JATIMTIMES - Harga sejumlah komoditas kebutuhan pokok di Jawa Timur (Jatim) merangkak naik dalam beberapa waktu belakangan ini. Kenaikan harga tersebut bersamaan dengan momentum menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Penjabat (Pj) Gubernur Jatim Adhy Karyono mengakui bawa terjadi fluktuasi harga sebagian kebutuhan pokok yang akan berkontribusi terhadap angka inflasi di Jatim. Komoditas yang mengalami kenaikan harga di pasaran hingga memicu inflasi, lanjut Adhy, adalah daging sapi, telur, ayam serta cabai, baik cabai rawit maupun cabai merah.
Baca Juga : Warga Bersyukur, Operasi Pasar Berhasil Turunkan Harga Beras di Kota Blitar
"Komoditas tersebut memang dijual di atas HET (harga eceran tertinggi). Tapi kenaikannya hanya 0,2 persen. Sedangkan daging sapi justru dibawa HET," ungkap Adhy dikutip Selasa (27/2/2024).
Fokus Pemprov Jatim saat ini adalah menstabilkan harga beras dan cabai. Pemicu kenaikan harga beras disebabkan gabah kering giling naik kisaran Rp 7 ribu per kg. Tetapi penjualan beras medium dan premium justru melebihi HET.
"Namun dibanding provinsi lain se-Pulau Jawa, HET beras medium dan premium di Jatim justru paling rendah karena kita menjaga dengan baik," ucap Adhy.
Untuk menjaga stabilitas harga, Pemprov Jatim melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim gencar menggelar pasar .urah. Pada 25 Februari 2024 lalu misalnya, pasar murah berlangsung di halaman kantor Disperindag Jatim.
Selain itu, rangkaian kegiatan bertajuk Pasar Pangan Murah yang berkolaborasi dengan sejumlah pihak swasta juga digelar mulai 24 Februari hingga 10 Maret 2024. Pelaksanaan Pasar Pangan Murah berlangsung di sejumlah titik. Di antaranya di Puspa Agro Sidoarjo dan Aparna Graha Utama Jalan Ahmad Yani Surabaya.
"Salah satu yang dilakukan pemprov adalah menggelar pasar murah dengan harga HET untuk beras, minyak dan sebagainya supaya ada pembanding dengan pasar," jelas Adhy.
Baca Juga : Tinjau Kantor PMI, Pj Wali Kota Malang Siap Lengkapi Sarpras Kesehatan
Menurut Adhy, inflasi Jatim relatif terjaga dengan baik bahkan sesuai 3 plus minus 1 persen selama 2023 lalu. Bahkan, walaupun 2024 ini target inflasi diturunkan Bank Indonesia (BI) menjadi 2,5 plus minus 1 persen, Jatim tetap bisa stabil.
"Jujur, walaupun harga sedkit bergejolak, kita masih bisa menahan itu. Jadi, insya Allah menjelang Ramadan kita akan perbanyak pasar murah, kemudian operasi pasar dan juga bagaimana menahan distribusi keluar antardaerah. Sama-sama membuat stok untuk memenuhi kebutuhan di masing masing kabupaten atau kota," pungkasnya.