JATIMTIMES - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2023 ini lebih kering dari 3 tahun sebelumnya. Hal itu terjadi lantaran adanya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).
Apa itu fenomena El Nino dan IOD? Melansir cuitan dari akun resmi BMKG yang diunggah pada Selasa (1/8/2023), kedua fenomena ini sama-sama terjadi di Samudra. Namun ada beberapa perbedaan antara keduanya.
Baca Juga : Sambut HUT RI ke-78, Perumda Tugu Tirta Kota Malang Gelar Berbagai Lomba
Jika El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Pemanasan SML tersebut mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah dan Timur.
"El Nino memiliki periode ulang 4-7 tahun. Selain itu, El Nino menyebabkan kekeringan di Indonesia dan dampak El Nino perlu diantisipasi," tulis keterangan grafis BMKG.
Sementara, IOD adalah fenomena penyimpangan Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Hindia. Penyimpangan Suhu Muka Laut ini dapat menyebabkan berubahnya pergerakan atmosfer atau pergerakan masa udara.
"Pada kondisi IOD positif, suhu muka laut di Samudra Hindia bagian barat menghangat, sedangkan suhu muka laut di Samudra Hindia bagian timur mendingin. Kondisi IOD positif menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia," tulisan BMKG melalui Twitternya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai level moderate, sedangkan IOD sudah memasuki level index yang positif.
Lebih lanjut, BMKG menjelaskan jika fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan, sehingga membuat musim kemarau 2023 dapat menjadi lebih kering. Akibatnya, curah hujan berada pada kategori rendah hingga sangat rendah.
"Puncak kemarau kering ini, diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi tahun ini akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022," jelas BMKG.
Lantas apa saja dampak El Nino dan IOD Positif di kehidupan sehari-hari? Menurut penjelasan BMKG ada dampak positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa dampak positif fenomena El nino dan IOD Positif:
- Potensi panen garam meningkat
- Potensi tangkapan ikan meningkat
- Meningkatnya produksi padi pada lahan rawa lebak
Berikut ini dampak negatif fenomena El nino dan IOD Positif:
- Kekeringan sumber daya air bersih
- Berpotensi gagal panen
- Meningkatkan risiko karhutla
Lebih lanjut BMKG mengimbau agar masyarakat bisa menghemat penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, BMKG juga meminta agar masyarakat bisa menampung hujan yang masih mungkin turun, sebagai cadangan air.
Berikut ini beberapa langkah mitigasi masyarakat untuk menghadapai El Nino dan IOD positif.
- Bagi Masyarakat
● Panen hujan saat Kesiapsiagaan terjadinya hujan
● Menghemat air
● Cegah karhutla
- Bagi Pihak Terkait
● Kesiapsiagaan karhutla
● Penyesuaian pola tanam pertanian
● Optimalisasi pengelolaan sumber daya air (waduk, bendungan, embung)
Kemudian wilayah mana saja yang berpotensi mengalami musim kemarau lebih kering? Menurut prediksi BMKG, fenomena kekeringan diprediksi terjadi di sebagian besar pulau Sumatera dan Jawa.
"Sebagian besar Sumatera, baik Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung. Serta Jawa merata hampir seluruh Jawa itu, hujannya rendah," jelas BMKG.
Baca Juga : Uji Kesiapsiagaan Anggota, Panglima TNI Pimpin Langsung Puncak Latgab TNI 3 Matra 2023 di Situbondo
Kondisi kering juga berpotensi terjadi di Bali, Nusa Tenggara Bara, Nusa Tenggara Timur. Kemudian di sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
"Kemudian di Bali, NTB, NTT juga mengalami musim kemarau lebih kering. Termasuk wilayah Kalimantan dari Kalimantan bagian barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara itu sama, dan Sulawesi utamanya di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, itu yang berpotensi terjadinya musim kering," imbuh keterangan BMKG.