free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Kisah Perjuangan Sakera: Pahlawan Rakyat Jawa Timur Melawan Belanda Demi Keadilan

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Nurlayla Ratri

31 - Oct - 2023, 22:18

Placeholder
Ilustrasi perjuangan Sakera dalam goresan sketsa

JATIMTIMES - Jawa Timur, tanah kelahiran para pejuang yang gigih melawan kolonial Belanda, telah melahirkan banyak tokoh legenda. Salah satu pahlawan yang berdiri teguh melawan penjajahan adalah Sakera, seorang mandor perkebunan asal Pasuruan. 

Lahir dengan nama asli Raden Sadiman, Sakera adalah keturunan Madura dan merupakan tokoh pejuang legenda asli Jawa Timur yang perjuangannya tak akan pernah terlupakan.

Baca Juga : Stasiun Blitar: Jejak Sejarah yang Terukir dalam Perjalanan Kereta Api di Indonesia

Sakera berjuang melawan pemerintahan Hindia Belanda sekitar awal abad ke-19 di perkebunan tebu di daerah Bangil. Ia dikenal sebagai seorang ahli bela diri yang tak kenal takut. 

Namun, perjuangan Sakera bukan semata-mata untuk pertahanan diri, melainkan demi keadilan dan hak rakyat Jawa Timur. Inilah yang menjadikan dia sosok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pahlawan di Jawa Timur.

Sakera berasal dari keluarga ningrat dan berlatar belakang Islam yang kuat. Ia bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula Kancil Mas Bangil. Sebagai seorang mandor, Sakera dikenal sebagai pemimpin yang adil dan peduli terhadap kesejahteraan para pekerja perkebunan. 

Pekerja perkebunan melihat Sakera bukan hanya sebagai seorang atasan, tetapi sebagai seorang sahabat yang selalu memperjuangkan hak-hak mereka. Itulah sebabnya ia mendapat julukan "Sakera," yang berarti "sahabat."

Ketika musim giling di perkebunan selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan lahan baru untuk menanam tebu. Orang Belanda yang penuh ambisi berusaha membeli lahan perkebunan seluas-luasnya dengan harga semurah-murahnya. 

Mereka menggoda Carik Rembang, seorang pejabat lokal, untuk menyediakan lahan baru dalam waktu singkat dan dengan iming-iming harta serta kekayaan. Carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut, dan ia menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan.

Sakera dengan tegas membela rakyat, menentang tindakan ketidakadilan yang dilakukan oleh Carik Rembang. Perlawanan Sakera terhadap penjajahan Belanda membuat Carik Rembang marah, dan ia melaporkan hal ini kepada pemimpin perusahaan Belanda. Sang pemimpin, yang juga sangat marah, mengutus wakilnya Markus untuk menghentikan Sakera.

Suatu hari, ketika pekerja sedang beristirahat di perkebunan, Markus marah-marah dan menghukum para pekerja. Ia menantang Sakera untuk berduel. Sakera yang mengetahui hal ini, marah dan akhirnya membunuh Markus serta pengawalnya di kebun tebu. Itulah saat pertama kali nama Sakera menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang) bagi polisi pemerintah Hindia Belanda.

Sakera akhirnya ditangkap saat berkunjung ke rumah ibunya. Disana, Sakera dihadang oleh polisi Belanda beserta Carik Rembang yang sakit hati. Pertarungan sengit pun terjadi, dan Sakera hampir saja memenangkan pertarungan tersebut. Sayangnya, polisi mengancam untuk membunuh ibu Sakera, dan akhirnya, Sakera menyerah dan dimasukkan ke dalam penjara.

Di balik jeruji penjara itulah, Sakera mendapatkan kabar bahwa istrinya, Marlena, sering diganggu oleh keponakannya yang bernama Brodin. Brodin telah mengincar Marlena sejak lama. Sakera pun murka dan kabur dari penjara untuk melindungi keluarganya.

Baca Juga : Kontroversi Sejarah Aryo Blitar dan Sengguruh: Versi Historiografi dan Tutur Tradisional

Brodin adalah target utama Sakera, dan akhirnya, Brodin dibunuh oleh tangan Sakera. Namun, Sakera tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan perjuangannya dengan membunuh Carik Rembang dan para petinggi perkebunan yang memeras rakyat.

Bahkan kepala Polisi Bangil pun menjadi target Sakera karena mencoba menangkapnya. Tangan kepala Polisi Bangil akhirnya ditebas oleh Sakera dalam pertarungan sengit. Kesatria ini terus melanjutkan perjuangannya melawan penjajahan Belanda dengan penuh semangat dan keberanian.

Seluruh polisi pemerintah Belanda di Bangil dikerahkan untuk menangkapnya, tetapi Sakera terlalu sakti dan licin bagi mereka. Mereka kehabisan akal untuk menangkapnya, sehingga akhirnya, pemerintah Belanda pergi menemui teman seperguruan Sakera, seorang pria bernama Aziz.

Pemerintah Belanda mencoba menyuap Aziz untuk memberikan informasi tentang kelemahan Sakera. Aziz, akhirnya, bersedia membantu. Maka, diadakanlah acara tayuban di desa untuk memancing Sakera. Mereka mengetahui bahwa Sakera sangat menyukai acara tayuban.

Sakera diundang ke acara tersebut oleh seorang suruhan Belanda. Di sana, sebuah tikar yang sangat bagus telah disiapkan. Tanpa curiga, Sakera duduk di tempat paling depan. Namun, di bawah tikar tersebut, mereka telah membuat lubang jebakan yang dalam. Sakera terperosok ke dalam lubang, dan saat itulah ilmunya diambil dengan pukulan menggunakan bambu apus.

Sakera yang sudah tidak berdaya kemudian ditangkap dan diberi hukuman gantung oleh pemerintah Bangil. Meskipun Sakera telah mengorbankan segalanya dalam perjuangannya melawan penjajahan, semangatnya tetap hidup di hati masyarakat Jawa Timur.

Namun, sangat disayangkan bahwa perjuangan Sakera tidak pernah terdokumentasikan secara luas bagi masyarakat Indonesia. Nama dan jasanya hanya diingat dan dihormati di daerahnya sendiri yaitu Pasuruan.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Sakera jawa timur pahlawan sejarah sakera



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Nurlayla Ratri