JATIMTIMES - Umat Islam tentunya dilarang untuk melakukan dusta, terlebih lagi dusta atas nama Allah SWT. Dusta sendiri merupakan salah satu perbuatan yang tercela dan tidak disukai Allah SWT. Meski begitu, nyatanya masih banyak ditemui manusia yang melakukan dusta, bahkan dengan membawa nama Allah SWT.
Lantas, bagaimana bentuk atau perbuatan dusta atas nama Allah itu?, tahukah kalian para umat muslim ?. Maka dari itu, bagi umat Muslim yang belum memahami tentang bentuk dusta atas nama Allah SWT, simak informasi berikut ini yang diolah dari buku 1001 Siksa Alam Kubur Karya Ust Asan Sani ar Rafif dan dilansir dari IslamPos.
Baca Juga : 10 Nasehat Ali Bin Abi Thalib kepada Putranya tentang Kehidupan
Dari sumber tersebut, terdapat 9 bentuk dusta atas nama Allah SWT.
1. Tanpa dasar atau ilmu yang benar, seseorang berkomentar dan menjawab permasalahan agama, meskipun dalam komentarnya saat itu kebetulan benar.
Dalam Al-Qur'an Surat Al A'raf 33, Allah SWT menjelaskan empat jenis dosa yang jadi penyebab timbulnya semua dosa.
"Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengaharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".
Dalam hal ini, termasuk juga mubah pada hal yang dilarang ataupun sebaliknya. Begitupun mengatakan sesuatu yang wajib menjadi sunah ataupun sebaliknya dan juga mengatakan yang halal menjadi haram dan sebaliknya.
2. Mengaku atau Mengklaim bahwa dirinya pernah didatangi oleh malaikat Jibril. Ini jelas kedustaan atas nama Allah SWT, karena Jibril itu hanya turun mendatangi manusia atas perintah Allah SWT.
3. Mengklaim bahwa dirinya pernah melihat Nabi SAW dalam mimpinya padahal dia sendiri tidak mengetahui bagaiman ciri-ciri fisik Rasulullah SAW. Tentu hal ini menjadi sebuah dusta.
4. Mengklaim atau mengaku bahwa dirinya menerima suatu ajaran baru dari Allah atau Rasul-Nya dalam mimpi.
Baca Juga : Apel Rutin, Kabiro AUPK UIN Malang Sampaikan Pesan Penting Ini untuk Pegawai
5. Meyakini atau berbuat bid’ah dalam agama, baik bid’ah berupa keyakinan, ucapan maupun amalan. Baik dia yang menjadi pencetus bid’ah tersebut maupun dia hanya sekadar ikut-ikutan.
6. Menceritakan atau membenarkan hadis yang lemah sekali atau yang palsu, dengan meyakini bahwa Nabi SAW pernah mengucapkannya.
7. Menceritakan atau menisbatkan suatu hadis dari Nabi SAW padahal dia belum mengetahui keadaan sebenarnya dari hadis tersebut, apakah hadist shahih atau lemah.
8. Beramal dengan hadis yang lemah apalagi yang palsu, baik dalam fadhlail al-a’mal apalagi dalam masalah hukum-hukum.
9. Menyebarkan pemikiran yang menyimpang atau sesat dan lantas mengatas namakan Islam, contohnya menyampaikan bom bunuh diri sebagai jihad.