JATIMTINES - Dalam momen debat cawapres pada Minggu (21/1/2024) malam, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya tentang inflasi hijau (greenflation) kepada cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.
"Bagaimana cara mengatasi greenflation?" tanya Gibran ke Mahfud.
Baca Juga : KPU Segera Rapat Evaluasi Bersama Tim Paslon sebelum Debat Kelima
Hingga Selasa (23/1/2024) pagi, istilah greenflation masih menjadi trending dalam penelusuran Google. Banyak warganet yang mencaritahu istilah yang tak bisa dijawab oleh Mahfud MD itu.
Greenflation merupakan singkatan dari dua kata yakni green (hijau) dan inflation (inflasi). Menurut Blog Kamus Cambridge, greenflation diartikan sebagai "kenaikan harga akibat peralihan ke ekonomi hijau".
Mengutip Ekonom Iklim dari Columbia Business School Gernot Warner yang menukil pernyataan Direktur Executive European Central Bank Isabel Schnabel pada The New York Times, greenflation merujuk pada kenaikan harga dan krisis tenaga kerja yang terjadi seiring dengan transisi ramah lingkungan.
Kenaikan harga itu terjadi karena perusahaan mengeluarkan anggaran lebih untuk melakukan transisi energi. Seperti diketahui biaya penggunaan energi hijau dianggap masih lebih mahal dibandingkan fosil.
Inflasi hijau ini sangat mungkin terjadi dalam jangka panjang, seiring dengan upaya negara di dunia, untuk memenuhi komitmen terhadap lingkungannya.
Dikutip dari situs Natixis, setidaknya ada tiga fenomena utama yang mengaitkan inflasi dengan perubahan iklim, yakni:
• Ketergantungan bahan bakar fosil dan transisi yang tidak teratur menuju energi rendah karbon
• Gangguan rantai pasokan akibat dampak perubahan iklim yang memberi tekanan pada harga.
Baca Juga : Investasi Kota Batu Tahun 2023 Tembus Rp 1,5 T, Kok Tahun 2024 Hanya Ditarget Rp 840 M?
• Meningkatnya permintaan terhadap energi terbarukan, kendaraan listrik, juga baterai yang tidak diimbangi dengan pasokan.
Semua fenomena di atas terhubung pada satu konsekuensi yang sama, yakni variasi harga dan terjadinya inflasi.
Selain fenomena tersebut, perang di Ukraina juga pemulihan pascapandemi Covid-19, turut menunjang terjadinya greenflation atau inflasi hijau.
Jadi walaupun sebenarnya lebih ramah lingkungan, ternyata transisi ke energi hijau juga memakan lebih banyak biaya. Seperti misalnya, meningkatnya pengeluaran untuk teknologi bebas karbon, pembatasan proyek pertambangan dan pasokan bahan baku untuk teknologi berpolusi tinggi. Dari sinilah, lalu muncul inflasi hijau.
Inflasi hijau adalah kenaikan harga karena lebih mahalnya biaya dan bahan baku yang harus dikeluarkan untuk transisi ke energi hijau.