JATIMTIMES- Belakangan ini di berbagai media sosial tengah ramai penelusuran tentang salat dhuha. Hal ini terjadi setelah diketahui bahwa Pimpinan Majelis Taklim Nurul Mustofa, Habib Hasan bin Umar bin Jafar Assegaf meninggal dunia setelah menunaikan salat dhuha.
Alhasil, banyak warganet yang mencaritahu keutamaan hingga bacaan salat dhuha, dan menjadi trending dalam penelusuran Google. Lantas apa keutamaan salat dhuha?
Baca Juga : Merasa Dirugikan, Seorang Nasabah Gugat CIMB Niaga ke PN Malang
Dhuha termasuk salah satu dari salat sunah yang dianjurkan. Terdapat banyak dalil, baik dari Al-Qur’an maupun hadits yang menegaskan keutamaan salat dhuha. Syekh Zainuddin al-Malibari dalam Fathul Mu’in menjelaskan sebagai berikut:
ويسن الضحى لقوله تعالى "يسبحن بالعشي والإشراق" قال ابن عباس صلاة الإشراق صلاة الضحى. روي الشيخان عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : أوصاني خليلي بثلاث: صيام ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الضحى، وأن أوتر قبل أن أنام
Artinya: Salat dhuha disunahkan berdasarkan firman Allah SWT: Bertasbih bersama dia di waktu petang dan pagi. Ibnu Abbas menafsirkan shalat isyraq adalah salat dhuha. Bukhari Muslim juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa: Rasulullah pernah berwasiat tiga hal kepadaku: Puasa tiga hari dalam setiap bulan, salat dhuha dua rakaat, dan witir sebelum tidur.
Wasiat Nabi tersebut tidak hanya khusus bagi Abu Hurairah, tetapi berlaku untuk seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Sebab di dalam hadits lain disebutkan salat dhuha memiliki banyak keutamaan dan hikmah. Berikut ini 3 keutamaan salat dhuha, melansir NU Online:
1. Diampuninya Dosa
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dijelaskan bahwa orang yang membiasakan shalat dhuha dosanya akan diampuni oleh Allah SWT, meskipun dosa tersebut sebanyak buih di lautan. Rasulullah bersabda:
من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر
Artinya: Siapa yang membiasakan (menjaga) shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan. (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
2. Tidak Dianggap Orang Lalai
Setiap orang tentu tidak ingin dianggap sebagai orang lengah ataupun lalai dalam hal mencari rahmat Tuhan. Salah satu cara agar terhindar dari sifat lalai adalah mengerjakan salat dhuha. Rasulullah bersabda sebagai berikut:
من صلى الضحى ركعتين لم يكتب من الغافلين
Artinya: Orang yang mengerjakan shalat dhuha tidak termasuk orang lalai. (HR Al-Baihaqi dan An-Nasa’i).
3. Sebagai Sedekah
Rasulullah bersabda sebagai berikut:
يصبح على كل سلامي من أحدكم صدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة، ويجزئ عن ذلك ركعتان يركعهما من الضحي
Artinya: Setiap pagi, ruas anggota tubuh kalian harus dikeluarkan sedekahnya. Amar ma’ruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua rakaat. (HR Muslim).
Selain tiga keutamaan di atas, masih banyak hikmah salat dhuha yang disebutkan dalam hadits Nabi. Dengan demikian akan sangat dianjurkan untuk dikerjakan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT dan mengikuti yang telah dianjurkan Nabi Muhammad SAW.
Adapun tata cara salat dhuha tidak jauh berbeda sebagaimana salat sunnah yang lainnya. Berikut adalah tata cara salat dhuha.
1. Niat salat dhuha
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: Saya niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.
2. Membaca surat Al-Fatihah
3. Membaca surat-surat pendek Al-Qur’an.
Di rakaat pertama dianjurkan untuk membaca surat as-Syamsu. Sementara di rakaat kedua dianjurkan untuk membaca srat ad-Dhuha. Namun boleh juga diganti dengan surat lain seperti surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas.
Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan salat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat. Kemudian dianjurkan untuk membaca doa sebagai berikut:
Doa salat dhuha
Baca Juga : Jangkau 4,7 Juta Anak, Sub PIN Polio Jatim Capai 105,93 Persen
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya: Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang salih.
Setelah itu dianjurkan untuk memperbanyak doa sebanyak 40 kali atau 100 kali, bacaannya sebagai berikut:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Rabbighfir lî, warhamnî, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwâbur rahîm.
Artinya: Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku. Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang. (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman: 255).
Adapun waktu salat Dhuha sebenarnya adalah mulai matahari terbit seukuran satu tombak sampai waktu zawâl sebagaimana telah disebutkan. Meski begitu, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Dalam fiqih diistilahkan dengan rumus: ‘setelah melewati seperempat siang’ (dihitung dari awal subuh). Kira-kira mulai sekitar jam 9 pagi.