JATIMTIMES - Pemikir Filsafat Rocky Gerung menyoroti pendidikan di Indonesia belum memiliki masa depan yang cerah. Menurutnya, duduk perkara pendidikan di Indonesia itu berada pada dosennya. Namun dosen masih cenderung plagiasi dan manipulasi.
"Di beberapa universitas negeri selalu ada yang namanya seminar internasional. Karena dipaksa, dosen itu musti ikut beberapa diskusi seminar internasional tuh. Akibatnya diundanglah ahli dari Amerika, dari Australia, gak jelas keahliannya apa, dosen datang di situ," jelas Rocky Gerung, dikutip TikTok @indonesia.netizen.
Baca Juga : Pengabdian Masyarakat, UBHI Tulungagung Latih Guru SD soal Aplikasi Powtoon
"Saya perhatikan gak ada satupun (dosen) yang bertanya (saat seminar internasional). Karena bahasa inggrisnya buruk," sambung Rocky Gerung.
Lantas selesai seminar internasional apa dampaknya bagi dosen? Kata Rocky Gerung, begitu selesai seminar dosen-dosen ini berkumpul di sekretariat panitia minta sertifikat sudah pernah ikut seminar internasional. Padahal dosen tidak mengerti apa yang dibicarakan di forum tersebut.
"Coba anda bayangkan kondisi itu, yang penting nanti, ada yang namanya kum, sudah pernah ikut seminar internasional," katanya.
Kemudian kasus dosen lainnya, menurut Rocky Gerung setiap dosen diminta untuk membaca jurnal yang harganya mahal. Di mana satu jurnal seharga USD 200 atau Rp 3 juta untuk langganan 6 bulan.
"Sementara gaji dosen berapa? Akibatnya manipulasi itu, hal inilah yang menyebabkan banyak kasus plagiasi (pada dosen)," tandas Rocky.
Baca Juga : Jalin Kerja Sama, STAI Darussalam Lampung Kirim 10 Mahasiswa Baru S3 ke UIN MalangĀ
Rocky Gerung pun mencontohkan dosen UI yang kerap diminta untuk menulis jurnal terindex scopus. Akhirnya dosen sibuklah untuk mencari objek.
"Lantas kapan dia ngajar dengan baik. Akibatnya mahasiswanya disuruh riset. Tapi hasilnya pakai nama saya (dosen) ya. Sebagai dosen manipulatif, saya tau semua itu," tegas Rocky Gerung.
"Jadi kita musti ucapkan itu supaya ini wake up call pada negara bahwa Indonesia ini krisis pengetahuan, krisis cara berpikir," pungkas Rocky Gerung.