JATIMTIMES - Dalam keyakinan ajaran agama Yahudi, Islam dianggap bukanlah agama penyembah berhala. Dengan demikian, menurut ajaran mereka, Yahudi diperbolehkan untuk melakukan ibadah di dalam masjid. Hal ini seperti dilansir informasi dari YouTube Rabbanians ID.
Namun sebaliknya, Yahudi sangat dilarang melakukan ibadahnya di dalam gereja, kuil Hindu, dan sebagainya. Pasalnya, tempat-tempat tersebut dinilai sebagai tempat pemujaan terhadap penyembahan berhala.
Baca Juga : Resmikan OSHIKA 2023, Unisma Bawa Tema Keberagaman dan Inklusivitas
Bahkan dalam kondisi terdesak sekalipun, orang Yahudi dibenarkan untuk berpura-pura menjadi muslim. Tetapi walaupun dalam kondisi terdesak, orang Yahudi tidak diperbolehkan berpura-pura menjadi Kristen.
Dahulu, ketika perang dunia ke-2 dan orang Yahudi diburu oleh Nazi, lantas Syekh Abdul Qadir bin Ghabrit, yakni imam besar Masjid Agung Paris ketika itu, berhasil menyelamatkan ratusan hingga ribuan orang Yahudi di Masjid Agung Paris. Masjid Agung Paris ini memiliki ruang bawah tanah yang mampu menampung ratusan imigran Yahudi.
Jadi, Syekh Abdul Qodir mengeluarkan sertifikat identitas muslim kepada para Yahudi untuk menghindari penangkapan dan deportasi. Karena usahanya itu, Syekh Abdul Qodir mendapatkan gelar kehormatan dalam Yahudi yang disebut Hassidei Umos Haolam, yakni orang-orang non-Yahudi yang diakui sebagai orang saleh bagi Yahudi dan kelak akan diberikan surga.
Lebih jauh, agama Yahudi meyakini bahwa semua umat Islam yang masih lurus akan selamat dan akan dimasukkan ke dalam surga di hari yang akan datang di akhirat. Akhirat dalam Yahudi disebut Olam Haba.
Lebih detail, kanal YouTube Rabbanians ID membahas Yahudi bukan dalam konteks politik dan sosial, tetapi konteks teologis (ketuhanan Yahudi yang masih murni). Pasalnya, persoalan Yahudi memerangi Palestina merupakan konteks politik dan sosial.
Lebih lanjut, kanal YouTube Rabbanians ID menjelaskan agama Yahudi itu sebenarnya adalah sisa-sisa dari umatnya Nabi Musa atau sisa-sisa kaum Bani Israil yang diciptakan dalam Al-Quran, yang pada akhirnya menjadi agama sendiri karena mereka tidak mengimani Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW.
Agama Yahudi itu sendiri sifatnya etnik religion, yakni agama yang dikhususkan pada satu bangsa saja. Sehingga yang bisa menjadi pemeluk agama Yahudi itu ya keturunan Yahudi sendiri. Jadi, orang non-keturunan Yahudi tidak bisa menjadi pemeluk Yahudi. Pun kalau misalkan ngebet ingin masuk Yahudi, maka status keyahudiannya akan berbeda dengan keturunan orang Yahudi sendiri, yang disebut dengan istilah Ger Tzedek.
Kaum Yahudi itu akan menolak hingga beberapa kali ketika seseorang hendak masuk agamanya. Namun jika masih memaksa, maka seseorang tersebut akan diberikan pembelajaran mengenai hukum dan tradisi Yahudi, yang nantinya akan disidangkan dalam sidang agama yang disebut Beth Din. Nah, kalau lulus, maka akan diakui sebagai proselit -kalau di Islam disebut mualaf.
Lalu bagi kaum Yahudi, apakah keselamatan itu hanya untuk ras Yahudi? Jawabannya, sistem agama Yahudi juga mengakui bahwa orang-orang non-Yahudi bisa saja selamat. Sehingga orang-orang Yahudi juga mengakui adanya nabi-nabi yang diutus dari dan untuk orang non Yahudi.
Setidaknya ada 11 nabi dari non-Yahudi yang tercatat dalam kitab-kitab Yahudi. Nah, hal ini disebut juga sama dengan Islam. Yakni bahwa Islam juga mengakui bahwa Allah itu mengutus nabi-nabi kepada umat-umat lain, sebagai bukti bahwa Allah tidak mengantarkan mereka.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran Surat Yunus Ayat 47 dan Surat Al Isro' Ayat 15.
Baca Juga : Sambut 3.567 Mahasiswa Baru, Rektor Unisma Prof Maskuri Beri Pesan Ini
Oleh karena itu, Yahudi memiliki konsep keselamatan di luar Yahudi. Orang-orang non-yahudi, menurut perspektif Yahudi, akan selamat dan mendapatkan tempat di akhirat. Konsep itu disebut dengan istilah Bnei Noah atau Noahide atau Nuhiyah, yang artinya hukum untuk keturunanmu.
Jadi, jika orang Yahudi disebut sebagai Bani Israel, maka umat non-ras Yahudi itu disebut dengan istilah Bnei Noah, yakni keturunan Nuh. Seseorang yang diklasifikasikan sebagai Bne Noah harus menjalankan 7 hukum Nuh.
Jadi, dengan menjalankan 7 hukum Nuh itu, dia akan dianggap sebagai Yahudi yang akan selamat di akhirat menurut agama Yahudi. Dalam artian, hanya menjalankan 7 hukum ini dan tanpa harus menjalankan ratusan hukum Yahudi. Sehingga disimpulkan, orang non-Yahudi yang menjalankan 7 hukum akan selamat setelah matinya nanti.
Tujuh hukum Nuh itu di antaranya, tidak menyekutukan Tuhan dengan menyembah berhala. Kedua, tidak melakukan penistaan. Ketiga, tidak berzina. Keempat, tidak membunuh. Kelima, tidak mencuri. Keenam, tidak memakan anggota tubuh hewan yang masih hidup. Ketujuh, membuat sistem hukum.
Dari ke-7 hukum ini, sudah menjawab Islam untuk menjadi komunitas yang memenuhi kualifikasi sebagai Bnei Noah yang menurut Yahudi akan selamat di akhirat.
Maka, tidak heran kaum Yahudi itu merasa bahwa secara agama, Islam itu sangat dekat dengan agama mereka. Dan Islam menjadi agama atau jalan alternatif buat keturunan non Bani Israil atau non-Yahudi, agar-mereka selamat dan dapat bagian di akhirat, menurut perspektif Yahudi.
Seorang Yahudi bernama Rabbi Ben Abrahamson kemudian membuat sebuah institut untuk menjembatani kedekatan antara Islam dan Yahudi, secara agama dan sejarah dengan nama The Al Sadiqin Institute. Dalam akun Facebook-nya, Abrahamson kerap membagikan tulisan-tulisan positif antara hubungan Yahudi dan Islam.
Dalam sebuah video, Rabbi Ben Abragamson menjelaskan bahwa Islam adalah agama atau komunitas yang disebut sebagai Bnei Noah tersebut. Artinya menurut Yahudi, Islam menjadi kaum non-Yahudi yang bisa masuk surganya Yahudi.