JATIMTIMES - Hasil penghitungan suara pemilu, baik presiden, DPD, DPR RI, DPR provinsi, dan DPRD kabupaten, yang dilakukan KPU Jember, sudah dianggap final walau masih ada beberapa masalah yang masih menjadi PR saat penghitungan di tingkat provinsi.
Salah satunya adalah munculnya Jumadi Made yang ikut orasi menentang sikap KPU dan Bawaslu yang tidak memberikan rekomendasi atas laporan dan keberatan yang dilayangkan PAN dan PPP pada malam terakhir rekapitulasi KPU Jember pada Rabu (6/3/2024) dini hari di Hotel Aston.
Baca Juga : Kejutan Pemilu: PKB Kuasai Dua Kursi di Dapil VII Jatim, Neng Laili Abidah Memimpin Perubahan
Warga Jember banyak yang mengenal dan mengetahui bahwa Jumadi Made adalah caleg Partai Nasdem. Aksinya juga sempat viral saat dirinya mengamuk di kantor Kecamatan Ajung saat awal proses rekapitulasi tingkat PPK dan juga saat mengawal suara Partai Nasdem di Kecamatan Sumbersari.
Namun, meski dirinya gagal terpilih menjadi anggota dewan melalui Partai Nasdem, kiprah Jumadi masih terlihat saat orasi di Hotel Aston Jember. Apalagi saat dirinya orasi, terekam kamera ketika tiba-tiba Kapolres Jember AKBP Bayu Pratama Gubunagi mengambil mikrofonnya dan menanyakan korlap aksi yang dilakukan.
"Meski saya gak lolos menjadi anggota dewan, tapi kepedulian saya pada demokrasi di Jember tidak akan luntur. Mungkin warga Jember heran melihat saya orasi dan terkesan mendukung Caleg DPR RI PAN. itu semua saya lakukan karena saya tidak tega melihat Cak Salam (H Abdus Salam caleg PAN DPR RI, red) diperlakukan tidak adil," ujar Jumadi Jumat (8/3/2024) saat bertemu media ini.
Jumadi menilai proses rekapitulasi yang carut-marut, terutama di Kecamatan Sumberbaru, tidak lepas adanya permainan dari penyelenggara pemilu, serta ada campur tangan partai politik tertentu yang sengaja mengacak-acak proses pesta demokrasi, yang ujung-ujungnya untuk meloloskan caleg tertentu.
"Padahal, kalau mau, jujur, Cak Salam memberikan kontribusi besar untuk kemenangan capres Prabowo-Gibran di Jember. Meski saya berasa di barisan capres pasangan Amin (Anies-Muhaimin), tapi saya salut. Kemenangan Prabowo di Jember tidak lepas dari 2 sosok di Jember, yakni Cak Salam dan Gus Fawaid," ujar Jumadi.
Menurut pria yang juga pengurus organisasi Gerpas (Gerakan Pemuda Aksi Sosial) Jember itu, caleg yang tidak peduli dengan pencalonannya, tapi all out untuk memenangkan pasangan capres Prabowo dengan mampu mendatangkan ribuan massa hanya ada di Cak Salam dengan acara jalan santainya di Kaliwates serta Gus Fawaid, caleg Gerindra, dengan Sholawat Kebangsaan yang di USG (Jember Sport GardenGarden) .
"Sedangkan partai lain maupun caleg lain yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju belum bisa menyamai keduanya (Cak Salam dan Gus Fawaid). Tapi, saya heran, justru Cak Salam seperti dijegal oleh koleganya di Koalisi Indonesia Maju. Ini yang saya prihatinkan, sehingga saya tergerak untuk ikut memperjuangkan saat rekapitulasi KPU," kata Jumadi dengan didampingi Fajar, ketua Gerpas.
Bahkan Jumadi juga mengungkit kontribusi yang dilakukan Cak Salam kepada masyarakat Jember jika dibandingkan dengan caleg yang merebut posisi perolehan ketua DPD PAN Jember sangat tidak sebanding.
Baca Juga : 8 Maret, Hujan Berpotensi Masih Merata di Wilayah JatimĀ
"Ya sangat jauh kontribusinya. Cak Salam asli Jember dan sebelum pencalegan sudah memberikan kontribusi untuk warga Jember, dan tentu lebih memberi manfaat jika terpilih, daripada caleg dari luar Jember, yang datang ke Jember baru 4 bulan terakhir saat masa kampanye saja," tambah pria asal Ajung ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, proses rekapitulasi untuk Kecamatan Sumberbaru di KPU Jember memberikan catatan tersendiri bagi para politikus di Jember. Banyak pihak menilai bahwa akrobat politik, kejahatan pemilu, manipulasi data, maupun sandiwara politik, semua tersaji saat rekapitulasi untuk kecamatan yang berada di ujung barat Jember tersebut.
Temuannya bermula dari mark-up suara caleg DPR RI Golkar nomor 4 Dwi Priyo Atmojo yang mencapai lebih dari 5.000 suara. Kemudian, disusul tuduhan dari Gerindra terhadap PAN yang diduga telah menggelembungkan suara DPR RI di daerah tersebut. PAN pun membalas dengan melancarkan protes lantaran tanpa rekomendasi resmi Bawaslu, justru perolehan PAN langsung dikurangi 5.520 suara, sedangkan Gerindra ditambah 1.700 suara.
Selain PAN, protes kepada Bawaslu-KPU juga dilayangkan kubu PPP. Ketua DPC PPP Jember KH. Madini Farouq dan juga H Ahmad Khoirul Farid SH selaku kuasa hukum partai berlambang Kakbah, menyatakan bahwa KPU Jember telah melakukan rekayaaa dalam proses rekapitulasi. Rekayasa tersebut, waktu yang seharusnya untuk membacakan rekapitulasi suara DPR RI, ternyata oleh KPU dijadikan agenda finalisasi.
"Apa yang dilakukan oleh KPU dan Bawaslu malam ini hanya sebuah rekayasa. Tadi siang, KPU membacakan rekapitulasi untuk suara provinsi, kemudian diskorsing dan dilanjutkan pada pukul 19.00. Tapi saat pelno akan dimulai, bukannya membaca rekapitulasi suara DPR RI, tapi justru finalisasi. Ini sudah gak benar," ujar Farid.
Farid berjanji apa yang terjadi di Jember ini akan dibawa ke MK dan DKPP. Juga akan diperjuangkan di tingkat provinsi. "Kami akan membawa carut marut pemilu di Jember, khusunya Kecamatan Sumberbaru, ke MK dan juga DKPP. Ini jelas kriminalisasi politik," terang Farid.