free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

1 Tahun Tragedi Kanjuruhan

Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan: Silahkan Renovasi Stadion, tapi Usut hingga Tuntas

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Dede Nana

01 - Oct - 2023, 01:47

Placeholder
Usai Tragedi Kanjuruhan pecah pada 1 Oktober 2022, masyarakat banyak yang berziarah di Patung Tegar sebagai ungkapan bela sungkawa.(Foto: Riski Wijaya/MalangTIMES).

JATIMTIMES - Tak terasa, Sabtu 1 Oktober 2022 menjadi hari terakhir Andi Kurniawan (32) berjumpa dengan adik perempuannya, Mita Maulidia (26). Mita, merupakan salah satu korban meninggal pada Tragedi Kanjuruhan terjadi. 

Ditemui wartawan di rumahnya, saat itu adiknya memang berpamitan untuk berangkat ke Stadion Kanjuruhan guna menyaksikan laga Arema FC yang menjamu Persebaya. Ia pun sebenarnya sudah hendak ikut, namun berhalangan. 

Baca Juga : Pesta Pernikahan di Irak Kebakaran, Tewaskan 94 Orang

"Itu kan waktu Maulid Nabi. Saya waktu mau salawatan. Saya sudah beli tiket, tapi enggak jadi berangkat," jelas Andi. 

Andi menceritakan, adiknya berangkat ke Stadion Kanjuruhan bersama 3 orang. Satu orang saudara dan dua orang temannya dari Kabupaten Malang. Dirinya pun tak mengira bahwa hari itu adalah hari terakhir bertemu adik perempuan satu-satunya. 

"Sebelumnya tidak ada firasat apapun. Mita memang suka nonton Arema. Saya sempat beli tiket, tapi sama Mita tidak boleh ikut," imbuh Andi.

Hingga akhirnya, Sabtu 1 Oktober 2022 malam, ia mendapat kabar bahwa pertandingan Arema FC melawan Persebaya yang berujung kemenangan 2-3 bagi Persebaya berakhir ricuh. Andi yang sedang dalam perjalanan pun bergegas pulang. 

Namun sayangnya, tak lama sesampainya di rumah, kabar duka datang. Sebuah mobil ambulance membawa jenazah Mita Maulidia (26) yang tak selamat dari Tragedi Kanjuruhan yang pecah malam itu. Tangis pun pecah. 

Setahun berlalu, tragedi yang menghilangkan 135 nyawa tak berdosa itu masih membekas dan menyisakan luka. Terlebih, luka akibat kekecewaan atas proses hukum yang dinilai tak adil bagi korban dan keluarga korban, termasuk Andi. 

Andi bersama para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan pun terus melakukan upaya agar keadilan bisa didapat secara nyata. Mengingat korban sebanyak 135 jiwa tak sebanding dengan putusan pengadilan terhadap 6 tersangka. 

"Putusan pengadilan bagi 6 tersangka itu jauh dari kata cukup. Pas sidang pertama hadir di PN Surabaya hanya dikasih lihat dari zoom. Tidak boleh masuk," terang Andi. 

Terbaru, ia bersama sejumlah keluarga korban bertandang ke Jakarta. Didampingi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK) mendatangi Bareskrim Polri. 

"Kita menuntut bahwa Tragedi Kanjuruhan adalah peristiwa HAM berat. Keluarga korban bukan hanya menagih janji, tapi meminta kepastian. Juga termasuk follow up laporan model B. Kemarin sedikit kecewa ke Bareskrim karena laporan model B tidak diterima," ucap Andi. 

Selain kecewa pada proses hukum yang seakan pincang, ia juga menjadi trauma dengan sepak bola di Indonesia. Seakan tak pernah ada tragedi memilukan yang terjadi. Bahkan menurutnya, sepak bola di Indonesia sudah mati. 

Baca Juga : PD Jasa Yasa Kabupaten Malang Akan Gelar Pemilihan Putri Garudeya

"Sepak bola Indonesia, seperti melihat sepak bola Indonesia jadi mati. Ada kekecewaan bagi Arema yang masih berlanjut," tegas Andi. 

Namun demikian dirinya tidak mempermasalahkan renovasi yang dilakukan pada Stadion Kanjuruhan. Hanya saja, ia berharap besar agar hal itu dibarengi dengan pengusutan Tragedi Kanjuruhan hingga tuntas. 

"Kalau renovasi stadion silahkan, tapi tuntaskan dulu masalah ini. Di situ kan banyak bukti tragedi kanjuruhan. Takutnya barang bukti hilang," jelasnya. 

Ia berharap agar seluruh oknum pelaku bisa mendapat hukuman yang setimpal. Apalagi tragedi itu menyebabkan 135 nyawa tak berdosa meninggal dengan sia-sia. Selain itu tentu trauma mendalam bagi korban selamat dan keluarga korban meninggal lainnya. 

"Yang harus bertanggung jawab adalah yang menyuruh menembak gas air mata. Selama ini kan yang menembak gas air mata kan tidak disentuh sama sekali. Harusnya dihukum seberat-beratnya karena bukan hanya adik saya yang meninggal," jelas dia.

Tragedi itu bermula saat Arema FC menjamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan. Dengan hasil kemenangan 3-2 bagi Persebaya. Supporter yang turun ke lapangan ditafsirkan sebagai kericuhan oleh petugas keamanan. 

Hingga akhirnya petugas menembakkan gas air mata dengan membabi-buta. Bahkan dari rekaman video yang beredar, nampak dengan jelas gas air mata ditembakkan ke arah tribun. Dan juga di luar Stadion Kanjuruhan. 

Namun sayangnya, pengadilan memberikan keterangan bahwa gas air mata yang terhirup di tribun hingga menyebabkan meninggal tersebut, terbawa angin. Hingga putusan bagi 6 tersangka pun dinilai tak sebanding dengan korban yang berjatuhan. 


Topik

Peristiwa tragedi kanjuruhan 1 tahun tragedi kanjuruhan stadion kanjuruhan keluarga korban tragedi kanjuruhan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Riski Wijaya

Editor

Dede Nana