JATIMTIMES - Pada 17 Ramadan 2 Hijiriah, Perang Badar terjadi. Saat itu Umay Islam berperang melawan kaum Kafir Quraisy. Meski jumlah pasukan muslim hanya berjumlah 313 orang, mampu mengalahkan pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.
Setelah perang tersebut, terdapat 70 orang pasukan musuh yang menjadi tawanan. Mereka dibawa pasukan Muslim ke Madinah. Saat itu, para tawanan yang telah kalah ingi tetap hidup. Tetapi, mereka takut dan khawatir akan ketegasan dan sikap keras yang akan dilakukan Rasulullah SAW. Kekhawatiran ini berkaca pada sikap mereka dahulu yang selalu mengganggu para sahabat dengan cara-cara yang kejam saat berada di Mekkah.
Baca Juga : Ketua Komisi D Dukung Langkah Menteri AHY Bongkar Mafia Tanah di Jatim
Mereka ini masih ingin hidup, ingin kembali ke Makkah, meskipun dengan tebusan yang mahal. Tetapi mereka masih khawatir Nabi Muhammad SAW akan bersikap keras kepada mereka mengingat gangguan mereka terhadap sahabat-sahabatnya selama beberapa tahun lalu, saat mereka berada di Makkah.
Kemudian mereka berkata satu sama lain: "Sebaiknya kita mengutus orang kepada Abu Bakar. Ia paling menyukai silaturahmi dengan Quraisy, paling punya rasa belas kasihan, dan kita tidak melihat Muhammad menyukai yang lain lebih dari dia."
Kemudian dikirim seorang untuk menemui Abu Bakar. Mereka kemudian berkata, "di antara kita ada yang masih bertalian sebagai orangtua, saudara, paman atau mamak kita serta saudara sepupu kita. Orang yang jauh dari kita pun masih kerabat kita. Bicarakanlah dengan sahabatmu itu supaya ia bermurah hati kepada kami atau menerima tebusan kami."
Abu bakar pun berjanji akan berusaha untuk bersikap lembut. Namun para tawanan khawatir jika Umar bin Khattab mempersulit urusan mereka. Mereka kemudian menyampaikan maksud hal tersebut kepada Umar. Dengan tatapan muka Umar yang penuh curiga kepada mereka. Meski begitu, Umar tak berkata apapun.
Kemudian Abu Bakar mewakili para tawanan kaum Quraisy itu menjadi perantara kepada Rasulullah SAW.
Abu Bakar mengharapkan para tawanan mendapatkan sikap yang lembut. Abu Bakar juga menolak alasan Umar untuk bertindak keras kepala para tawanan. ABU bakar mengingatkan akan hubungan yang masih kerabat dengan Nabi.
Baca Juga : Siapa Mio Mirza? Sosok yang Viral Banget di Medsos hingga Dicari Boy William
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987), menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq memang telah menjadi bawaannya sebagai orang yang lembut hati, dan penuh kasih sayang. Bagi Abu Bakar, hal ini sama dengan keimanannya pada kebenaran dan keadilan.
Menurutnya, sikap Abu Bakar yang penuh kasih sayang juga menjadi faktor mereka menang. Abu Bakar mampu mengendalikan hawa nafsunya.
"Yang menggerakkan hatinya hanyalah kekuatan dan kemampuan. Atau, kekuasaan manusia terhadap dirinya ialah kekuasaan yang dapat meredam bengisnya kekuatan, dapat melunakkan kejamnya kekuasaan," kata Haekal.
Meski diketahui, bahwa dalam Perang Badar ini, ada pasukan yang gugur. Ada 14 pasukan muslim yang gugur Sahid. 6 orang berasal dari kaum Muhajirin dan 8 orang dari kaum Anshar. Sementara dari pasukan musuh ada 70 orang yang tewas.