JATIMTIMES- Sebuah peristiwa bersejarah terjadi di Indonesia pada 28 Oktober 1928. Peristiwa itu kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Tahun ini merupakan peringatan ke 95 tahun Sumpah Pemuda.
Peristiwa Sumpah Pemuda jadi tonggak penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa itu menandai tekad dan semangat para pemuda, untuk memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Baca Juga : Viral UMM Jadi Destinasi Mancing, Komentar Netizen Malah di Luar Dugaan
Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda Kedua yang digelar pada 27-28 Oktober 1928. Konggres ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh Indonesia.
Kongres bertujuan memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia yang telah tumbuh di dalam benak dan sanubari pemuda-pemudi. Pemuda-pemuda Indonesia merasa perlu untuk bersatu demi mencapai tujuan kemerdekaan. Itu seiring dengan semangat nasionalisme yang berkobar.
Kongres Pemuda II terbagi menjadi 3 sesi rapat. Setiap sesi rapat dilaksanakan di gedung berbeda. Rapat ketiga dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw Kramat pada Minggu, 28 Oktober. Rapat ketiga menjelaskan pentingnya kepaduan bagi negara.
Di sini tercetus ide untuk mengucapkan Sumpah Pemuda. Puncak dari Kongres Pemuda II adalah pengucapan Sumpah Pemuda. Di bawah kepemimpinan Soekarno, Mohammad Hatta, dan tokoh-tokoh pemuda lainnya, pemuda-pemuda dari berbagai penjuru Nusantara berkumpul di Jakarta dan mengucapkan sumpah sebagai berikut:
Kami, Putra-Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami, Putra-Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami, Putra-Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah ini merupakan komitmen kuat untuk bersatu dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sebagai satu bangsa yang merdeka. Beberapa tokoh pemuda yang memainkan peran penting dalam Sumpah Pemuda adalah Soekarno, Mohammad Hatta, Sutomo, dan masih banyak yang lainnya. Kemerdekaan yang diimpikan itu akhirnya nyata terwujud ditandai dengan Proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Sumpah Pemuda benar-benar berdampak terhadap perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda benar-benar memberikan ilham terhadap perjuangan menuju Indonesia merdeka. Serta menggugah rasa kebangsaan dan persatuan di kalangan pemuda Indonesia.Sumpah Pemuda adalah landasan perjuangan terwujudnya kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Dalam sejarahnya, Sumpah Pemuda juga menorehkan sejarah dasar terbentuknya Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Sedikit menarik ke belakang, lahirnya Sumpah Pemuda tak bisa dilepasakan dari Budi Utomo, organisasi yang jadi penggerak para pemuda pribumi untuk bersatu dan membentuk berbagai organisasi kepemudaan lainnya. Organisasi-organisasi pemuda yang dibentuk itu kemudian bersatu pada Kongres Pemuda I dan II yang akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda di tahun 1928.
Budi Utomo adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh Soetomo dan para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen(STOVIA) pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini digagas oleh Wahidin Sudirohusodo dan Bergerak di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan awalnya tidak bersifat politik.
Budi Utomo sendiri merupakan organisasi modern pertama yang kemudian berkembang menjadi tonggak kebangkitan nasional di Indonesia. Berkat adanya organisasi ini, para pemuda di daerah mulai tergerak hatinya untuk turut serta memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan munculnya organisasi ini juga menjadi momentum bagi lahirnya rasa kebangsaan untuk pertama kalinya di Indonesia.
Kelahiran Budi Utomo menjadi babak baru bagi perjuangan bangsa Indonesia, khususnya di kalangan pemuda. Hal ini karena organisasi tersebut berhasil mengubah bentuk perjuangan dari yang hanya bersifat lokal menjadi perjuangan yang bersifat nasional.
Budi Utomo membuat pemuda pribumi menjadi sadar, bahwa perjuangan yang bersifat lokal akan sia-sia. Dalam mewujudkan kemerdekaan dibutuhkan persatuan dan kesatuan nasional yang dibangun antar organisasi dari seluruh nusantara yang berbeda-beda adat dan budaya. Dengan konsep ini, maka kemerdekaan Bangsa Indonesia akan bisa diwujudkan secara nyata.
Tokoh utama dari Budi Utomo adalah Dr Sutomo dan Dr Wahidin Sudirohusodo. Namun, ada tokoh lain di balik layar yang jadi kunci keberhasilan organisasi ini hingga akhirnya menggerakkan pemud pribumi negeri ini bersatu dan kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Tokoh dibalik layar yang tak pernah tersorot itu adalah Sunan Pakubuwono X, Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Di masa penjajahan, Pakubuwono X yang dikenal kaya raya dan dermawan melakukan serangkaian geberakan besar. Selain melakukan perombakan dan pembangunan fisik besar-besaran di Surakarta Hadiningrat. Pakubuwono X juga diam-diam memobilisasi pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Pakubuwono X lahir pada 29 November 1866 dengan nama kecil Raden Mas Sayidin Malikul Kusno. Ia adalah putra Pakubuwono IX dengan permaisuri KRAy Kustiyah. Pada usia 3 tahun, Raden Kusno telah ditetapkan sebagai putra mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram.
Pakubuwono X menggantikan ayahnya, Pakubuwono IX sebagai susuhunan Surakarta ketika Pakubuwono IX meninggal pada 16 Maret 1893. Dua minggu setelahnya Pakubuwana X resmi dilantik sebagai Susuhunan pada 30 Maret 1893. Pakubuwono memerintah Nagari Surakarta Hadiningrat selama 46 tahun.
Keinginan Pakubuwono X untuk mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak main-main. Ia memberikan berbagai fasilitas Keraton Kasunanan untuk organisasi yang baru saja lahir yaitu Budi Utomo. Beberapa tahun setelahnya, Pakubuwono X juga mendukung eksistensi Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin HOS Tjokroaminoto.
Sama seperti raja-raja Nusantara di masa penjajahan Belanda, sebelum naik tahta Pakubuwono X juga menandatangani kontrak politik dengan kompeni. Tujuannya tentu saja agar Pakubuwono X ketika bertahta tidak melakukan pemberontakan. Dalam kontrak politik itu disepakati, Pakubuwono X akan dilengserkan jika memberontak.
Namun Pakubuwono X adalah raja dengan otak super jenius. Dengan segala keterbatasannya karena kontrak politik, ia melakukan perjuangan dengan strategi jalan memutar. Pakubuwono X mengikuti semua keinginan Belanda. Di satu sisi, ia secara diam-diam tampil sebagai motivator dan aktor dibalik layar dalam pergerakan nasional untuk mengusir Belanda dari bumi Nusantara. Raja telah belajar dari sejarah leluhurnya, bahwa perang dengan senjata di masa lalu tidak bisa mengusir Belanda pergi dari negeri ini.
Kembali membahas Budi Utomo. Meskipun tidak tercatat, namun Pakubuwono X sejatinya adalah tokoh yang terlibat aktif dalam pembentukan Budi Utomo. Selain bersahabat dengan para pendiri Budi Utomo, Pakubuwono X juga berperan secara riil dalam kontribusi moral, material dan finansial dalam pendirian organisasi ini. Bagi Pakubuwono X, uang adalah hal kecil karena ia adalah raja yang kaya raya.
Setelah Budi Utomo resmi berdiri, banyak bangsawan dan priyayi yang bergabung dengan organisasi ini. Dari dalam keraton, satu nama yang bergabung dan berperan penting dalam Budi Utomo adalah Raden Mas Arya Wuryaningrat, seorang bupati nayaka yang menjadi menantu Pakubuwono X. Keterlibatan Wuryaningrat dalam Budi Utomo tak lepas dari dorongan yang diberikan Pakubuwono X.
Pakubuwono X juga mengizinkan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai kantor Budi Utomo Cabang Surakarta. Di sisi lain, Wuryaningrat tampil sebagai tokoh penting organisasi ini dimana ia mencatatkan diri sebagai Ketua Pengurus Besar Budi Utomo masa bakti 1916-1921 dalam pemilihan konggres di Surabaya. Sebelum pindah ke Surakarta pada 1926, Wuryaningrat berkeliling ke pelosok-pelosok Jawa menyerukan pembentukan front persatuan nasional untuk semua golongan dalam memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Wuryaningrat kemudian menjadi pemimpin Budi Utomo pasca wafatnya Dr Soetomo. Wuryaningrat juga menjadi anggota PNI nya Soekarno yang dibentuk di Bandung pada 1927. Dalam berkiprah di dunia politik, Wuryaningrat menyalurkan segala sesuatu yang dikehendaki mertuanya, Pakubuwono X. Wuryaningrat adalah duta Pakubuwono X dalam kancah politik nasional.
Setelah Budi Utomo menggelar kongres di Surakarta pada April 1928, Keraton Kasunanan menjadi semakin akrab dengan organisasi ini. Kongres ini menghasilkan keputusan pimpinan pusat organisasi tertua di Indonesia itu nampak menonjolkan tokoh-tokoh dari Keraton Surakarta. Diantaranya RMAA Kusumo Utoyo (ketua), RMH Wuryaningrat (wakil ketua), Mr Singgih (sekretaris pertama), RM Sudaryo (sekretaris kedua), Martodihardjo (sekretaris kedua), Radjiman Wedjodiningrat (komisaris), RM Supomo (komisaris) dan R Slamet (komisaris).
Memasuki tahun 1930, langkah Budi Utomo semakin jelas dalam mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dalam kongres yang digelar pada Desember 1932 di Surakarta, secara tegas terjadi perubahan radikal dalam anggaran dasarnya. Tujuannya dari “perkembangan harmonis negeri dan rakyat Jawa dan Madura” berubah menjadi tujuan “Indonesia Merdeka”.
Upaya Pakubuwono X dalam menggalang pergerakan nasional dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya Pakubuwono X aktif melakukan kunjungan ke berbagai daerah, baik yang dekat maupun yang jauh. Tercatat ia mengunjungi Semarang, Surabaya, Ambarawa, Salatiga, Bali, Lombok hingga Lampung. Kunjungan ini tentu bukan kunjungan biasa. Dalam kunjungan ini Pakubuwono X bermaksud memperluas pengaruh kekuasaanya dan menggalang dukungan masyarakat luas terhadap pergerakan nasional.
Uniknya, Belanda sama sekali tidak menaruh kecurigaan terhadap Pakubuwono X. Ketika Belanda mulai khawatir, Pakubuwono X selalu saja mampu mengembalikan kepercayaan Belanda terhadapnya. Contohnya, ketika Belanda melarang Pakubuwono X melanjutkan program kunjungannya, sang raja menurut saja. Dan ketika Belanda sudah lengah dan terlupa, Pakubuwono X kembali melanjutkan agenda kunjungan ke berbagai daerah. Agenda ini terus dilakukan Pakubuwono X hingga wafat pada 1939.
Dalam setiap kunjungannya, Pakubuwono X selalu berhasil menarik simpati rakyat dan pejabat tinggi di daerah tersebut. Dari sinilah Pakubuwono X menyebarluaskan gagasan-gagasan nasionalisme. Bahkan ketika Pakubuwono X berkunjung ke Demak, raja bertubuh tambun ini mensosialisasikan kepada khalayak luas mengenai Sarekat Islam.
Pakubuwono X mengajak masyarakat untuk mendukung Sarekat Islam demi kemajuan bangsa dan Negara. Pakubuwono X adalah pemimpin yang penuh ketulusan menanamkan jiwa nasionalisme dengan tujuan utamanya yaitu kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sebuah cita-cita yang akhirnya terwujud 6 tahun setelah Pakubuwono X wafat.