JATIMTIMES - Pada masa Rasulullah SAW, hidup salah satu Tabi'in bernama Uwais Al Qarni. Tabi'in sendiri merupakan seseorang yang saat masa hidupnya ia tidak mengalami pertemuan dengan Nabi Muhammad SAW.
Meski begitu, Uwais Al Qarni sendiri disebut merupakan Tabi'in terbaik yang pernah ada pada masanya. Hal itu karena Uwais semasa hidupnya sangat berbakti kepada orang tuanya yang dalam kondisi lumpuh.
Baca Juga : Bupati Sanusi Ingatkan Pentingnya Guru Agama dalam Kehidupan
Uwais Al Qarni bahkan memeluk Islam setelah mendengar dakwah dari para sahabat Nabi yang dikirim ke Yaman. Sosoknya juga sangat mencintai Rasulullah SAW
Hal itu membuatnya sangat ingin bertemu dengan Rasulullah SAW. Akan tetapi, kondisi sang ibu yang membutuhkan perawatan membuatnya tidak bisa meninggalkannya.
Sehingga, dalam komunikasinya, Uwais hanya dapat melalui surat yang dikirimkan dan dituliskan Rasulullah SAW melalui para Sahabat.
Rasulullah SAW pernah memuji Uwais Al-Qarni. Ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki tabi'in lainnya. Dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan Imam Muslim dari Umar bin Khattab, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Sebaik-baik tabi'in adalah seorang laki-laki yang disebut dengan Uwais. Ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepadanya. Ia (pernah) memiliki penyakit putih (pada kulit). Mintalah agar dia memohonkan ampunan (Allah) untuk kalian."
Kesalehan dan berbaktinya Uwais kepada sang ibu juga membuat para sahabat mengangumi Uwais. Bahkan, satu ketika Sahabat Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib pernah mencari Uwais di Yaman dan meminta doa darinya.
Meski dinobatkan sebagai Tabi'in terbaik, namun Uwais Al Qarni tidak sombong. Ia tetap menjadi sosok yang rendah hati, Zuhud dan Tawadhu.
Baca Juga : Kasus Perusakan Banner Caleg NasDem, Polres Jember Segera Gelar Perkara
Bahkan begitu rendah hatinya Uwais, berbagai kelebihan yang ia miliki, tidak ia pamerkan pada orang lain. Hanya sekedar gigi putihnya pun ia enggan memamerkannya.
Dalam hidupnya, ia tak memikirkan ketenaran, apalagi sebuah kekayaan. Ia hanya memikirkan untuk berbakti kepada ibunya dan selalu mengharapkan ridho Allah SWT.
Sementara, Uwais Al Qarni wafat pada tahun 37 H. Ia wafat karena Ikut berperang dalam perang Shiffin antara pasukan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia ikut berperang di pihak Ali bin Abi Thalib dan menjadi khalifah yang sah.
Sepeninggalan Uwais Al Qarni, ia memberikan warisan yang sangat berharga bagi umat Islam, yaitu teladan dalam berbakti kepada orang tua, mencintai Nabi Muhammad SAW, dan berpegang teguh kepada ajaran Islam.
Selain itu, kerendahan hati menjadi hal yang ia contohkan. Kelebihan yang dimilikinya tidak ia pamerkan. Ia juga menjadi inspirasi dimana mendekatkan diri dengan Allah SWT dengan cara yang sederhana dan penuh rasa ikhlas.