JATIMTIMES - Dunia kuliner tentunya sudah tak asing lagi dengan Monosodium Glutamat atau MSG. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang khawatir akan penggunaan MSG. Banyak rumor yang beredar di masyarakat, pemakaian MSG dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Lantas, bagaimana pendapat pakar tentang hal tersebut ?. Dijelaskan dosen Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nur Lailatul Masruroh SKep Ns MNS, bahwa MSG merupakan garam natrium dari asam glutamate. Zat ini secara alami juga terkandung di dalam makanan.
Baca Juga : Jurnalis Palestina Ungkap Kondisi Tahanan di Israel Usai Dibebaskan, Penuh Siksaan dan Penderitaan
Makanan yang mengandung zat tersebut seperti halnya tomat, keju, dan daging. Untuk pembuatan MSG sendiri biasanya melalui proses ekstraksi dari sari tetes tebu. Dalam konsumsi MSG, sebenarnya tidak berbahaya asalkan sesuai dengan takaran yang tidak berlebihan atau yang dianjurkan.
Merujuk dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, dal pemakaian MSG, takaran yang tepat adalah sekitar 2 hingga 2,5 gram MSG per hari. Takaran ini setara dengan setengah sampai satu sendok teh.
Meski begitu, takaran tersebut atau takaran harian ini merupakan panduan umum. Toleransi terhadap MSG pada setiap individu tidaklah sama atau bervariasi.
Hal ini terbukti dari beberapa studi ilmiah, dimana dalam pemakaian MSG dengan takaran wajar tidak memberikan efek samping atau dampak yang signifikan.
Sebaliknya, bagi sebagian orang yang mengunakan MSG dalam makanan dengan takaran wajar, mengalami reaksi sensitifitas sehingga memberikan beberapa dampak. "Namun beberapa individu mungkin mengalami reaksi seperti sakit kepala atau nyeri otot. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan tidak terjadi pada semua orang," tambahnya.
Lebih lanjut, jika dalam konsumsi MSG berlebihan atau dengan takaran melebihi panduan, maka dampaknya akan menyebabkan "Chinese Restaurant Syndrome".
Gejala ini muncul ditandai dengan sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sensasi panas atau keringat berlebihan, nyeri otot atau sendi.
Meski begitu, dari studi kasus atau penelitian, bahwa reaksi ini relatif jarang terjadi.
Baca Juga : Atap Musala di Malang Ambruk Usai Tersambar Petir, Kerugian Puluhan Juta
Penelitian secara khusus tentang manfaat MSG bagi kesehatan, sejauh ini menurut Nur Lailatul belum ditemukan. Riset yang ada lebih banyak pada dampak negatif dari konsumsi MSG dengan takaran berlebihan dan dampak jangka panjang. "Namun dari efek utama MSG sebagai penyedap rasa sudah jelas bahwa MSG bermanfaat untuk membantu meningkatkan nafsu makan karena rasa makanan menjadi lebih sedap," katanya.
Untuk itu, dengan reaksi berbeda dari individu atas pemakaian MSG, maka hal ini tidak dapat jadi dasar untuk mengeneralisasi MSG sebagai zat berbahaya secara umum.
Dijelaskannya, bahwa MSG ini memiliki titik leleh pada panas yang begitu tinggi, yakni 232 derajat celsius. Namun, ia menghimbau agar menghindari pemanasan MSG yang berlebihan. Sebab, hal tersebut berpotensi menyebabkan terurainya senyawa yang mengandung racun.
Bukan hanya untuk MSG saja, lanjut Nur Lailatul, bahwa hal ini juga berlaku untuk pemanasan makanan berulang-ulang. Hal tersebut tidaklah direkomendasikan. Sebab, makanan yang dipanaskan berulang-ulang, berpotensi terjadi kerusakan kandungan atau nilai gizi. "Aktivitas ini juga berpotensi terjadinya perubahan senyawa makanan menjadi beracun," pungkasnya.