paling memikat di Keboen Kopi Karanganjar, sebuah tempat yang tak hanya memamerkan keindahan alamnya, tetapi juga menjadi saksi bisu jejak sejarah yang kaya.
Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur khas Belanda menjulang kokoh, mengajak pengunjung untuk menyelami masa lalu yang jauh, sementara nuansa ngabuburit dipenuhi dengan keceriaan dan kegiatan yang beragam, mulai dari berfoto hingga berbagi cerita dengan wisatawan mancanegara.
Baca Juga : Viral Lagu Kita Bikin Romantis Maliq & D'Essentials, Dibuat Plesetan Siapkan Buka Puasa
Ya, di tengah gemerlap Kabupaten Blitar, Jawa Timur, terdapat sebuah destinasi yang menonjol dengan pesonanya yang tak tergantikan: Keboen Kopi Karanganjar. Sejak tahun 1874, kebun kopi ini telah menemani perjalanan sejarah, berdiri kokoh di Dusun Karanganyar, Desa Modangan, Kecamatan Nglegok. Selayaknya permata berlian, kebun kopi ini menggoda pengunjung dengan perpaduan antara keindahan alam yang memukau dan sejarah yang memikat.
Saat senja mulai melengkapi langit, Keboen Kopi Karanganjar menampilkan keajaiban lain dari pesonanya. Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur Belanda, yang sejak lama menjadi saksi bisu masa lalu, menjulang megah di antara hijaunya pepohonan kopi. Roof bergaya khas, fasad simetris, dan dinding tebal menciptakan kembali atmosfer masa kolonial Belanda di Indonesia.
Setiap langkah di lorong-lorong yang dikelilingi oleh pohon-pohon kopi membawa pengunjung lebih dekat dengan nuansa autentik masa lalu.
Namun, pesona Keboen Kopi Karanganjar tidak berhenti di sana. Saat senja merangkul area kebun kopi, suasana ngabuburit pun menjadi semakin hidup. Pengunjung dari berbagai daerah berduyun-duyun datang ke tempat ini, terpesona oleh keindahan alam, bangunan dan sejarah yang ditawarkan.
Mereka berpose di antara bangunan yang sepuh, menciptakan konten video yang menarik, dan berbagi cerita dengan penuh semangat. Suasana ramai dan penuh keceriaan menyelimuti area kebun kopi, menciptakan momen yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung.
Seiring langkah di tengah lorong-lorong bangunan bersejarah, pengunjung dapat merasakan getaran sejarah yang kuat. Koleksi barang antik yang dipamerkan, mulai dari perabotan hingga senjata peninggalan bangsa Eropa, menjadi bukti nyata kehidupan masa lalu. Setiap artefak memiliki cerita tersendiri, mengajak pengunjung untuk merenungkan perjalanan panjang sejarah Indonesia, dari masa kolonial hingga merdeka.
Bagi para pecinta kopi dan penggemar sejarah, Keboen Kopi Karanganjar merupakan surga yang tak boleh dilewatkan. Kisah kebun kopi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari jejak sejarah Indonesia. Berakar sejak tahun 1874, hampir tujuh dekade lamanya sebelum bendera merah putih berkibar sebagai lambang kemerdekaan. Awalnya, lahan ini dikelola oleh tangan-tangan Belanda yang saat itu menguasai Nusantara dengan cengkeramannya yang kuat.
Namun, tiada yang abadi di bawah langit ini. Pada tahun 1957, angin perubahan berhembus dengan kuat ketika Presiden Soekarno memutuskan untuk mengambil alih kepemilikan aset-aset yang sebelumnya dikuasai oleh pihak asing. Begitu pula dengan kebun kopi ini, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari harta kekayaan bangsa.
"Kabupaten Blitar memang terkenal dengan sejarahnya yang kaya dan pesona alam yang menakjubkan. Di antara gemerlap sejarah dan keindahan alam, satu destinasi menonjol yang patut untuk dikunjungi: De Karanganjar Koffieplantage, kebun kopi tertua kami," ujar Komisaris De Karanganjar Koffieplantage, Herry Nugroho.
Pada tahun 1960, kepemilikan serta pengelolaan kebun kopi ini berpindah tangan ke PT Harta Mulia, yang didirikan oleh Denny Roeshadi, seorang veteran perang yang berdedikasi. Dengan tangan terampilnya, merek "De Karanganjar Koffie" pun dihadirkan untuk mempersembahkan kopi-kopi pilihan dari kebun kopi Karanganyar ini, menggambarkan kualitas dan keunggulan produknya.
"Sejarah yang terukir di Keboen Kopi Karanganjar sangatlah kaya. Dari masa penjajahan Belanda hingga zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, banyak cerita yang terpatri di sini," tambah Herry Nugroho, menyiratkan betapa berharga dan menginspirasi jejak sejarah yang tersimpan di balik dedaunan hijau kebun kopi itu.
Baca Juga : Menpora Dito Ariotedjo Panen Hujatan Netizen Usai Lakukan Ini Saat Foto Bareng Jonatan Christie
Namun, kebun kopi ini bukanlah semata destinasi wisata biasa. Ia juga menjadi wakil arsitektur Belanda yang khas. Bangunan-bangunan kuno dengan sentuhan arsitektur Indische Empire style masih megah berdiri di antara pepohonan rindang. Rooftop yang khas, fasad simetris, dan dinding-dinding yang tebal menghadirkan nuansa yang khas dan masih terjaga hingga kini.
"Arsitektur yang terselip di Keboen Kopi Karanganjar adalah bukti kejayaan kolonial Belanda di Indonesia. Kami berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memelihara keaslian dan keutuhan bangunan bersejarah ini, agar setiap pengunjung dapat merasakan nuansa otentik dari masa lalu yang membekas," lanjutnya, dengan penuh semangat menjaga warisan berharga tersebut untuk generasi yang akan datang.
Bangunan-bangunan bersejarah, seperti rumah loji dan gudang produksi, masih menjulang megah di tengah hamparan hijau kebun kopi yang dipenuhi dengan pohon-pohon raksasa. Di sela-sela dedaunan yang rimbun, pengunjung akan menjumpai sejumlah artefak bersejarah yang terpelihara dengan baik, mulai dari perabotan zaman dulu hingga senjata peninggalan tentara Belanda.
"Saat menyambangi Keboen Kopi Karanganjar, pengunjung seakan diundang untuk merasakan pengalaman unik seperti mengarungi lorong waktu. Di sini, tersimpan artefak-artefak bersejarah yang telah dirawat dengan baik, menjadi saksi bisu dari rentetan sejarah yang tak ternilai harganya," lanjut Herry, menggambarkan pengalaman tak terlupakan bagi setiap pengunjung yang melintasi sejarah yang hidup di antara dedaunan hijau kebun kopi itu.
Setelah masa-masa sulit akibat pandemi Covid-19, Keboen Kopi Karanganjar kembali berdiri dengan gagah, kali ini dengan tambahan yang menarik: Museum Blitaran. Museum ini mempersembahkan ragam artefak budaya dan sejarah yang memukau. Dari potongan-potongan batik khas Blitar, hingga keris-keris bersejarah, ageman, dan lukisan-lukisan karya sang maestro, Basuki Abdullah. Namun, tak hanya itu, Museum Nugroho, begitu kini museum ini dipanggil, juga menampilkan kesuksesan Herry Nugroho dalam kepemimpinannya sebagai bupati Kabupaten Blitar dalam dua periode.
"Dengan kehadiran Museum Nugroho ini, kami ingin berbagi lebih banyak cerita dan pengetahuan sejarah kepada setiap pengunjung yang melangkah di sini," ujar Herry, dengan harapan bahwa kehadiran museum ini akan memberi pengalaman berharga bagi setiap pengunjung.
Dan dengan penuh semangat, Keboen Kopi Karanganjar membuka pintunya untuk melayani reservasi selama Bulan Ramadan 2024. Sebagai sebuah destinasi yang kaya akan sejarah, keindahan alam, dan nuansa masa lalu yang memikat. Kapan lagi merasakan pengalaman yang istimewa di tengah-tengah kebun kopi peninggalan kolonial yang tetap berdiri megah.
"Keboen Kopi Karanganjar membuka reservasi untuk pengunjung yang ingin menikmati pengalaman istimewa di bulan Ramadan 2024. Awal Ramadan ini banyak yang datang kesini untuk buka puasa bersama,” pungkas Herry Nugroho.