JATIMTIMES - Belakangan ini viral di media sosial seorang paruh baya yang menggosokkan kotoran ternak ke lantai rumah. Video yang diunggah akun @indoflashflight menyebut jika aksi paruh baya tersebut merupakan tradisi budaya Dusun Sade.
Dalam video yang dibagikan tampak beberapa wisatawan tengah duduk di teras sebuah rumah. Kemudian seorang perempuan paruh baya datang membawa gayung berisi air. Lantas nenek tersebut mulai mengguyurkan air ke kotoran ternak berwarna hijau. Kemudian digosok-gosokkannya kotoran tersebut ke lantai menggunakan tangan. Kotoran itu digosokkan ke lantai hingga rata.
Baca Juga : Festival Sekarbanjar Lesbumi NU Kota Malang: Menggali Asal-Usul dalam Tawasul Rasul
Dalam keterangan video dijelaskan jika Dusun Sade terletak di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB. Dusun ini menjadi objek wisata favorit wisatawan, karena bisa menyaksikan langsung rumah adat Suku Sasak dan tradisi-tradisi khas. Seperti melulur lantai rumah dengan kotoran ternak.
Masyarakat Sade meyakini bahwa kotoran ternak seperti sapi dan kerbau mengandung zat yang punya daya rekat untuk mengikat lantai rumah mereka.
Umumnya, masyarakat Sade melulur lantai rumah dengan kotoran ternak setiap 4 atau 5 hari sekali. Alasannya, menempati rumah dengan lantai dari tanah akan retak dan berdebu. Sehingga perlu direkatkan dengan daya perekat dari kotoran hewan ternak.
Bagi warga Dusun Sade menggosokkan kotoran ternak ke lantai merupakan warisan budaya leluhur. Apapun ajaran peninggalan yang dianggap suci dan sakral oleh nenek moyangnya, semuanya akan tetap dilanjutkan.
Sama halnya dengan memilih kotoran kerbau atau kotoran sapi sebagai bahan melulur lantai rumah. Menurut kepercayaan mereka, melulur lantai rumah dengan kotoran kerbau lebih suci daripada dengan kotoran sapi. Pasalnya kerbau dinilai lebih berjasa di sawah dibandingkan dengan sapi.
Oleh karenanya, jika upacara ritual menggunakan lumuran dari kotoran kerbau. Sedangkan untuk membersihkan rumah supaya tidak retak menggunakan kotoran sapi.
Ternyata penggunaan kotoran sapi pada lantai dan dinding di rumah Suku Sasak ini juga punya tujuan lain. Selain sebagai zat perekat, kotoran sapi juga dinilai mengandung zat yang bisa mengusir nyamuk dan memberikan efek hangat di dalam ruangan rumah.
Diketahui, jika malam hari, udara di desa ini cukup dingin. Karena dinding dan atap Bale Tani- sebutan rumah untuk Suku Sasak- hanya terbuat dari bambu dan atap jerami.
Baca Juga : Kediri Night Carnival 2023, PT Gudang Garam Hadirkan Kisah Rama dan Shinta
Cara mengepel lantai Suku Sasak juga unik, seperti terlihat dalam video unggahan @indoflashflight, kotoran sapi yang masih segar ditaruh di lantai. Kemudian dicampur dengan air dan digosokkan ke lantai. Kemudian didiamkan selama 20 menit hingga kering. Setelah kering, lantai akan dibersihkan ulang sampai mengkilap.
Melansir Good News From Indonesia, kotoran ternak dipilih yang masih segar pada pagi hari, karena tidak menguarkan aroma menyengat dan belum dikerubuti lalat. Kalau yang sudah lama itu cenderung baunya tidak enak dan ada lalatnya.
Sebagai informasi, Dusun Sade yang berdiri sejak 1907 ini memiliki lima bangunan adat utama. Di antaranya Beruga Sekenam, tempat yang digunakan sebagai tempat musyawarah dalam memecahkan suatu masalah, acara sunatan dan acara pernikahan.
Kemudian ada Beruga Sekebat yang digunakan untuk kegiatan akikah. Ada juga Balai Jajar, Balai Kodong dan Balai Tani, serta lumbung yang bentuknya khas.
Rumah khas suku Sasak memiliki dua ruang yakni ruangan depan untuk orang tua dan anak, serta ruang belakang untuk dapur, tempat tidur gadis dan tempat melahirkan. Selain itu terdapat teras rendah yang memiliki tiga tangga.
Teras rumah yang rendah itu, memiliki arti agar tamu merunduk. Sedangkan arti tiga anak tangga, untuk mengingat Tuhan Yang Maha Kuasa, mengingat ibu dan ayah.