JATIMTIMES - Sebagai sebuah kota kuno di Nusantara, Kediri menyimpan banyak warisan sejarah dan kebudayaan bagi peradaban. Salah satu warisan sejarah yang bisa dinikmati hingga hari ini adalah situs Setono Gedong.
Lokasi situs Setono Gedong berada di tengah-tengah perkotaan, tepatnya di Jalan Doho Kota Kediri, Jawa Timur. Lokasinya berada di seberang Stasiun Kereta Api Kediri. Dengan lokasinya yang strategis, situs ini sangat mudah dijangkau oleh wisatawan yang ingin berkunjung ke Situs Setono Gedong.
Baca Juga : 50 Link Instansi yang Telah Umumkan Seleksi Administrasi CPNS
Bagi kalangan spiritual, Setono Gedong bukan tempat yang asing. Sedangkan bagi kalangan peneliti dan pencinta sejarah, Setono Gedong adalah tempat untuk mempelajari kisah dan sejarah masa lalu. Di situs ini dimakamkan sejumlah tokoh dari kalangan wali, ulama, pejabat tinggi era kerajaan dan darah biru.
Beberapa tokoh yang dimakamkan di tempat ini diantaranya Syech Al Wasil Syamsudin,Sunan Bagus, Sunan Bakul Kabul, Wali Akba, Panembahan Wirasmoro, Sunan Bagus, Kembang Sostronegoro, Mbah Fatimah dan Sri Susuhunan Amangkurat III (Raja ke-6 Kasultanan Mataram Islam).
Di situs ini terdapat pula beberapa makam keturunan dan pengikut setia Sri Susuhunan Amangkurat III. Di antaranya Pangeran Teposono (Putera Amangkurat III) dan Raden Ajeng Reksoprodjo (Abdi Dalem Amangkurat III). Serta R.Ng Pringgodigdo (Bupati ke-4 Nganjuk, menjabat 1852-1878, mertua Patih Blitar Djoyodigdo) dan Pangeran Sumende.
Dari keseluruhan tokoh yang dimakamkan di Setono Gedong, nama Pangeran Sumende termasuk nama yang asing dalam literatur sejarah. Namun ia termasuk tokoh penting dalam sejarah situs Setono Gedong. Menurut cerita lisan di Kediri, Pangeran Sumende adalah pengikut setia Raja keenam Mataram Islam Sunan Amangkurat III. Setelah Amangkurat III wafat dan dimakamkan di Setono Gedong, Sumende ditunjuk sebagai juru kunci pertama. Penunjukan Sumende sebagai juru kunci dilakukan oleh Pangeran Teposono, putra Sunan Amangkurat III.
“Saat Amangkurat III wafat, Pangeran Sumende ikut memakamkan. Dan setelah itu beliau secara otomatis menjadi juru kunci pertama Setono Gedong,” jelas Juru Kunci situs Setono Gedong, M Yusuf Wibisono, Selasa (16/10/2023).
Yusuf menambahkan, hingga saat ini pihaknya belum menemukan jalur silsilah Pangeran Sumende. Melihat gelar pangeran yang tersemat di depan namanya, ada sebuah keyakinan Sumende masih merupakan keluarga dari Keraton Kasunanan Kartasura dan masih punya jalinan kekeluargaan dengan Amangkurat III.
“Sumende itu gelar (kebangsawanan). Kalau diartikan, Sumende itu dari tiga orang anak artinya adalah kakaknya ragil, tengah atau anak kedua,” lanjutnya.
Cerita lisan di Kediri memang kontradiktif dengan cerita lisan versi keraton dan Belanda. Cerita lisan versi Kediri menyatakan setelah turun tahta akibat dikudeta Pangeran Puger (Pakubuwono I), Amangkurat III diasingkan ke Srilanka. Setelah dipulangkan ke Tanah Jawa, Amangkurat III tidak pulang ke Surakarta dan memilih untuk menetap di Kediri. Di Kediri inilah Amangkurat III menghabiskan sisa hidup dengan beribadah dan meninggalkan keduniawiannya. Ia memilih meneruskan hidupnya dengan menjadi wali. Di seluruh rangkaian perjalanan ini, Amangkurat III dikawal oleh abdi dan pengikut setianya, salah satunya Pangeran Sumende.
Baca Juga : TikTok Downloader: Memudahkan Pengunduhan Konten Viral
Semasa tinggal di Kediri pada waktu itu Amangkurat III tinggal di daerah Joyonegaran. Namun sayangnya, bangunan rumah tempat Amangkurat III tinggal saat ini sudah dibongkar. Untuk mendekatkan diri kepada tuhan, Amangkurat III memilih Setono Gedong sebagai tempat bermunajat. Di Setono Gedong pada waktu itu terdapat sebuah candi kuno.
Di dekat bangunan candi itu, Amangkurat III membuat sebuah kamar khusus sebagai tempatnya bersemedi dan bermunajat. Konon setelah Amangkurat III wafat, kamar khusus itu dijadikan sebagai makamnya dan makam keluarga sang raja.
“Di Setono Gedong ini dulu ada candi. Dan di dekat candi itu dibangun sebuah sentong atau kamar khusus yang digunakan beliau untuk tempat bermunajat. Dan sekarang sentong itu jadi makamnya beliau (Amangkurat III). Nah, yang membuat batas atau pagar tinggi untuk makam Amangkurat III ini adalah Pangeran Sumende dan pengikut yang lain,” terang Yusuf.
Cerita lisan Amangkurat III menghabiskan sisa hidup di Kediri ini didukung oleh bukti yang cukup kuat. Bukti-bukti otentik tersebut diantaranya adanya petilasan-petilasan. Makamnya yang diyakini berisi jasad pun juga ada di Situs Setono Gedong. Di samping makamnya terdapat sebuah kuburan yang berisi pusaka-pusaka asli Kasultanan Mataram yang dulu dibawa lari saat Amangkurat III lengser dari tahta.
Tepat di depan gedongan makam Amangkurat III, terdapat makam Raden Ajeng Reksporodjo, seorang abdi dalem perempuan yang bertugas membawa dan merawat pusaka-pusaka keraton milik Amangkurat III. Menurut cerita lisan Setono Gedong, pusaka-pusaka yang dijaga Reksoprodjo itu adalah harta pusaka yang dibawa Amangkurat III dari Keraton Kartasura.