JATIMTIMES - Wakil Wali Kota Surabaya Armuji melakukan sidak ke Puskesmas Dr soetomo. Sebelumntnya dia mendapatkan laporan jika puskesmas untuk stok susu yang ada diharuskan membeli.
Bambang orang tua dari ananda AS yang mengidap SLE, kurang gizi, susah makan dan diagnosa lupus nefritis, sekundum sedang besar , bronkeaktasis, modelate malnutrisi dan stunted mengadu terkait pemberian susu dari puskesmas. Yaitu susu SGM optigrow 1+ dikarena harus beli dan selalu telat.
Baca Juga : Penggiat Wisata di Kabupaten Malang Bisa Dapat Bantuan Pemerintah, Kadisparbud Beberkan Syaratnya
Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menyebutkan berdasarkan keterangan dari pihak puskesmas , keterlambatan diakibatkan pergeseran anggaran.
“ Hal- hal teknis seperti ini perlu diantisipasi lagi supaya dalam pelaksanaannya tidak ada kendala dalam penanganan balita serta pemenuhan gizi balita stunting," kata Armuji.
Dirinya menyebutkan bahwa penanganan Stunting menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Eri Cahyadi - Armuji. Upaya penanganan stunting dilakukan mulai hulu hingga hilir terbukti dapat menekan hingga saat ini tersisa 651 Balita.
“Keterlibatan banyak pihak dan kolaborasi menjadi kunci keberhasilan untuk dapat menekan angka stunting. Oleh karena itu kewajiban kita agar Puskesmas juga dapat melayani dengan optimal," tegas Cak Ji sapaan akrabnya.
Adapun data prevalensi stunting di Kota Surabaya pada tahun 2021 tercatat mencapai 28,9 persen (6.722 balita), di akhir 2022 turun signifikan hingga ke angka 4,8 persen (923 balita). Selanjutnya pada tahun 2023, per 30 Juni 2023, tercatat hanya tersisa 651 balita, termasuk balita yang mengalami penyakit yang sulit disembuhkan.
Baca Juga : Bupati Salwa Arifin Resmikan Musala Al-Ikhlas Milik Kecamatan Tenggarang Bondowoso
Selain itu , ia sangat yakin dengan adanya PKK, KSH, LPMK, tim pendamping keluarga, RT-RW yang saat ini sudah bisa melihat angka stunting di wilayahnya. Maka akan terpacu untuk saling membantu sehingga tercipta guyub rukunnya.