JATIMTIMES - Seringkali seseorang tahu apa yang terbaik buat dirinya, tapi tidak dilakukan. Misalnya, mau eksekusi project, tapi "Nanti dulu lah, kalo bener-bener siap". Atau "Gue gak yakin sih bisa mencapai target ini, mending skip aja lah". Atau dalam kondisi ngerjain tugas, namun sukanya dikerjakan mepet-mepet deadline.
Vicario Reinaldo, profesional di bidang konsultan manajemen dan sumber daya manusia menjelaskan jika tanda-tanda di atas dinamakan Self-sabotage atau Sabotase Diri. Mengutip Psikolog Klinis, Dr Julie Smith, "Self sabotage is knowing what's best for you and not doing it", yang artinya sabotase diri adalah mengetahui apa yang terbaik bagimu dan kamu tidak melakukannya. Lantas berikut ini tanda-tanda kamu lagi mengalami self-sabotage:
1. Selalu nunda-nunda
2. Gak mengambil peluang baru
3. Selalu bikin janji pada diri sendiri, tapi gak ditepati
4. Pilih nyaman dibandingkan membuat progress
5. Merasa "I don't deserve this"
Ada beberapa alasan manusia mengalami sabotase diri adalah sebagai berikut:
- Trauma masa lalu
- Rendah diri
- Takut sukses/gagal
- Masalah relationship
- Negative self-talk
Lantas bagaimana cara mengatasinya? Menurut Vicario, Self-sabotage seringkali muncul dalam bentuk suara-suara negatif di kepala. Seperti "I don't deserve this", "Gue bego banget sih", "Susah banget, nyerah aja lah".
Berikut ini 5 tips dari buku Chatter untuk mengatasi Self Sabotage, dikutip dari utas X yang dibagikan akun Vicario:
1. Beri jarak
Baca Juga : Klarifikasi Noda Kuning pada Rangka eSAF Bukan Karat, Akun Honda Tuai Kritikan
Teknik ini dinamakan Fly-on-the-wall. Menurut hasil studi Ohio University, teknik ini secara signifikan bisa mengurangi level marah dan meningkatkan performa kerja 30%. Jadi bisa dipakai untuk menghadapi situasi-situasi yang mungkin sulit atau sedang dalam masa menyabotase diri sendiri.
Idenya adalah memposisikan diri sebagai pengamat objektif untuk melihat perspektif yang berbeda. Bayangin situasi itu terjadi pada orang lain, dan kamu ibarat lalat di tembok. Ini bikin kita punya clarity tentang masalah, tidak gampang negatif dan mengurangi stres.
2. Bayangin jadi orang lain
Coba 'keluar dari masalah' dan pakai sudut pandang orang ketiga. "Kenapa sih gue merasa gak layak dapetin ini?". Ganti jadi "Kenapa ya (nama lo) merasa ga layak dapetin ini?". Cara ini dinilai efektif menurunkan aktivitas emosional secara instan.
3. Libatkan diri ke lingkungan
Banyak studi yang menunjukkan kalo jalan-jalan singkat di alam bisa meningkatkan konsentrasi dan kemampuan kognitif. Kamu bisa jalan-jalan ke taman, pantai atau sekedar menikmati sunset. Cara ini akan membuat kamu abai sama suara negatif di kepala.
4. Reframe dan reinterpret (membingkai ulang dan menafsirkan ulang)
Sebaiknya bingkai ulang pikiranmu untuk membaca situasi yang sebelumnya sebagai ancaman atau gangguan, jadikan situasi sebagai tantangan untuk menjadi lebih baik.
Situasi stres yang biasanya ditandai sama napas cepat, jantung berdebar, berkeringat, dan lainnya. Daripada menganggap itu sebagai 'stres', baca itu sebagai proses persiapan fisik untuk menghadapi tantangan.
5. Penuhi kebutuhan emosional dan kognitif
Coba curhat ke orang terdekat kamu untuk mendapat hal-hal berikut ini.
- Emosional: Kenyamanan, karena kamu merasa disayangi;
- Kognitif: Mau memberi perspektif dan solusi, pilih orang yang punya wawasan atau skill yang cocok sama masalah kamu.
Demikian beberapa tips mengatasi masa sabotase diri sendiri. Semoga berhasil!