JATIMTIMES - Kopi merupakan minuman paling populer di dunia saat. Dengan rasa dan manfaatnya yang luar biasa, menjadikannya sebagai minuman yang disajikan dalam berbagai suasana. Inilah yang menjadikan kopi selalu dicari oleh masyarakat luas, baik penikmat kopi lokal maupun masyarakat dunia.
Data menunjukkan bahwa konsumsi dan produksi kopi, baik lokal maupun global menunjukkan tren kenaikan yang signifikan. Internasional Coffee Organization (ICO) merilis bahwa konsumsi kopi masyarakat Indonesia terbesar ke lima setelah Jepang dengan mengonsumsi 5 juta karung (60kg) pada periode 2020/2021. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 4,04%.
Baca Juga : Gercep, Anak Punk Tersangka Pembunuhan Nenek di Situbondo Ditangkap Polisi
Permintaan konsumsi kopi tersebut, tentunya menjadi angin segar yang sangat prospek bagi petani, tak terkecuali petani di lereng gunung Bromo di Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, Pasuruan. Masyarakat di desa ini sebagian besar berprofesi sebagai petani sayur dan kopi.
Selama ini tanaman kopi belum menjadi prioritas masyarakat desa Wonorejo. Kecenderungan masyarakat di desa ini menjadikan kopi sebagai tanaman sampingan untuk konsumsi pribadi. Tetapi akhir-akhir ini sudah mulai melihat prospek yang ada pada tanam kopi karena permintaan yang terus meningkat, terutama jenis kopi arabika. Untuk itulah dibutuhkan pengetahuan dan bimbingan dari para ahli.
Untuk mengoptimalkan usaha budidaya, pengolahan pascapanen, dan pemasaran, kelompok tani kopi di Desa Wonorejo menggandeng para ahli dalam bidangnya melalui program Doktor Mengabdi yang didanai oleh LPPM Universitas Brawijaya.
Tim tersebut terdiri atas Dr. Lilik Wahyuni, M.Pd. sebagai ketua tim, Kiki Fibrianto, STP., M.Phil., Ph.D., Dr. Muhammad Hambali, S.S., M.Pd., Maulfi Syaiful Rizal, M.Pd., dan Khalid Rahman, M.Pd.I. sebagai anggota.
Baca Juga : Pemkot Batu Daftarkan Seni Sanduk dan Glendo Barong sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Selain dari unsur dosen, pengabdian Doktor Mengabdi ini juga melibatkan mahasiswa, baik mahasiswa pascasarjana maupun sarjana, yaitu Igoy Aryo Bimo, S.T.P, Bervania Nabila Putri, M. Azharus Faizzin, Taufik Setyo B, dan Iqbal Biondy. Para dosen dan mahasiswa berasal dari berbagai disiplin fakultas di lingkungan UB, yaitu FIB, FTP, dan Filkom.
Adapun kegiatan yang dilakukan, yaitu pada tahap pertama, tim pengabdian melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan data terkait tanaman kopi, jenis tanah dan ketinggiannya, serta bagaimana perilaku masyarakat dalam bercocok tanam kopi.
Setelah mendapatkan data, tim melakukan identifikasi dan uji lab. Tahapan ini bertujuan agar mengetahui jenis varietas kopi dan rasa kopi yang dibudidayakan sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Februari—Maret 2023.
Tahap kedua, tim pengabdian melakukan pembinaan berdasarkan data yang diperoleh kepada masyarakat tentang jenis varietas kopi yang ditanam, strategi budidaya, dan pemuliaan tanaman kopi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar petani kopi memiliki pemahaman tentang kopi yang ditanam dan bagaimana membudidayakan kopi agar mendapatkan hasil yang maksimal dan bermutu tinggi. Kegiatan ini dilaksanakan pada Juni 2023.
Pada tahap ketiga, tim pengabdian melaksanakan kegiatan berupa penyuluhan bagaimana teknik pengolahan kopi, baik teknik modern maupun teknik tradisional.
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar masyarakat mengetahui teknik pengolahan dan penyimpanan kopi pascapanen sampai pengolah untuk konsumsi agar memiliki citarasa tinggi dan berkualitas sehingga bisa diterima oleh penikmat kopi di berbagai daerah dan belahan bumi.
Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pengabdian ini karena memberikan masyarakat pengetahuan tentang budidaya dan pengolahan kopi yang benar. Petani kopi yang diwakili oleh ketua kelompoknya, Pak Sugi berharap kegiatan pendampingan ini perlu dilanjutkan agar masyarakat di luas yang belum mengenal Desa Wonorejo di Kabupaten Pasuruan dapat mengetahui bahwa desa ini merupakan penghasil kopi sejak zaman Belanda.
Hal ditandai dengan adanya kantor perkebunan belanda yang berupa bangunan yang oleh masyarakat disini dikenal dengan nama Lodji. Pak Sugi juga berharap, dengan bantuan tim doktor Mengabdi, kopi lereng Bromo ini akan menjadi kopi yang terkenal seperti kopi dari daerah lain sehingga akan menjadi icon kopi Bromo yang bisa go international.