JATIMTIMES - Calon legislatif (Caleg) Partai Golongan Karya (Golkar), Ahmad Irawan, menilai bahwa saat ini, para politisi harus dapat merangkul anak muda.
Bahkan menurutnya, bukan hanya sekadar merangkul, namun juga memberi ruang lebih bagi pemuda untuk turut terlibat dalam membangun negeri. Termasuk dengan berpolitik.
Baca Juga : Momentum Hari Pers Nasional, Cak Imin Minta Kebebasan Pers Mutlak Harus Dijaga
"Jangan hanya sekadar diikutkan saja pemuda ini. Beri ruang, beri kesempatan, jangan hanya untuk pelengkap saja," jelas Irawan.
Terlebih menurutnya, politisi juga tak boleh terkesan kolot. Yakni dengan menilai bahwa pemuda, masih perlu banyak jam terbang untuk terjun bahkan berkarir dalam politik.
"Justru seharusnya bisa dibina sejak muda. Bagaimanapun proses demokrasi di negara kita juga salah satunya melalui partai politik," tegas Irawan.
Sehingga, seorang politisi seharusnya juga bisa peka terhadap dinamika perubahan sosial di sekitarnya. Termasuk yang terjadi di lingkungan sekitar kalangan pemuda.
"Apa trend yang sedang terjadi, bagaimana sih kehidupan pemuda kita saat ini, rangkul dan diajak itu gak masalah, malah harus," ujar politisi yang maju dalam kontestasi Pileg daerah pemilihan Jatim V ini.
Dirinya mengibaratkan bahwa parpol seperti sebuah kendaraan. Yang dapat membawa pengemudi atau penumpangnya untuk menuju suatu tempat atau meraih suatu hal.
"Namun yang jelas, namanya kendaraan kan harus dirawat," imbuh Irawan.
Apalagi menurutnya saat ini, pada 14 Februari 2024 saat pemungutan suara, pemilih dari kalangan pemuda lebih mendominasi. Yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih.
"Berarti jika ditotal ada sekitar 113 juta pemilih. Itu kan lebih dari 50 persen. Tentu (jumlah) suaranya sangat berpengaruh," jelas Irawan.
Irawan mengatakan, bukan hanya sekadar berpengaruh. Namun artinya, suara dari kalangan pemuda sangat diperlukan untuk menentukan siapa yang bakal menjadi pemimpin di negeri ini.
Baca Juga : Cak Imin Diprotes Doakan Wasekjen PKB Syaiful Huda Jadi Mendikbud
"50 persen suara yang dihimpun nanti akan turut dihitung dan diakumulasi untuk menentukan siapa pemimpin Indonesia selanjutnya," imbuh Irawan.
Jika dirinci, ada sebanyak 33,60 persen suara dari kalangan milenial. Atau ada sebanyak 66.822.389 suara dari pemilih yang berusia 1980 hingga 1994 yang biasa disebut milenial.
Sedangkan dari kalangan Gen Z, ada sebesar 22,85 persen. Atau sebanyak 46.800.161 pemilih Gen Z yang berusia di antara 1995 hingga 2000 an.
Dirinya mencontohkan seperti calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto, yang memilih Gibram Rakabuming Raka sebagai pendampingnya dalam Pilpres.
Menurutnya, hal itu cukup menunjukan bahwa seorang Prabowo Subianto bisa dengan terbuka memberi kesempatan kepada seorang pemuda untuk menjadi calon wakil presiden pendampingnya.
"Seorang Pak Prabowo saja, latar belakangnya seorang militer, yang mungkin biasa terkesan kaku, di Pilpres ini beliau memilih cawapres yang usianya terpaut jauh," jelasnya.
Hal itu ia tangkap sebagai sebuah bukti bahwa saat ini memang sudah saatnya pemuda harus memberikan peran lebih. Dan harus disambut dengan tangan terbuka oleh para pendahulunya.