JATIMTIMES - Baru-baru ini di media sosial platform X (Twitter) tengah viral unggahan warganet yang menceritakan pengalaman sekolah anak di Austria, Eropa. Cerita itu dibagikan oleh akun X @muthiastp, yang membagikan ulang akun TikTok @miandmartin.
Dalam cerita yang dibagikan Muthia, di Austria anak masuk sekolah dasar (SD) mulai usia 8 tahun. Berbeda dengan Indonesia yang minimal usia 7 tahun.
Baca Juga : Viral Seorang Pria Meninggal Dalam Keadaan Bersujud di Masjidil Haram Mekah, Netizen: Beruntung Banget
"Anakku masuk SD di usia dia 8 tahun. Nggak ada yang julit kelamaan umur atau gimana di sini. Gak wajib membaca & menulis, berhitung dulu buat bisa masuk SD. Yang penting bisa ngomong bahasa Jerman aktif," ungkap miandmartin, yang diunggah ulang oleh Muthia.
Muthia pun membandingkan dengan pendidikan di Indonesia. "Tas sekolahnya ga harus ganti tiap tahun. Kalo di Indo, tiap tahun smiggle-nya harus ganti," kata Muthia.
"Tas sekolah anak SD di sini emang modelnya begini semua. Harganya sekitar 1,9-2 juta rupiah per tasnya. Mahal ya?Etsss tapi dipakai sampai lulus dan gak ada yang tiap semester anak2 di manja ganti tas," jelas miandmartin, dikutip Muthia.
Momen saat putra Miandmartin masuk sekolah dasar pertama ditemani ayahnya. (Foto: X/ muthiastp)
Selain itu, dalam unggahan foto tangkapan layar juga dijelaskan bahwa sekolah di Austria tidak ada kewajiban untuk membeli seragam sekolah karena semua siswa pakai baju bebas.
"Dapat daftar list apa aja yang harus dibeli orang tua, tapi anak akan dapat pensil warna dan alat tulis yang sama. Jadi, gak ada yang terlihat wow pensil warna dia lebih mahal. Semua mendapatkan jumlah dan kualitas yang sama!," tulis akun tersebut.
Sementara itu, tradisi di Austria hari pertama sekolah biasanya orang tua atau orang terdekat memberikan schultute yang isinya berupa snack wafer, permen, yupi.
Sekolah di Austria, menurut Muthia, juga tidak dibebani dengan uang pangkal atau uang gedung layaknya di Indonesia. Padahal gedung sekolahnya bagus.
Baca Juga : Mengenal Asal Usul Makan Prasmanan, Budaya Nusantara yang Katanya Diadopsi dari Prancis
"Untuk kelas agama dipisah, walaupun di negara ini minoritas muslim. Aku salut ada kelas agama Islam-nya sendiri. Jadi anakku gak cuma diajarin di rumah, tapi di sekolah juga," tulis Miandmartin, yang diunggah ulang Muthia. "Dan SD cuma (ditempuh) 4 tahun," imbuh dia.
Menurut Miandmartin, guru di sekolah anaknya juga friendly dan tidak pernah teriak-teriak. Lingkungan rumah Miandmartin juga diklaim sebagai wilayah yang aman untuk anak-anak berangkat sekolah berjalan kaki sendiri, tanpa orang tua.
"Kalo anak sakit atau izin gak masuk, chat gurunya gak lewat WA atau SMS. Pakai aplikasi namanya “Hallo Eltern!” Nanti org tua papa dan mama bisa akses masing2 dengan password yang beda. Selain itu, kalo ada foto kegiatan d sekolah atau mata pelajaran, udah di-share guru nya lewat app tersebut," tulis akun tersebut.
Dia pun membandingkan dengan sekolah di Indonesia yang masih memberikan LKS kepada siswanya. Sementara di sekolah Austria hanya diberikan kertas print.
"Sejauh ini belum lihat dibagiin buku LKS atau buku paket. Mereka belajar dikasih kertas print setiap harinya. Nanti di kumpulin, setiap Jumatnya dibawa pulang ke rumah," tulis akun tersebut.