JATIMTIMES - Kisah menarik datang dari seorang pria yang dulunya menjadi korban perundungan bahkan dibuang karena tidak diinginkan kehadirannya di dunia namun kini malah menjadi seorang jutawan yang sangat amat sukses.
Sosok tersebut adalah Freddie Figgers. Namun, untuk sampai di titik tersebut bukanlah hal yang mudah baginya. Sebab, ia harus berjuang seorang diri untuk bisa diakui oleh seluruh dunia.
Baca Juga : Tahun Baru Islam 1445H: Refleksi Hijrah dan Kemanusiaan
Dilansir dari akun Tiktok @oeihauwmin88, Freddie lahir di Quincy, Florida dan dibuang di sebuah tempat pembuangan beberapa jam setelah dilahirkan. Ia ditemukan oleh orang yang lewat yang kemudian melapor ke polisi. Ia kemudian dirawat di rumah sakit selama dua hari hingga ada pasangan yang mengadopsinya yaitu Nathan dan Betty Figgers yang tinggal di dekat sana.
Saat sudah mulai memasuki Sekolah Dasar (SD), Freddie harus mengalami masa sulit karena ia kerap mengalami perundungan dari teman-temannya yang memanggil dirinya “Anak Tempat Sampah”. Hal itu karena mereka tahu cerita kelahiran Freddie.
Lingkungan desa membuat semua orang tahu dan mengolok-ngolok Freddie. Akhirnya, orang tua angkat Freddie memberi tahu cerita sebenarnya yang saat kecil membuatnya merasa malu.
Pada saat itu, ayah angkat Freddie bekerja di bidang pemeliharaan di Florida State University. Ia kemudian membelikan sebuah komputer Macintosh 1989 yang rusak dari pasar loak seharga $25 dan menaruhnya di meja dapur sehingga anaknya bisa bermain dengan komputer ini dan melupakan masalahnya.
Prediksi ayah Freddie rupanya benar, Freddie tertarik dengan komputer tersebut. Freddie kemudian mulai membongkarnya serta memasang kembali komputer tersebut sampai hidup. Dari komputer itulah, Freddie mulai memiliki ketertarikan dengan dunia teknologi.
Lalu, pada usianya yang ke-13 tahun, ia semakin mahir memperbaiki komputer dan banyak orang di Quincy yang meminta bantuannya untuk memperbaiki komputer mereka.
Kemudian, pada usianya yang memasuki 15 tahun dia memulai perusahaan pertamanya, Figgers Computers, memperbaiki komputer di ruang tamu dan membantu klien untuk memulihkan data melalui server yang ia buat. Ia adalah orang yang penuh inisiatif dan mampu bekerja dengan cepat.
Freddie pada saat itu memutuskan untuk berhenti kuliah. Lalu di usianya yang ke-17 tahun, sudah ada sekitar 150 orang yang menjadi kliennya yang butuh website serta storage untuk menyimpan file.
Baca Juga : Kolaborasi dengan Kodim 0809, Pemkot Kediri Gelar Safari KB dalam Program TMMD KE-117
Selanjutnya, ditahun 2012 Freddie menjual GPS tracker ke sebuah perusahaan rahasia di Kansas dengan harga jual $2,2juta. Tak hanya itu saja, Freddie juga membuat sebuah sepatu dengan tracker ini saat ayahnya terkena Alzheimer. Selain bisa melacak keberadaan ayahnya, ia juga bisa berkomunikasi dengan sepatu tersebut.
Lalu pada tahun 2014, sebelum ayahnya meninggal, Freddie memulai Figgers Communication dari uang yang ia dapat dari sepatu pintar yang dijual. Ia juga menjadi seseorang di balik Figgers Wireless, sebuah perusahaan telekomunikasi yang pada tahun 2017 memiliki nilai $62 juta.
Selain sukses di bidang teknologi, Freddie juga menjadi seorang filantropis yang memiliki beberapa lembaga amal. Selain itu ia juga senang mengkombinasikan teknologi dengan bidang yang lain seperti kesehatan.
Sementara untuk saat ini, Freddie telah menikah dan bahagia, ia bahkan sudah mengetahui siapa ibu kandungnya namun tidak berkeinginan untuk bertemu.
Selain memiliki keluarga yang bahagia, saat ini Freddie juga merupakan CEO Figgers Communication, perusahaan senilai USD 63 juta (Rp 922 miliaran) yang mulai dirintisnya sejak remaja.