JATIMTIMES – Ratusan petani tembakau dan petani sayur kubis di sejumlah wilayah di Kabupaten Jember terancam gagal panen. Padahal, komoditas pertanian itu diharapkan bisa dipanen dua tiga bulan mendatang.
Wilayah yang terancam gagal panen itu antara lain Jenggawah, Ambulu, Wuluhan dan Puger.
Baca Juga : LIRA Malang Raya Desak Bupati Malang Terbitkan Perbup Atur Komite Sekolah
Hal itu tidak lepas dari hujan yang mengguyur Kabupaten Jember dalam dua hari terakhir sejak Kamis (6/7/2023) malam hingga Sabtu (09/7/2023) pagi. Hujan itu telah menyebabkan ribuan hektare lahan tembakau dan kubis terendam banjir yang mencapai lutut kaki orang dewasa.
Malik, warga Tanjungrejo, Wuluhan, Jember, kepada wartawan menyatakan, hujan yang mengguyur selama 2 hari ini di luar dugaan hampir seluruh petani tembakau. Sebab, biasanya Juni hingga Agustus merupakan musim kemarau. Karena itu, pada Juni lalu, seluruh petani tembakau mulai melakukan penanaman.
“Ya mau gimana lagi. Para petani sebelumnya memprediksi kalau sekarang ini musim kemarau. Makanya sejak sebulan lalu sudah mulai melakukan penanaman tembakau. Eh nggak tahunya sekarang malah hujan dua hari dua malam. Banyak lahan tembakau yang terendam,” ujar Malik, Sabtu (9/7/2023).
Malik menambahkan, kondisi seperti saat ini tentu membuat petani tembakau harus gigit jari untuk bisa panen yang akan dimulai satu bulan lagi karena banyak tanaman tembakau yang rusak.
"Ya dibilang rugi ya jelas rugi. Biaya membeli bibit dan penanaman saja, kami sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Apalagi saat ini usia tanam tembakau sudah berumur satu bulan, yang seharusnya bagus-bagusnya pertumbuhan. Tapi kalau sudah begini, ya pupus sudah harapannya. Apalagi mereka yang modal awalnya dari utang. Tentu akan menjadi pukulan berat bagi keluarganya,” ujar Malik.
Baca Juga : Parade Barista Warnai Peringatan Hari Krida Pertanian di Jember
Hal yang sama juga dirasakan petani sayuran kubis. Budi, salah satu petani kubis asal Desa Sumberjo Ambulu, Jember, menyatakan, saat ini dirinya seperti putus asa untuk bisa menikmati hasil panen yang sudah tinggal beberapa minggu saja.
Tanaman kubisnya yang ditanam di lahan yang tidak sampai 1 hektare terendam banjir. Kondisi itu menyebabkan kubis yang sudah mulai tumbuh menjadi busuk dan rusak.
“Gak tahu ini, gimana nasib kami nanti. Apalagi biaya tanam kemarin hasil dari pinjam. Tentu akan kesulitan untuk mengembalikan. Banyak saudara kami yang sekarang sudah pusing tujuh keliling. Mudah-mudahan tidak sampai budrek (stres),” pungkas Budi.