JATIMTIMES - Quarter-life crisis dikupas tuntas pada Virtual Talkshow Effort 2023 “Dare to Defy: Redefining Success and Breaking Societal Norm in The Face of Quarter-Life Crisis” yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya (HMDIE UB) pada Sabtu, 21 Oktober 2023.
Talkshow ini menghadirkan Annelia Sari Sani, Psikolog Klinis dan Maura Emillia Kirana sebagai content creator muda.
Baca Juga : Konten Kreator, Zahrah Faridatul Athifah: Siapapun Bisa Kuliah Pakai Beasiswa
"Quarter-life crisis sendiri bukanlah suatu psikopatologi, bukanlah sebuah disorder atau gangguan. Quarter-life crisis itu lebih kepada episode pada masa kehidupan transisional dari masa remaja ke dewasa" ujar Anne. Dalam istilah psikologi, quarter-life crisis disebut juga sebagai emerging adulthood. Fenomena ini terjadi pada usia 18 sampai awal 30 tahunan.
"Yang dialami adalah mungkin kebingungan, kecemasan menghadapi perubahan ini" tambahnya. Ia memaparkan kenyataan bahwa pada rentang umur emerging adulthood ini individu dihadapkan dengan berbagai macam pilihan hidup.
Anne mengingatkan bahwa ada beberapa keadaan yang menandakan bahwa seseorang harus mendapat pertolongan ahli yaitu ketika sudah mulai mengganggu kehidupan sosial dan mulai mempengaruhi waktu tidur yang awalnya rutin menjadi berantakan.
Ia juga membocorkan beberapa cara untuk mengelola stress, ia menyatakan bahwa stress tidak bisa serta merta dihilangkan, yang bisa dilakukan adalah mengelola dan memilahnya.
"Sekali lagi, belajar memilah mana yang bisa kita kontrol mana yang harus kita lepaskan. Kita fokuskan sama yang kita bisa kontrol dan kita relakan apa yang gak bisa kontrol" tegas Anne.
Menurut Maura Emillia Kirana atau yang akrab disapa Emil sebagai salah satu bagian dari Generasi Z bahwa permasalahan yang seringkali dialami oleh dia dan orang-orang disekitarnya adalah soal sandwich generation dan quarter-life crisis.
"Berpengaruh besar terhadap mental mereka, mereka jadi gampang capek, gampang nangis. Banyak reaksi-reaksi yang aku dapatkan dan terima sebagai teman sharing" ujar Emil.
Baca Juga : Lagi, Mahasiswa UIN Malang Raih Juara 1 dalam Java English Competition 2023
Emil mengatakan bahwa dari berbagai pengalaman sharing dengan kawan sebaya bahwa kebanyakan sumber dari stress yang memicu quarter-life crisis adalah permasalahan ekonomi, cinta, maupun pekerjaan.
Menanggapi hal tersebut, Anne yang profesional di bidang psikologi menyatakan bahwa di usia-usia emerging adulthood, seseorang sudah mulai membutuhkan partner serta mentor yang tepat dalam hidupnya.
"Krisis yang paling besar di masa ini adalah intimacy process isolation, orang-orang sudah mulai mencari kesejahteraan psikologis nya melalui hubungan yang sifatnya intimate" ujarnya. Sebaliknya apabila gagal memperoleh itu maka quarter-life crisis akan terasa lebih berat.
Sejalan dengan Anne di awal, Emil juga menegaskan bahwa apabila merasa membutuhkan bantuan profesional harus segera dilakukan. Walaupun begitu ia juga tidak memungkiri bahwa Generasi Z sudah mulai peduli dengan permasalahan kesehatan mental.
"Aku lihat sih sekarang banyak yang lebih aware, anak-anak muda udah pada menyuarakan, banyak yang lebih melek bahkan tanpa melihat gender saling membela" ujar Emil.