free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Candi Jolotundo, Wisata Religi di Mojokerto yang Miliki Air Hampir Setara Zam-zam

Penulis : Mutmainah J - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

30 - Oct - 2023, 13:54

Placeholder
Candi Jolotundo Mojokerto. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Mojokerto merupakan daerah yang kaya akan situs-situs bersejarah. Hal itu disebabkan banyak ditemukannya napak tilas peradaban zaman dahulu, khususnya masa kerajaan Majapahit. Konon, Mojokerto merupakan titik pusat atau ibu kota dari Majapahit.

Peninggalan-peninggalan yang tersisa sampai detik ini, dimanfaatkan sebagai objek daya tarik wisata berbasis edukasi sejarah oleh pemerintah Kabupaten Mojokerto. Satu di antara peninggalannya adalah Petirtaan Air Jolotundo.

Baca Juga : Ribuan Penonton Padati Batu Art Flower Carnival 2023, 75 Peserta Adu Unggulan Potensi Lokal

Jolotundo merupakan kompleks candi yang diperkirakan dibangun pada 899 Saka atau 977 Masehi. Salah satu bangunannya adalah petirtaan atau kolam air.

Dilansir dari laman disparpora.mojokertokab.go.id, Jolotundo terletak di lereng Gunung Penanggungan. Untuk mencapai objek wisata ini, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi roda 2 maupun roda 4.

Petirtaan Jolotundo memiliki panjang 16,85 meter, lebar 13,52 meter, dan kedalaman 5,20 meter. Petirtaan ini terbuat dari batu andesit yang dipahat halus.

Sementara, untuk penamaan Jolotundo itu sendiri tidak sembarangan. Penamaan tersebut mengandung sebuah arti. Jolotundo berasal dari kata “Jala” dan “Tundo”. Jala bermakna air dan Tundo yang bermakna tingkatan. Tingkatan di sini maksudnya adalah tunda atau yang bertingkat. Ketika dua kata tersebut digabungkan maknanya menjadi kolam air yang disusun secara bertingkat.

Dahulu, terdapat empat tingkatan pada bangunan tersebut. Namun, sekarang yang bisa dinikmati hanya sisa dua tingkatan saja. Terdapat juga patung Dewa Wisnu mengendarai burung garuda, tetapi saat ini sudah dipindahkan.

Petirtaan ini juga memiliki dua bilik. Bilik pertama terletak di sebelah kiri, diperuntukkan bagi perempuan. Pancuran dari bilik ini berasal dari Arca Naga.

Arca tersebut melambangkan feminitas yang menjadi corak kepribadian sosok perempuan. Kemudian, pada bilik kanan diperuntukkan bagi laki-laki. Pancuran dari bilik ini berasal dari arca garuda, melambangkan sosok pria yang maskulin.

Pada area tengah bangunan terdapat sebuah teras yang di sisinya terukir relief kisah mahabarata. Konon, kisah tersebut berasal dari kisah Amertamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan perantara Gunung Mahameru ketika dililit ular Batara Wasuki. Pada bagian puncak, dibuat seperti pancuran. Hal ini melambangkan sang Mahameru.

Selain kisah Mahabarata, petirtaan ini juga mengandung cerita romantis dalam proses pembangunannya. Dikisahkan sebelum pertirtaan ini dibangun, Raja Udayana yang berkuasa di Bali dilengserkan oleh sang penghianat. Sehingga ia lari ke tanah Pulau Jawa.

Di sini, ia diterima kedatangannya oleh Raja Mataram dari Wangsa Isyana, yaitu Sri Makuta Wangsa Wardhana. Ternyata, Raja Udayana juga terpikat kecantikan dari anak Raja Mataram, yaitu Gunapriya Dhamapati. Kemudian, mereka berdua menikah.

Dalam menyambut kelahiran anaknya, yaitu Airlangga, petirtaan ini dibangun sebagai wujud rasa syukur atas kelahiran sang putra dan rasa cinta kepada istrinya karena telah melahirkan keturuanannya.

Baca Juga : Disupport BNI dan Le Minerale, Indonesia Masters 2023 Diikuti 241 Pemain dari 15 Negara 

Sementara dilansir dari akun Tiktok @goodnewsfromindonesia, air petirtaan Jolotundo tidak pernah berkurang meskipun musim kemarau. Kualitas airnya dipercaya salah satu yang terbaik di dunia dengan kandungan mineral yang tinggi. Air Jolotundo dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit dan membuat peminumnya awet muda. Tak heran bila pengunjung Jolotundo kerap membawa botol atau jerigen supaya bisa membawa pulang air Jolotundo.

Dalam petirtaan Jolotundo, terdapat tiga jenis air yang keluar. Ketiganya adalah minum, air bersih, dan air irigasi.

Air minum digunakan untuk minum masyarakat setempat dan dipercaya sebagai obat berbagai macam penyakit. Air bersih atau air suci digunakan untuk mandi supaya bersih hati, pikiran, perilaku, maupun kulitnya.

Sedangkan air irigasi digunakan untuk tanaman dan pertanian. Melihat fungsinya sedemikian rupa, tak heran masyarakat setempat sangat menjaga dan melestarikan Jolotundo beserta alam di sekitarnya.

Kualitas dari air petirtaan Jolotundo ini tidak main-main. Hal ini dapat dibuktikan dengan studi penelitian. Pertama, penelitian BP3 Trowulan pada tahun 1985. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di Jolotundo menduduki peringkat kelima di dunia.

Kemudian, penelitian Arkeolog Belanda. Enam tahun berikutnya, tepatnya tahun 1991, sekelompok arkeolog Belanda juga menaruh perhatian lebih kepada air Jolotundo. Hasil dari penelitian menunjukkan baha kualitas air di sumber air ini menduduki peringkat ketiga di dunia.

Terakhir, penelitian dari Ikatan Dokter Pusat Jakarta. Pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1994, mereka mendapatkan hasil bahwa sumber mata air Jolotundo terbaik kedua setelah air zam-zam di Makkah, Arab Saudi.

Ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas air Jolotundo memang sudah memenuhi syarat sebagai sumber mata air tanah berkualitas. Syarat tersebut adalah dari sisi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Hal ini juga diperkuat ketika musim kemarau melanda, air dari sumber air Jolotundo tetap mengalir dengan baik.


Topik

Serba Serbi Petirtaan Jolotundo jolotundo mata air mojokerto



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Sri Kurnia Mahiruni