JATIMTIMES - Sebuah inovasi cemerlang tercipta dari lima mahasiswa lintas jurusan dari Universitas Brawijaya (UB). Lima mahasiswa yang berasal dari Teknik Elektro dan Kedokteran ini menciptakan alat deteksi gelombang otak berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dapat mencegah disabilitas bagi para penderita epilepsi.
Lima mahasiswa tersebut yakni, Ilham Fathurrahman Hamzah, Lukman Hidayat, Steffany Dilent yang ketiganya dari Fakultas Teknik, kemudian Nidya Sekarsari Setyabudi dan Nasim Amar dari Fakultas Kedokteran.
Baca Juga : Cegah Kebocoran Saluran Irigasi, Dinas PUSDA Kabupaten Malang akan Pasang Beton Pracetak
Seperti diketahui, Epilepsi merupakan penyakit gangguan aktivitas listrik otak yang dapat terjadi pada setiap orang dan pada berbagai usia. Dampak Epilepsi jika tak tertangani begitu fatal, bahkan bisa menyebabkan kecacatan hingga kematian.
Meski memiliki dampak yang fatal, namun Epilepsi masih dianggap sepele olh banyak orang. Terlebih lagi, hingga saat ini, belum ada alat yang yang dapat memantau secara langsung kondisi apabila pasien mengalami serangan kejang.
Dari latar belakang tersebutlah, lima mahasiswa tersebut kemudian terpikir untuk menciptakan DERING atau Detection and Monitoring Epileptic Seizures. Alat ini dikemas sedemikian seperti smart headband, sehingga dapat dengan mudah digunakan dan berguna dalam mencegah kecacatan pada pasien epilepsi.
Ketua Tim Ilham Fathurrahman Hamzah menjelaskan, bahwa teknologi pada alat ini, memang mengintegrasikan AI, sekaligus mengolah berbagai parameter seperti gelombang otak, detak jantung, dan kemiringan tubuh untuk mendeteksi kejang epilepsi.
Dalam aplikasinya, DERING juga memantau parameter tersebut dari smartphone, sehingga keluarga penderita dapat mengetahui aktivitas dan posisi penderita secara real time. Sehingga, bilamana terjadi sesuatu hal, dapat segera ditangani guna mencegah akibat yang fatal.
Selain itu, DERING juga memiliki keunggulan, antara lain, memiliki interface yang user friendly, memiliki kecerdasan buatan yang dapat mendeteksi aktivitas gelombang otak yang abnormal, fitur layanan darurat, dan konsultasi dengan dokter hingga menghubungi emergency service secara otomatis apabila terdapat kondisi darurat melalui fitur emergency call.
"DERING diciptakan untuk disability limitation atau mencegah kejadian buruk seperti kematian akibat epilepsi. Karena penderita epilepsi dapat mengalami kejang kapan saja dan di mana saja," ungkapnya.
Disisi lain, dari segi harga, alat ini cukup terjangkau. Begitupun dari sisi keamanan, bahwa alat ini sangatlah aman dan nyaman digunakan.
Baca Juga : Edukasi Calon Peternak Milenial, UNP Kediri Dorong Lulusan Bikin Usaha Sendiri
Lebih lanjut tentang teknis alat ini, memanfaatkan sensor EEG dan sensor Accelerometer Gyroscope. Dengan begitu, DERING dapat menangkap gelombang otak seperti sinyal delta, theta, alpha, beta, gamma, denyut nadi, dan koordinat posisi.
Alarm tanda bahaya juga dilengkapi pada alat ini. sehingga ketika terjadi serangan kejang, maka orang-orang disekitar akan segera mengetahui dan dapat segera memberikan bantuan.
Dosen Teknik Elektro, Ir Nurussa’adah MT dan Dosen Kedokteran dr Shahdevi Nandar Kurniawan Sp S (K) mengharapkan, Dering EEG diharapkan mampu menjadi solusi bagi pasien epilepsi untuk beraktifitas normal.
"Dengan bantuan alat ini, kekhawatiran keluarga bisa diminimalisir, sebab dapat melakukan monitoring kondisi dna loksi secara real-time" ucapnya.
Sementara itu, inovasi ini sebelumnya telah berhasil mendapatkan bantuan pendanaan dari Kemendikbud dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karya Cipta dan akan berjuang untuk mengikuti seleksi PIMNAS XXXVI mendatang.