JATIMTIMES - Jawa Timur salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan warisan bersejarah menghadirkan sebuah misteri yang belum terpecahkan. Di pelosok pedesaan yang jauh dari perkotaan, berdiri sebuah candi bernama Candi Kalicilik, sebuah situs bersejarah yang mempesona di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.
Bangunan ini yang terdiri dari batu bata merah dan batu andesit telah menyimpan cerita-cerita masa lalu yang membingungkan sejarawan dan para peneliti. Apakah Candi Kalicilik adalah peninggalan Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok. Ataukah candi ini berasal dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi? Sebuah misteri yang belum terungkap ini mengajak kita untuk memahami dan merawat kekayaan warisan bersejarah yang ada di Jawa Timur.
Baca Juga : KPU Kota Blitar Terima 1.760 Bilik Suara
Candi Kalicilik adalah sebuah contoh nyata kekayaan warisan bersejarah Jawa Timur yang memiliki daya tarik tak terelakkan. Dengan panjang 6,6 meter, lebar 6,6 meter, dan tinggi mencapai 9 meter. Candi ini memancarkan pesona arsitektur periode Singasari yang telah bertahan selama berabad-abad. Terbuat dari batu bata merah dan batu andesit, candi ini menjalani perjalanan waktu yang panjang, menyaksikan perubahan dan peristiwa bersejarah yang mengguncang pulau Jawa.
Namun, yang membuat Candi Kalicilik semakin menarik adalah misteri sejarah yang melekat padanya. Sejarawan dan peneliti telah berdebat apakah bangunan ini adalah peninggalan Ken Angrok, pendiri Kerajaan Singasari ataukah ia berasal dari masa Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
Angka 1271 Saka (1349 Masehi) yang terpahat di dekat pintu masuk candi menambah kompleksitas misteri ini. Angka ini mengacu pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Tunggadewi di Majapahit, tetapi ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa Ratu Tribhuwana Tunggadewi hanya melakukan perbaikan pada candi ini, bukan sebagai pembangun awal.
Ken Arok, seorang tokoh yang memegang peran sentral dalam sejarah Jawa, adalah pendiri Dinasti Rajasa yang memerintah di Kerajaan Singasari dan kemudian keturunannya mendirikan Kerajaan Majapahit.
Menurut Agus Aris Munandar, seorang peneliti yang berbicara dalam Seminar Naskah Kuno Nusantara sebagai Warisan Bernilai Luhur dalam rangka memperingati seperempat abad Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, terdapat sebuah bait yang menarik dalam kitab Negarakrtagama.
Bait tersebut, pupuh XL bait 5 berbunyi : ri sakasyabdi rudra karma kalahaniran mantuk ingswargaloka, kyating rat sang dinarmma dwaya ri kagnangan/sewaboddeng usana, menyiratkan makna yang mendalam. Bait ini merujuk pada tahun 1149 Saka (1227 Masehi) ketika seorang tokoh penting, yang diyakini sebagai Ken Arok, meninggalkan dunia ini dan kembali ke sorgaloka, dunia roh.
Bait tersebut juga menyebutkan bahwa Ken Arok didharmakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Kagnangan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Buddha. Ini menunjukkan peran penting Ken Arok dalam perkembangan agama dan budaya pada masanya. Ken Arok, sebagai pendiri Dinasti Rajasa, memiliki keturunan yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit.
Namun, hingga saat ini, masih ada ketidakpastian terkait dengan keberadaan sebenarnya dari Kagnangan/Kagenengan sebagai tempat pendharmaan Ken Arok, baik sebagai pengikut Siwa maupun Buddha. Di wilayah Blitar, terdapat sebuah bangunan candi bata yang saat ini dikenal dengan nama Candi Kalicilik.
Candi Kalicilik memiliki sejarah dan karakteristiknya sendiri. Berdasarkan temuan arca Agastya, kita dapat mengidentifikasi bahwa Candi Kalicilik memiliki latar belakang agama Hindu-Siwa yang kuat. Di bagian depan ambang pintu masuk, terukir angka tahun 1271 Saka (1349 Masehi), yang telah menghasilkan teori bahwa Candi Kalicilik berasal dari masa Kerajaan Majapahit.
Baca Juga : Misteri di Dusun Talok Blitar: Mayat Perempuan Ditemukan, Polisi Selidiki Keterlibatan Suami
Selain itu, sejarawan Thomas Stamford Raffles dalam bukunya "History of Java" menyebut Candi Kalicilik dengan nama Candi Genengan (Raffles, 2008:382). Raffles menyiratkan bahwa Candi Kalicilik memiliki hubungan dengan tempat yang terkait dengan Ken Arok.
Agus Aris Munandar juga menyampaikan pandangannya bahwa kemungkinan besar Kagenengan, tempat pendharmaan Ken Arok adalah Candi Kalicilik. Angka tahun 1271 Saka yang terpahat pada ambang pintu masuk, yang mengacu pada masa Majapahit, mungkin merupakan penanda peringatan terhadap perbaikan atau pemugaran bangunan yang sudah ada sejak masa Singasari (Munandar, 2005: 3-4).
Misteri ini terus menjadi pusat perhatian para peneliti, sejarawan, dan pecinta warisan bersejarah. Mencari tahu hubungan antara Ken Arok, Kagenengan, dan Candi Kalicilik adalah pekerjaan yang membutuhkan lebih banyak bukti dan penelitian mendalam. Seiring waktu, kita mungkin akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang keterkaitan antara tokoh bersejarah ini dan situs-situs suci yang menyimpan sejarah dan nilai budaya yang berharga.
Candi Kalicilik adalah bukti hidup dari kekayaan warisan bersejarah Jawa Timur yang memikat hati dan pikiran. Bangunan ini bukan hanya suatu penanda sejarah, tetapi juga suatu misteri yang belum terpecahkan. Apakah Candi Kalicilik adalah peninggalan Ken Arok atau Ratu Tribhuwana Tunggadewi, itu adalah pertanyaan yang terus menjadi perdebatan dan tantangan yang kita hadapi.
Merawat Candi Kalicilik adalah tugas bersama kita sebagai masyarakat yang mencintai warisan budaya dan sejarah Jawa Timur. Dalam usaha untuk menjaga situs ini agar tetap utuh dan berfungsi, kita juga menjaga kenangan dan cerita-cerita masa lalu yang membentuk identitas kita.
Sebuah situs bersejarah bukan hanya untuk dinikmati hari ini, tetapi juga untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Dalam merawat Candi Kalicilik, kita merawat bagian penting dari sejarah dan budaya Jawa Timur. Mari bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan bersejarah yang berharga ini, sehingga misteri Candi Kalicilik akan tetap hidup dan mungkin akan terpecahkan di masa yang akan datang. Dan kenangan masa lalu akan terus bersinar terang dalam cahaya masa kini dan masa yang akan datang.