JATIMTIMES- Pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berhasil mencatat sejarah dengan menumbangkan pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Kota Blitar. Sebuah kemenangan mengejutkan, karena Kota Blitar dikenal merupakan kandang banteng alias basis kuat bagi PDIP.
Dengan perolehan suara mencapai 59,5 persen, Prabowo-Gibran mengungguli pesaing mereka yang hanya mampu meraih 28,4 persen suara di kandangnya sendiri.
Baca Juga : Rapat Terbatas, Penjabat Wali Kota Batu Minta OPD Kerja Cepat
Kemenangan ini menimbulkan pertanyaan mengenai dinamika politik di Kota Blitar. Sebab, wilayah tersebut selalu dikuasai oleh PDIP dalam pemilu sebelumnya.
Meskipun PDIP memiliki kekuatan yang kuat di wilayah ini, dengan sejarah kemenangan telak pada pemilihan sebelumnya, kali ini keadaannya berbeda.
Wali Kota Blitar Santoso yang juga merupakan kader PDIP, menyatakan bahwa hasil pemilihan adalah cerminan dari kehendak rakyat. Menurutnya, keputusan tersebut harus dihormati. Namun, kekalahan Ganjar-Mahfud di kandang sendiri menandai perubahan politik yang signifikan di wilayah tersebut.
"Itu (kemenangan Prabowo-Gibran) tidak jadi masalah, karena perolehan suara di lapangan merupakan pilihan rakyat,” ungkap Santoso, Kamis (15/2/2024).
Dalam konteks sejarah politik Kota Blitar, terdapat fakta menarik bahwa PDIP tidak selalu memegang kendali sepenuhnya. Meskipun memiliki koneksi emosional dengan PDIP melalui sosok seperti Ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia, dan Megawati Soekarnoputri, kemenangan Prabowo-Gibran menunjukkan adanya pergeseran preferensi politik yang patut diperhatikan.
Baca Juga : Mau Ikut Indomaret Mencari Bakat? Ini Ketentuannya
Pemilihan Umum 2024 juga menyoroti dampak dari kepergian Jokowi dari PDIP. Sebelumnya, Jokowi yang diusung oleh PDIP selalu mendominasi di Kota Blitar, namun kali ini keadaannya berbeda setelah Jokowi meninggalkan partai tersebut.
Meskipun masih menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), kemenangan Prabowo-Gibran di Kota Blitar menegaskan bahwa politik adalah cerminan dari pilihan rakyat yang riil, dan bahwa dinamika politik dapat mengubah lanskap kekuatan partai secara dramatis.
“Dan ini juga mencerminkan kondisi riil di masyarakat, sehingga harus dihormati, menang kalah itu hal wajar dan biasa di dunia politik,” pungkas Santoso.