JATIMTIMES - Normalisasi kawasan perairan khususnya di jaringan irigasi menjadi salah satu prioritas Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU-SDA) Kabupaten Malang. Langkah tersebut dilakukan guna mencegah terjadinya banjir, terutama saat memasuki cuaca ekstrem yang diperkirakan bakal berlangsung hingga pertengahan Februari 2024.
Kepala Dinas PU-SDA Kabupaten Malang Farid Habibah menyebut, normalisasi tersebut berlangsung sebelum memasuki musim penghujan. Meski demikian, hingga saat ini normalisasi di beberapa lokasi termasuk pada jaringan irigasi juga masih terus berlangsung.
Baca Juga : Review dan Spesifikasi Mac Mini dari Tiap Generasi
"Saat ini juga dilakukan normalisasi di beberapa lokasi, beberapa waktu lalu kami juga membantu untuk normalisasi di beberapa daerah di wilayah Kepanjen untuk proses Adipura," ungkap Habibah.
Dinas PU-SDA Kabupaten Malang juga melibatkan sejumlah pihak dalam rangka melaksanakan normalisasi. Termasuk melibatkan para petani hingga masyarakat sekitar di jaringan irigasi.
"Sinergi diperlukan karena normalisasi dilakukan dengan menggunakan alat berat dan juga secara manual," imbuhnya.
Guna mengoptimalkan normalisasi, beberapa kesiapan sebelumnya juga telah dilakukan Dinas PU-SDA Kabupaten Malang. Yakni meliputi pasokan bahan bakar hingga servis rutin alat berat yang digunakan untuk operasional.
"Terkait kesiapan memasuki musim penghujan, sebenarnya dari awal kami sudah melakukan beberapa persiapan. Mulai dari menyediakan stok bahan bakar untuk alat berat termasuk dilakukan servis juga supaya ready," tuturnya.
Sekedar informasi, terdapat 740 titik sumber air di Kabupaten Malang. Di mana, peruntukannya digunakan sebagai irigasi, air minum, wisata, hingga pemancingan dan pemandian.
Baca Juga : Prakiraan Cuaca 9 Februari: Malang Raya Hujan Siang hingga Sore Hari, Hindari Wisata Air Terjun
Beberapa titik sumber air itulah yang dilakukan normalisasi guna mencegah terjadinya banjir. "Normalisasi dilakukan supaya memperlancar jaringan, memperlancar aliran air dan juga meningkatkan kinerja jaringan," ungkap Habibah.
Banyaknya titik sumber air dan kondisi geografis yang beragam itulah, yang menurut Habibah perlu dilakukan normalisasi dengan dua metode. Yakni manual maupun dengan menggunakan alat berat.
"Secara manual memang sudah dilakukan pemeliharaan normalisasi. Tapi ada beberapa pendangkalan dan sebagainya di jaringan-jaringan irigasi. Sehingga kami lakukan dengan alat berat," pungkasnya.