free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Pahlawan Terlupakan: Shodanco Parthohardjono dan Pengibaran Sang Saka di Pemberontakan PETA Blitar

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

21 - Feb - 2024, 14:26

Placeholder
Monumen Potlot, tempat bendera merah putih dikibarkan pada 14 Februari 1945 oleh Shodanco Partohardjono.(Foto : Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Di tengah gejolak pemberontakan PETA 14 Februari 1945, sebuah momen bersejarah terjadi di Blitar. Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kalinya di sana. Meskipun tidak seheroik peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, momen ini memiliki arti penting dalam perjuangan PETA dan menjadi simbol pertama kali bendera Indonesia berkibar di Kota Blitar sejak larangan pengibaran oleh penguasa Jepang.

Peristiwa ini terjadi berkat keberanian seorang tokoh yang belum mendapat pengakuan yang seharusnya sebagai pahlawan nasional, Shodanco Parthohardjono. Dia adalah sosok yang bertanggung jawab atas pengibaran bendera Merah Putih tersebut di lapangan depan markas Tentara PETA Blitar. Meskipun namanya mungkin tidak sepopuler Soeprijadi, perannya dalam momen bersejarah ini tidak bisa diabaikan.

Baca Juga : Hore! Libur Awal Puasa Bertepatan dengan Long Weekend, Catat Tanggalnya

Sosok yang bertanggung jawab atas pengibaran tersebut adalah Parthohardjono, seorang Shodanco yang sayangnya belum mendapat pengakuan sebagai pahlawan nasional meskipun telah melakukan peristiwa bersejarah yang luar biasa. Siapa sebenarnya Parthohardjono Moeradi dan bagaimana kisah lengkapnya? Mari kita telusuri lebih jauh.

Di masa pemberontakan PETA, sebuah momen bersejarah terjadi di Blitar: bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kalinya di sana. Pahlawan di balik pengibaran tersebut adalah Shodancoo Partohardjono. Dengan keberanian yang luar biasa, dia mempersembahkan kibaran Merah Putih di lapangan depan markas Tentara PETA Blitar.

Partohardjono, yang pada saat itu tidak tinggal di asrama Tentara PETA Blitar karena telah menikah, memilih untuk tinggal di sebuah indekos tak jauh dari asrama bersama istrinya. Partohardjono bersama Sukmi istrinya,  bersama-sama dengan teliti mempersiapkan kain merah dan kain putih, yang dulunya adalah bekas kain penutup peti atau sarung bantal, untuk dijadikan bendera. Dengan hati-hati menyimpannya agar tidak diketahui tentara Jepang, mereka berhasil menyelundupkan bendera tersebut dan membawanya pada malam pemberontakan.

Peristiwa pengibaran bendera itu terjadi Februari 1945, enam bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.  Kini, tempat pengibaran bendera itu ditandai dengan sebuah monumen yang diberi nama Monumen Potlot. Monumen itu kini menjadi bagian dari Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya, di Kota Blitar. Lokasinya persis di seberang monumen PETA Blitar.

Monumen itu, yang dikenal sebagai Monumen Potlot menjadi tanda peringatan akan momen bersejarah itu. Di sinilah bendera Merah Putih berkibar dengan gagah pada tanggal 14 Februari 1945. Catatan sejarah mencatat bahwa setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1946, Panglima Besar Jenderal Sudirman bahkan mengunjungi tempat ini, menandai dengan penempatan karangan bunga.

Sekedar mengingatkan, perlawanan PETA di Blitar tidak hanya sekadar reaksi spontan, melainkan dipenuhi dengan rasa prihatin yang mendalam terhadap derita rakyat Indonesia akibat kekejaman pendudukan Jepang. K

edatangan Jepang pada awalnya disambut dengan harapan akan kemerdekaan, namun harapan itu pupus oleh perlakuan sewenang-wenang yang menyiksa rakyat pribumi. Romusha atau kerja paksa, menjadi penderitaan utama yang harus ditanggung oleh rakyat Indonesia demi memenuhi kepentingan Jepang.

Meskipun terus berjuang, tentara PETA harus menghadapi ketidakadilan jumlah dan kekuatan senjata yang tidak seimbang, dengan Jepang yang dilengkapi tank dan pesawat udara.

Baca Juga : Tragedi Kecelakaan di Jalan Dr. Wahidin Kota Blitar, Satu Korban Tewas

Akibatnya, banyak tentara PETA yang terjebak, ditangkap, dan diajukan ke pengadilan militer Jepang. Namun, legenda berbicara tentang Supriyadi, salah satu pemimpin PETA yang berhasil melarikan diri dari penjara Jepang. Namun, nasibnya setelah itu menjadi misteri, dengan keberadaannya yang tak pernah terungkap.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Supriyadi diberi kepercayaan oleh Presiden Soekarno untuk menjabat sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial pada tanggal 6 Oktober 1945. 

Namun, harapan untuk melihatnya memenuhi tugasnya terpatahkan saat Supriyadi tidak pernah muncul. Posisinya sebagai menteri kemudian diserahkan kepada Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada tanggal 20 Oktober 1945 dengan alasan bahwa Supriyadi diumumkan hilang.

Ketidakhadirannya memunculkan spekulasi dan asumsi tentang nasibnya, tanpa ada kepastian yang jelas mengenai keberadaannya. Masa depan Supriyadi, seorang tokoh yang pernah menjadi pahlawan dalam perjuangan kemerdekaan menjadi misteri yang terus membayangi.

Meskipun demikian, jasanya bagi Indonesia tidak pernah dilupakan. Pengabdiannya yang luar biasa terhadap negara membuatnya layak diangkat sebagai Pahlawan Nasional, suatu penghormatan yang diberikan melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 063/Tk/Tahun 1975, tanggal 9 Agustus 1975. Walaupun keberadaannya masih menjadi teka-teki, kontribusinya terhadap kemerdekaan Indonesia tetap diabadikan sebagai bagian dari sejarah bangsa yang tak terlupakan.

Dan Partohardjono, meskipun namanya mungkin tidak sering disebut dalam catatan sejarah, peristiwa pengibaran bendera Merah Putih olehnya adalah bagian penting dari perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia. Sebagai simbol semangat dan keteguhan hati dalam menghadapi penjajahan, momen itu tetap diabadikan dalam ingatan dan penghargaan kita akan para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia.


Topik

Serba Serbi tentara peta blitar pemberontakan peta shodanco partohardjono monumen potlot



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana