JATIMTIMES - Upaya untuk terus memberdayakan masyarakat Kota Malang terus dilakukan oleh semua pihak. Salah satunya oleh KT&G Training Center dengan menggelar sejumlah pelatihan selama 3 tahun terakhir, yang salah satunya adalah pelatihan menjahit.
Pada program pelatihan tersebut, masyarakat dibantu untuk meningkatkan keterampilan menjahit secara gratis. Pimpinan KT&G Training Center Malang, Choon Hwan Hahm mengatakan, selain menjahit, pihaknya juga menyediakan pelatihan di bidang komputer dan desain grafis.
Baca Juga : Terbukti, BINUS @Malang Sukses Cetak Lulusan Unggul sesuai Kebutuhan Dunia Kerja
Menurutnya, dalam waktu singkat melalui program pelatihannya tersebut, saat ini sudah ada ratusan peserta yang telah menerima manfaat pelatihan tersebut. Setidaknya ada 350 peserta telah mengikuti pelatihan menjahit dan sudah ada 30 peserta pelatihan program komputer.
"Masing-masing sekolahnya ditempuh dengan waktu 3 bulan. Hari ini adalah acara kelulusan angkatan ke-11 khusus untuk sekolah menjahit, namanya Korsa. Kalau sekolah komputer dan desain grafis, namanya Kordi," ujar Hahm.
Hahm mengatakan, program pelatihan tersebut memang diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin meningkatkan keterampilannya. Bhakan pelatihan tersebut dapat diterima secara gratis. Setelah lulus pun, para peserta juga memiliki kesempatan untuk bekerja sesuai bidang pelatihannya.
"Jadi terlebih ini sangat menolong bagi ibu-ibu juga, karena kebanyakan ibu-ibu yang mengikuti sekolah menjahit ini. Kalau di sekolah komputer kebanyakan pemuda-pemudi," terang Hahm.
Selain itu, pada Kamis (14/12/2023) malam, pihaknya juga menggelar sebuah kegiatan untuk memamerkan hasil karyanya, yang diperuntukkan bagi alumni peserta pelatihan angkatan 1 hingga 10. Yang dibarengkan dengan seremoni kelulusan angkatan ke 11.
"Nah alasan memilih Malang, karena kami merasa cocok. Suasana dan kondisinya sangat memungkinkan. Jadi sekolah ini juga pertama kali dibuka di Malang, dan hasilnya luar biasa. Contohnya banyak sekali ibu-ibu yang mendapatkan hasil positif setelah mengikuti sekolah menjahit di sini. Ini beda dari CSR, jadi memang betul-betul untuk memberdayakan masyarakat," jelas Hahm.
Baca Juga : Pemdes Tugu Rejotangan Latih 40 Peternak Manfaatkan Limbah untuk Pakan Fermentasi
Terpisah, alumni Korsa angkatan 1, Evy Firstyawati, menceritakan perubahan besar dalam kehidupannya, setelah mengikuti program Korsa selama 6 bulan. Bermulai sebagai seorang Make Up Artist (MUA), Evy kini berhasil meraih omzet sekitar Rp 10 juta per bulan dari hasil menjahit.
"Jadi saya ikut 3 bulan sekolah kursus pemula, kemudian jeda 9 bulan baru kursus kelas mahir. Jadi totalnya 6 bulan. Pelatihannya meliputi pengenalan jenis dan macam jarum, macam kain, jadi gak langsung praktik menjahit. Jadi misalnya ada untuk kain jenis denim, untuk baju dengan kain halus, itu beda-beda. Kalau yang kelas mahir, itu sudah pecah model," tutur Evy.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Elly Nurhayati, salah satu alumni dari angkatan 5. Elly bahkan mengaku bahwa dari awal, dirinya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang menjahit. Namun kini Elly telah berhasil menyelesaikan lebih dari 100 karya, termasuk seragam sekolah dan pakaian dinas kantor.
"Setelah lulus dari (kelas) mahir, saya semakin berani untuk berkarya. Mengerjakan beberapa jahitan seragam sekolah dan baju baju dinas kantor. Dan sampai saat ini saya sdah menyelesaikan lebih dari 100 pcs jahitan," pungkasnya.