JATIMTIMES - Meskipun berbagai upaya penekanan telah dilakukan, pemanasan global dan perubahan iklim diperkirakan BMKG terus berlanjut hingga 2024. Pasalnya emisi gas rumah kaca masih terus meningkat.
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan bahwa rekor baru pemanasan global terjadi pada 2023. Dan diperkirakan akan terus terjadi pada 2024.
Baca Juga : Viral Bikin Guyonan Seksis, Felix Seda Minta Maaf ke Najwa Shihab
"Pemanasan global mencapai rekor baru pada 2023, melampaui rekor tahun 2016. Tahun 2024 diperkirakan akan lebih panas lagi," kata Ardhasena, Rabu (24/1/2024).
Menurut Ardhasena, kombinasi El Nino dan perubahan iklim telah memicu peningkatan suhu pada paruh kedua tahun 2023. Sehingga rata-rata suhu global tahunan pada 2023 sekitar 1,45 ± 0,12 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan dengan level pra-industri.
"Saat ini dunia semakin mendekati batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris," katanya merujuk pada batas peningkatan suhu.
Perjanjian Paris, yang telah diadopsi oleh hampir 200 negara, utamanya ditujukan untuk menjaga peningkatan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celsius di atas level pra-industri dan membatasi kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas level pra-industri.
Ardhasena mengutip laporan Organisasi Meteorologi Dunia yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023 kondisi panas ekstrem telah berdampak pada kesehatan manusia. Bahkan memicu kebakaran hutan di berbagai lokasi.
"Permasalahan pemanasan global dan perubahan iklim merupakan tanggung jawab bersama setiap umat manusia. Oleh sebab itu, kita perlu berupaya untuk menahan lajunya dan mengurangi dampaknya," katanya.
Baca Juga : Hujan Angin, Ada 10 Titik Pohon Tumbang di Kota Malang
Sejalan dengan upaya untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata permukaan Bumi di bawah 1,5 derajat Celsius, Pemerintah Indonesia berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca meliputi pengurangan laju deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi hutan, pengelolaan lahan gambut dan mangrove, dan peningkatan konservasi keanekaragaman hayati.
Selain itu, pemerintah berupaya mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan, meningkatkan pengelolaan sampah dan limbah, menerapkan sistem pertanian rendah karbon, serta menekan emisi karbon di sektor transportasi.