JATIMTIMES - Berbagai kegiatan untuk mengisi kemerdekaan selalu meriah dilakukan di tengah masyarakat. Di Kabupaten Tulungagung, variasi kegiatan Agustusan umum dilakukan karnaval, bazaar dan berbagai perlombaan.Namun, seiring perkembangan zaman berbagai perlombaan yang terjadi belum menjadi momen melestarikan budaya masyarakat yang dulu pernah ada.
"Masih ada lomba-lomba tradisional, namun lambat laun tergeser dengan lomba modern," kata Heri Utomo, salah satu warga yang punya kepedulian terhadap budaya.
Baca Juga : Kolaborasi, BPJS Ketenagakerjaan dan Pemkab Tulungagung Beri Pelatihan PMI Purna Penempatan
Lomba-lomba yang tergeser ini antara lain kekehan (gasing), seni-seni masa lalu seperti jedoran, ngajatne, buat kembar mayang, kentrung dan lainnya. "Saat ini tak banyak ada yang mau menyelenggarakan, baik tingkat desa atau Kabupaten di Tulungagung," ujarnya.
Justru perlombaan yang yang sering diselenggarakan dan menggeser seni dan budaya asli diantaranya sound system, miniatur, lomba karaoke atau kontes suara dan lainnya. "Faktanya memang demikian, tidak ada lagi yang peduli terhadap nilai luhur peninggalan masa lalu," ungkap Heri.
Jika hanya dilihat dari jumlah penonton dan penghobi, Heri mengakui jika yang berbau modern dan didukung teknologi lebih menarik dan menyedot banyak penonton. Namun, ia memastikan jika seni dan budaya masa lalu didukung dengan inovasi, tidak akan kalah menarik.
Baca Juga : Terapkan Manajemen Modern ala Eropa, Mangkunegara IV Bawa Mangkunegaran Jadi Raja Ekonomi Jawa
"Wayang kulit misalnya, setelah ada yang melakukan inovasi dan penggabungan maka tetap menjadi hiburan yang menarik. Jadi, jika ada yang peduli maka akan dapat mempertahankan seni dan budaya ini sehingga tidak akan punah," pungkasnya.