JATIMTIMES - Hujan meteor Quadrantid 2024 akan mencapai puncaknya mulai hari ini, Rabu hingga Kamis, 3-4 Januari 2024. Fenomena ini disebut akan menjadi hujan meteor terbesar di 2024.
Menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), puncak fenomena hujan meteor Quadrantid akan terjadi pada 3 Januari sekitar tengah malam hingga pukul 04.00 WIB pada 4 Januari 2024. Selama waktu tersebut, setidaknya akan ada 60 hingga 200 bintang jatuh per jam, seperti yang dinyatakan Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA).
Baca Juga : Update Gempa Dahsyat Jepang: 62 Korban TewasÂ
Hujan meteor Quadrantid dianggap sebagai salah satu hujan meteor tahunan terbaik karena jenis meteor yang dihasilkannya. Berbeda dengan hujan meteor lainnya, Quadrantids menampilkan meteor terang berbentuk bola api.
Melansir EarthSky, hujan meteor Quadrantid merupakan salah satu dari sedikit hujan meteor setiap tahun yang puncaknya cukup singkat, dalam hal ini biasanya hanya berlangsung sekitar 4-6 jam. Quadrantid sendiri dapat menghasilkan lebih dari 100 meteor per jam.
Quarantid sendiri merupakan hujan meteor yang berlangsung sejak pertengahan November hingga pertengahan Januari pada setiap tahunnya.
Menurut artikel tahun 2017 di jurnal Icarus, kamu mungkin melihat sebagian Quadrantid kapan saja selama periode November hingga Desember. Namun sebagian besar aktivitas Quarantid terlihat saat puncak hujan meteor.
Sebagai informasi, hujan meteor Quadrantid adalah salah satu dari empat hujan meteor besar setiap tahun dengan puncak yang memukau. Di mana tiga hujan meteor lain yang dikenal adalah Lyrids, Leonids, dan Ursids.
Secara ilmiah, bintang jatuh adalah meteoroid atau partikel kecil berbatu yang menghantam atmosfer Bumi. Partikel-partikel yang jatuh ini memanas dan menguap, melepaskan energi yang terlihat sebagai garis-garis cahaya di langit malam.
Baca Juga : Status VONA Semeru Masih Oranye, Maskapai Penerbangan Diminta Waspada
Hujan meteor Quadrantid diduga disebabkan oleh debu dan puing-puing yang ditinggalkan di tata surya bagian dalam oleh asteroid 2003 EH1, yang mengorbit Matahari setiap 5,5 tahun.
Kabar baiknya, fenomena hujan meteor ini bisa disaksikan di belahan dunia mana pun, termasuk Indonesia. Tanpa memerlukan peralatan khusus, kamu bisa menyaksikannya, asalkan cuaca mendukung.
Untuk mengamati fenomena ini, kamu tidak perlu memakai binokular atau teleskop. Kamu hanya perlu mencari area gelap di langit lalu biarkan mata menatapnya selama 20-30 menit.