JATIMTIMES - World Bank atau Bank Dunia merilis data terkait dampak pembelajaran saat pembatasan pandemi Covid-19 diberlakukan. Salah satu hasilnya disebutkan bahwa siswa miskin terdampak parah dalam pemberlakuan pembelajaran.
Hal itu diungkapkan oleh Ekonom Indonesia Arief Anshory Yusuf melalui akun Twitternya @anshory72. Dalam cuitannya dijelaskan jika akibat pembatasan Covid-19, anak keluarga miskin di Indonesia kehilangan lebih banyak kemampuan matematika dan bahasa, dibandingkan siswa keluarga kaya.
Baca Juga : Laba FIF naik 30,2 Persen Jadi Rp 1,96 Triliun di Semester I-2023
"Di Indonesia, akibat COVID, anak keluarga miskin kehilangan kemampuan matematika setara 18 bulan belajar. Sementara anak keluarga kaya hanya 3,5 bulan (WB). Sumber ketimpangan permanen di masa yang akan datang," tulis Anshory, Minggu (30/7/2023).
Lebih lanjut, Anshory mengutip hasil rilis World Bank yang menjelaskan bahwa kehilangan kemampuan matematika tersebut terjadi para siswa kelas 4 di Indonesia. "Di tingkat nasional, para siswa kelas 4 (umum) di Indonesia pada tahun 2023 kehilangan keterampilan matematika mereka setara 11,2 bulan dan keterampilan bahasa setara 10,8 bulan jika dibandingkan dengan para siswa kelas 4 pada th 2019," demikian rilis resmi yang disampaikan situs resmi The World Bank yang dikutip Anshory.
"(Sedangkan dibandingkan) Para siswa yang berasal dari keluarga miskin mengalami tantangan lebih hebat (berat) dengan kehilangan setara 18,1 bulan dan 27,2 bulan pembelajaran matematika dan bahasa, yang berakibat melebarnya ketidaksetaraan hasil belajar," imbuh keterangan rilis resmi The World Bank.
Menurut keterangan dalam rilis resmi The World Bank, berdasarkan survei hasil di atas diketahui bahwa pentingnya mengatasi permasalahan penurunan kemampuan belajar (learning loss).
"Dengan (cara) menstimulasi komitmen politik untuk pemulihan pembelajaran, serta memulai serangkaian tindakan yang didukung sumber daya memadai untuk menyelesaikannya," jelas The World Bank.
Pihak The World Bank juga memberikan rekomendasi kepada Kementerian Pendidikam agar menambah waktu belajar. "Tindakan yang direkomendasikan termasuk menambah waktu belajar, mengajar pada tingkatan yang tepat bagi siswa dan memantau kinerja siswa, serta mengatasi ketidaksetaraan pembelajaran dengan menawarkan bantuan tepat sasaran bagi para siswa kurang mampu ataupun tertinggal," rekomendasi yang disampaikan oleh The World Bank.
Baca Juga : Wagub Emil Imbau Masyarakat Beli LPG 3Kg di Pangkalan Resmi
Cuitan Anshory tersebut pun menuai beragam komentar dari warganet. Tak sedikit warganet yang meminta agar menindaklanjuti hasil survei dari World Bank tersebut.
"Betul. Memperhatikan ke belakang, anak orkay mereka mampu les buat ngejar ketertinggalan. Tapi yg gak mampu harus ngadepin masalah kuota dan pengajar yg sekedar ngasih PR karena kebingungan gimana cara menyampaikan ilmunya secara jarak jauh," @dlh***.
"Di Indonesia, karena uang, banyak diskriminasi terhadap anak2 kurang mampu yang ingin sekolah dengan layak," @temank*****.