JATIMTIMES - Seorang pemuda asal Tlogomas, Kota Malang, Rayhan Allan Satriawan (19) menjadi pemuda yang membanggakan masyarakat Malang. Pasalnya, ia banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah lokal Selandia Baru. Bahkan ia kini juga mempunyai karir yang gemilang sebagai paramedik di negara berjuluk Aotearoa itu.
Pria yang akrab disapa Ray ini banyak mendapatkan penghargaan atas jasa-jasanya menolong sesama dan kiprahnya di tengah masyarakat sekitar.
Baca Juga : Pratama Arhan Resmi Gabung Klub Korea Suwon FC
Penghargaan yang diraih antara lain, Champion of Community 2020 yang diserahkan oleh Mayor Christchurch; Ms Lianne Dalziel; Lincoln Community Service 2020 & 2021 oleh St. John; Community Youth Awards 2022.
Kiprahnya di Selandia Baru bermula dari kedua orang tuanya, yakni Hesthi Utami Nugroho PhD dan Pandu Satriawan ST, menetap di Selandia Baru pada 2012. Saat itu, keluarganya tinggal di kota kecil Lincoln, 20 menit dari kota Christchurch, Pulau Selatan, Selandia Baru.
Di sana Ray menjalani kehidupan sehari-hari seperti anak remaja kebanyakan. Setelah itu, ia menempuh studi di Lincoln High School. Di situ, Ray mulai tergabung di organisasi St John. Saat itu Rayhan masih menjadi kadet junior dan mempelajari berbagai hal tentang pertolongan pertama medik.
St John adalah organisasi di Selandia Baru yang memberikan pelayanan atau perawatan pertama secara medik sebelum pasien layak dibawa ke rumah sakit terdekat menggunakan ambulans.
Berjalannya waktu selama tinggal di Selandia Baru, pria yang saat ini sedang menempuh pendidikan S-1 jurusan paramedik di Whitireia Polytechnic, Wellington, ini sempat mengalami peristiwa yang memilukan. Pada 2019, tepatnya 15 Maret, terjadi sebuah penembakan di Masjid An-Nur, Christchurch.
Saat itu, Ray berduka saat kehilangan salah satu teman baiknya. Hal itu kemudian juga menjadi salah satu yang mendorong Ray mendedikasikan dirinya untuk menolong sesama tanpa melihat suku, ras, agama dan telah berjalan sampai saat ini.
Selain sibuk dengan kuliahnya, saat ini Rayhan juga bekerja paruh waktu di New Zealand Police sebagai emergency communicator. Di situ, ia punya tanggung jawab menerima panggilan telepon darurat dari masyarakat yang berada diseluruh bagian negara Selandia Baru.
Tugasnya cukup penting. Sebab, ia juga membantu petugas police dispatcher dengan memberikan informasi akurat dan komunikasi yang strategis akan kejadian-kejadian darurat yang ada di lapangan.
Selain itu, Ray saat ini juga menjadi sukarelawan untuk St John Ambulance sebagai pengajar bagi para kadet junior, sebagai petugas pemadam kebakaran untuk Fire and Emergency New Zealand. Ia juga menjadi instruktur perawatan darurat bagi para kadet Angkatan Darat dan Udara di Wellington City Cadet Unit, New Zealand Cadet Forces.
Bahkan, dalam satu kesempatan, ia juga mendapatkan sebuah kehormatan saat diundang makan malam bersama Police Commissioner Selandia Baru, Mr Andrew Coster.
"Saya suka dengan semua kesibukan ini. Ketika melihat orang yang saya bantu itu menjadi baik atau merasa aman dan senang, saya juga ikut merasa senang, saya merasa berguna," ujar Rayhan.
Lebih lanjut dikatakannya peran kedua orang tua sangatlah besar dalam perjalanan karirnya. Kedua orang tuanya sangat men-support apa yang dijalani oleh Ray. Meski begitu, tak jarang kedua orang tuanya memberikan sebuah nasihat kepada Ray, mulai dari keuangan sampai dunia politik di lingkungan kerja.
"Meskipun jauh dari mereka, saya masih selalu menelepon mereka entah sekedar bercerita kegiatan saya dihari itu atau juga meminta nasehat dan resep masakan. Tanpa mereka berdua saya tidak bisa seperti sekarang ini," tambahnya.
Saat ini, Ray tengah fokus dalam menyelesaikan studinya. Kedepannya setelah melaksanakan magang dan bekerja di St John Ambulance, Rayhan bercita-cita untuk melanjutkan studinya dan mengambil jurusan critical care paramedic yang membuatnya bisa bekerja diberbagai sektor pelayanan emergency yang kualifikasinya diakui secara internasional. Dengan modal tersebut, ia dapat bekerja pada beberapa sektor seperti, sebagai tenaga medis khusus dengan transportasi udara, yaitu emergency jelicopter; sebagai spesialis paramedik di kepolisian atau di Angkatan Darat.
Meskipun telah menetap, bersekolah dan berkarir di negara orang, Rayhan menyatakan bahwa ia tetap cinta dan selalu ingat dari mana ia berasal. Bahkan, saat ini, ia masih fasih berbahasa Indonesia dan berbahasa Jawa. Bahkan, makanan Jawa juga menjadi salah satu makanan yang masih digemarinya ketika pulang.
Baca Juga : Marak Aksi Begal, Ini Respons Polresta Malang Kota
"Mommy sering masak masakan Jawa di rumah. Jadi ketika saya mudik menengok saudara dan Granny, Grandad bulan Juni tahun 2023, saya tidak asing lagi atau kaget dengan makanan-makanan yang disajikan. Insya Allah saya akan menengok mereka lagi tahun 2024 ini," kata Rayhan.
Sementara itu, sang ayah, Pandu Satriawan mengatakan bahwa ia selalu mendukung sang anak untuk terus meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Sebagai orang tua, ia juga selalu berusaha untuk memperhatikan tentang ilmu parenting.
"Kami sebagai orang tua itu selalu meng-up grade, memperbaiki diri kami dalam mendidik anak-anak kami. Belajar dari masa lampau tentang ilmu parenting apa yang kurang maka itu kami tambahi dan perbaiki bersama," katanya.
Selain itu, ia juga selalu memosisikan diri sebagai seorang teman bagi anaknya. Hal tersebut tentunya membuat anak menjadi terbuka dengan tanpa rasa canggung atau takut untuk disalahkan atau dihakimi atas perbuatannya yang mungkin sekiranya keliru.
Menjadi pendengar yang baik sebelum memberikan pendapat tanpa ada unsur menyalahkan, merupakan kunci utama. Untuk itu, ia sebagai orang tua selalu memberi kesempatan kepada sang anak untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing.
"Akan tetapi kami juga memberi nasehat bahwa mereka harus berkomitmen dengan jalan yg telah mereka ambil dan menjadi yang terbaik di karir yang mereka pilih. Bertindak sebagai penasehat dan teman disaat bersamaan untuk mereka berdua," katanya.
Di sisi lain, ibu Rayhan, Hesthi Utami Nugroho menambahkan, dalam perjalanan karir sang anak, tak lupa ia selalu menekankan untuk tetap menjaga spiritualitas, seperti salat dan mengaji.
"Selain itu bagi kami hal yang terpenting lagi adalah menanamkan pentingnya menjaga salat. Saya selalu tidak putus mengingatkan untuk tidak lupa salat malam, fardhlu dan Jumat. Selalu saya ingatkan untuk membaca Al-Kahfi setiap hari Jumat dan meng-khatamkan Al-Quran setiap bulan Ramadan," pungkasnya.