JATIMTIMES - Tiga warga negara Amerika Serikat (AS) yang disandera Hamas di Jalur Gaza akan ikut dibebaskan dalam kesepakatan antara Israel dan kelompok militan Palestina tersebut. Dalam sandera yang akan dibebaskan itu juga terdapat seorang bocah perempuan berusia 3 tahun di antara ketiga sandera asal AS.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (22/11/2023), Israel dan Hamas menyepakati pembebasan sandera dengan imbalan jeda pertempuran di Jalur Gaza usai melakukan perundingan selama beberapa waktu terakhir, dengan dimediasi oleh Qatar dan AS.
Baca Juga : Israel Sepakati 4 Hari Gencatan Senjata di Gaza
Dalam kesepakatan yang diumumkan pada Rabu (22/11) waktu setempat itu, sebanyak 50 sandera Hamas, yang terdiri dari sandera wanita dan anak-anak, akan dibebaskan dalam waktu empat hari, dan selama proses itu berlangsung akan diberlakukan jeda pertempuran di Jalur Gaza.
Untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan oleh Hamas, jeda pertempuran di Jalur Gaza akan diperpanjang satu hari lagi.
Tak hanya itu saja, kesepakatan itu juga disebut mencakup pembebasan sekitar 150 tahanan Palestina, juga terdiri atas tahanan wanita dan anak-anak, dari penjara-penjara Israel.
Seorang pejabat AS menuturkan kelompok sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas akan mencakup tiga warga negara AS, yang terdiri atas dua wanita AS dan seorang bocah perempuan AS bernama Abigail, yang akan berulang tahun ke-4 pada Jumat (24/11) mendatang.
Menurut pejabat senior AS tersebut, pembebasan awal sandera Hamas diperkirakan akan dilakukan 24 jam setelah kesepakatan diumumkan ke publik. Kemungkinan kelompok sandera pertama akan dibebaskan Hamas pada Kamis (23/11) pagi besok.
"Saya menyebut setidaknya ada 50 wanita dan anak-anak dalam jangka waktu empat hingga lima hari," sebut pejabat senior AS, yang enggan disebut namanya itu, tanpa memberikan informasi lebih detail soal asal kewarganegaraan sandera-sandera yang akan dibebaskan Hamas.
Kesepakatan antara Israel dan Hamas itu, menurut pejabat senior AS tersebut, juga mencakup lebih banyak penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Diharapkan jeda pertempuran ini juga akan diberlakukan di wilayah Israel bagian utara, di mana terjadi bentrokan antara Hizbullah dan pasukan militer Tel Aviv.
Lebih lanjut pejabat senior AS itu bahwa inspeksi secara ketat akan dilakukan demi memastikan Hamas tidak menggunakan jeda pertempuran untuk mempersenjatai kembali para petempur mereka di Jalur Gaza.
Baca Juga : Kelompok Negara Muslim, Termasuk Indonesia, Desak Gencatan Senjata di Gaza
Menurut pejabat senior AS tersebut, Hamas telah mengatakan bahwa 'mereka sebenarnya memerlukan jeda (pertempuran) untuk mencari dan menetapkan di mana orang-orang berada'. Jeda pertempuran ini akan memberikan waktu kepada Hamas untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan para wanita dan anak-anak di Jalur Gaza.
"Kami mengantisipasi jumlahnya akan mencapai lebih dari 50 orang, tapi saya tidak ingin menyebut angkanya. Namun cara kesepakatan itu disusun adalah memberikan banyak insentif bagi pembebasan semua sandera," jelas pejabat senior AS itu.
Diketahui, pada serangan mematikan yang dilakukan Hamas pada Sabtu, (7/10/2023) lalu sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas.
Lebih dari 240 orang, yang tidak hanya terdiri atas warga sipil dan tentara Israel tapi juga warga negara asing, disandera oleh Hamas dan ditahan di Jalur Gaza.
Israel melancarkan serangan tanpa henti, lewat udara, darat dan laut, terhadap Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 13.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel selama lebih dari sebulan terakhir.