JATIMTIMES - Presiden Emmanuel Macron menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri (PM) Prancis baru menggantikan Elisabeth Borne. Attal pun kini menjadi kepala pemerintahan termuda di Prancis dengan usia 34 tahun.
Dunia pun turut menyoroti kabar Attal yang ditunjuk menjadi PM di usia muda tersebut. Hingga Rabu (10/1/2024) siang, nama "Gabriel Attal" menjadi trending dalam penelusuran Google.
Baca Juga : Gus Salam Ungkap Diiming-Imingi Jabatan Sekjen PBNU oleh Gus Yahya
Melansir Reuters, Attal berjanji untuk berani dan bertindak cepat untuk membantu kelas menengah mengatasi peningkatan biaya hidup, usai ditunjuk menjadi PM.
Attal sendiri dikenal sebagai seorang bintang politik Prancis yang populer dan paham media. Hal ini menandakan keinginan Macron untuk melakukan reformasi yang memecah-belah dan meningkatkan peluang partainya untuk berhaluan tengah dalam pemilihan Parlemen Eropa pada bulan Juni.
"@GabrielAttal yang terhormat, saya tahu saya dapat mengandalkan energi dan komitmen Anda untuk melaksanakan proyek revitalisasi dan regenerasi yang saya umumkan," tulis Macron di media sosial setelah menunjuk Attal, yang sebelumnya menjabat sebagai mantan menteri serta juru bicara pemerintah.
Ketidakpuasan publik yang meluas atas melonjaknya biaya hidup dan reformasi pensiun yang diperebutkan tahun lalu telah berdampak serius terhadap peringkat Macron. Di mana peluang Macron dalam pemungutan suara di Uni Eropa, partainya tertinggal jauh di belakang sayap kanan Marine Le Pen.
“Saya sangat menyadari konteks di mana saya mengambil pekerjaan ini,” kata Attal.
“Terlalu banyak orang Prancis yang meragukan negara kami, meragukan diri mereka sendiri atau masa depan kami. Saya pikir khususnya kelas menengah… yang bangun setiap pagi untuk berangkat kerja… dan terkadang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup,” sambung Attal.
Karena tidak memiliki mayoritas di parlemen, Macron telah berjuang untuk mendorong agenda reformasi di masa jabatan keduanya. Dan sekarang Macron akan fokus pada tujuan yang lebih khusus, seperti menyiapkan lapangan kerja secara penuh.
Attal telah disurvei sebagai salah satu politisi paling populer di Prancis dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Macron, Attal menjadi terkenal setelah menjadi juru bicara pemerintah selama pandemi COVID dan mendapatkan reputasi sebagai komunikator yang lancar.
Sebagai informasi, Macron berusia 46 tahun dan Attal berusia 34 tahun. Keduanya memiliki usia gabungan tepat di bawah Joe Biden, yang mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan presiden AS tahun ini.
“Presiden termuda dalam sejarah (Prancis) menunjuk perdana menteri termuda dalam sejarah (Prancis). Saya ingin melihatnya sebagai simbol keberanian,” kata Attal, yang juga merupakan perdana menteri gay pertama di negara itu.
Attal menggantikan Elisabeth Borne, 62, wanita kedua yang memegang jabatan perdana menteri di Prancis. Elisabeth sendiri dikenal sebagai seorang teknokrat yang patuh dan pekerja keras. Di masa jabatannya selama satu setengah tahun ditandai dengan protes berbulan-bulan atas perombakan dana pensiun dan kerusuhan atas penembakan polisi terhadap seorang remaja keturunan Afrika utara.
Baca Juga : Blinken Sebut Israel Setujui Misi PBB untuk Nilai Situasi di Gaza Utara
Macron dan Attal mungkin memerlukan waktu beberapa hari untuk menunjuk pemerintahan baru. Namun ajudan Elysee mengatakan pertemuan kabinet yang diagendakan pada Rabu (10/1/2024) tidak mungkin diadakan pada pekan ini. Pasalnya, parlemen dalam beberapa pekan terakhir Macron, kesulitan menghadapi parlemen yang lebih bergejolak sejak terpilih kembali pada tahun 2022. Parlemen telah memberi isyarat bahwa sudah waktunya untuk perubahan.
Beberapa pemilih tampaknya menyambut baik atas ditunjuknya Attal sebagai PM Prancis yang baru. “Saya pikir sangat bagus memiliki pemain muda.. karena ini konsep yang berbeda, lebih dinamis,” kata pensiunan berusia 81 tahun, Remi Blondel.
Namun pihak lain merasa skeptis. Para pemilih mengatakan tidak banyak yang akan berubah dengan terpilihnya Attal sebagai PM. Karena Macron sendiri yang akan mengambil alih sebagian besar pengambilan keputusan.
“Apa yang bisa diharapkan Prancis dari Perdana Menteri keempat dan pemerintahan kelima dalam tujuh tahun ini? Tidak ada apa-apa,” kata Le Pen.
"Attal adalah sosok yang muda dan sangat cocok dengan gambarannya. Tapi lebih dari itu, apa yang berubah dari perombakan itu bagi kami? Secara pribadi, tidak banyak," kata Sophie Varillon dari Paris.
Anggota parlemen Patrick Vignal, yang berasal dari partai Renaisans Macron, memuji Attal, yang menurutnya sedikit mirip Macron pada tahun 2017. Di mana saat itu, Macron saat menjadi presiden pertama kali dikenal sebagai pemimpin termuda dalam sejarah Prancis modern. Di mana kala itu Macron menjadi sosok yang populer di kalangan pemilih.
"Attal jelas, dia punya otoritas," kata Vignal.
Penunjukkan Attal tersebut kemungkinan akan membuat persaingan di kubu Macron untuk menentukan penggantinya dalam pemilihan presiden berikutnya pada tahun 2027 semakin memanas. Di mana sebelumnya, mantan perdana menteri Edouard Philippe, Menteri Dalam Negeri Gerard Darmanin dan Menteri Keuangan Bruno Le Maire semuanya dipandang sebagai kandidat potensial menggantikan Macron. Namun kini ada Attal yang bersama Macron.