JATIMTIMES - Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan kabar Tiktoker Satria Mahathir atau kerap dilabeli sebagai 'Cogil' atau 'Cowok Gila' yang sudah keluar penjara usai terseret kasus pengeroyokan anak anggota dewan. Diketahui jika Satria dipenjara mulai 6 Januari 2024 dan berselang 13 hari kemudian, Ia mengaku bebas karena mendapat bekingan.
Kabar bebasnya Satria itu disampaikan dirinya sendiri saat menjadi bintang tamu di podcast Samuel Christ. "Eh loe masuk penjara bro pas mau ngundang loe kesini. Tapi cepet banget nih, cuma 13 hari," tanya Samuel Christ kepada Satria.
Baca Juga : Mahfud Beri Penjelasan soal 'Membiarkan Ibu Lahirkan Anak Tak Berakhlak Itu Dosa Besar'
Satria pun menjawab jika dirinya memiliki hak istimewa karena punya bekingan. "Oh iya, privilege berlaku soalnya," jawab Satria.
Samuel Christ pun menanyakan hak istimewa yang dimaksud oleh Satria. Termasuk menanyakan soal pengaruh ayah Satria yang sebelum meninggal memiliki jabatan tinggi di kepolisian.
Menjawab pertanyaan Samuel pun, Satria mengonfirmasinya. Cogil tersebut mengaku jabatan tinggi ayahnya sebelum meninggal berpengaruh saat terseret kasus. Satria juga mengklaim jika mulai dari proses BAP sampai pencabutan berkas, dirinya diperlakukan dengan sangat baik.
"Mulai dari BAP sampai pencabutan berkas, semua mulai dari penyidik dan anggota itu memperlakukan kita semua dengan sangat baik," kata Satria.
Termasuk di dalam sel, ia mengaku mendapatkan sel istimewa. Yakni sel yang ditempati tidak bergabung dengan para Napi lainnya, namun hanya sel untuk dirinya dan ketiga teman yang terseret kasus pengeroyokan.
"Masuk sel, tapi selnya ini kalau orang-orang pada umumnya itu kan mereka dipecahin gitu kan. Masuk sel ini bareng sama orang itu. Kalau gue enggak, gue dikasih kamar yang benar-benar kosong. Ya, cuma harus dirapiiin dan dibersihin. Terus kita isi berempat. Kan kita sepaket berempat. Emang udah titipan dari pimpinannya, buat gak dipisah, atau digabung sama yang kakap-kakap, kasus gede-gede," terang Satria.
Bahkan Satria mengaku tidak makan makanan penjara dan kerap dibelikan makanan dari aplikasi pesan antar. "Jadi kita kadang di Go Food-in sama polisi yang jaga piket atau nggak, ada yang jenguk. Stok makanan udah ga pernah habis di dalam. Rokok pun udah terlalu banyak. Sampai paru-paru kita sakit," ujarnya.
"Jadi selain apa yang gue tadi sebut, gue bisa keluar kamar nih dibuka nih misalnya, kan ada lorong terus ada kayak hall gitu, titik-titik apel atau apa, gue bisa kesitu. Gue punya akses bebas buat kesitu. Tapi tergantung siapa yang lagi jaga," imbuhnya.
Baca Juga : Jadi Saksi Kunci, Anak dari Korban Tewas Kasus Suami Racun Istri Dapat Pendampingan Psikologi
Samuel pun menanyakan soal kasus Satria yang diklaim oleh pihak kepolisian sudah dalam tahap damai, oleh karenanya Satria dan kawan-kawan bisa dibebaskan.
Merespons soal itu, Satria menegaskan jika damai itu terjadi karena banyak tekanan kepada pelapor atau anggota dewan. Selain ayahnya yang polisi, Satria mengklaim jika ada orang tua temannya yang juga menjadi anggota DPR. Sehingga 4 (terlapor) lawan 1 (pelapor) dinilai Satria kewalahan.
"Damai sih damai, tapi kan disisi lain kan, anggota DPR ini kan menerima banyak pressure dari pihak kita. Intervensinya kan di mana-mana ada. Jadi secara tidak langsung dia (anggota dpr) diteror dong," tegas Satria.
Usut punya usut, Satria merupakan anak dari almarhum Yuskam Nur, mantan jenderal polisi bintang dua. Yuskam Nur purna tugas dengan pangkat Inspektur Jenderal sebelum wafat.
Ayah Satria Cogil tersebut menjabat sebagai Anjak Wasidik Bareskrim Polri saat berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen). Dan jabatan terakhirnya sebelum meninggal dunia sebagai Direktur Keuangan Badan Intelijen Negara (BIN).