JATIMTIMES - Kampung Budaya Polowijen (KBP) berkomitmen untuk melestarikan tradisi dan budaya. Termasuk di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri 1444 H lalu. Caranya, KBP menggelar tradisi Riyayan Kupatan atau juga akrab dikenal Lebaran Ketupat.
Dalam gelaran tersebut, KBP menggabungkan tradisi Lebaran Ketupat dengan peringatan Hari Tari Sedunia serta dikemas dalam acara bertajuk Riyayan Kupatan dan Kartini Menari.
Baca Juga : KH Abdul Chalim, Satu Lagi Tokoh NU Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Melalui gelaran tersebut, pegiat budaya KBP Isa Wahyudi bersama semua warga berupaya untuk kembali menghidupkan tradisi makan ketupat saat Lebaran. Juga disisipkan pesan untuk saling bermaaf-maafan.
"Tradisi ini kan mulai memudar. Mungkin kalau saling antar ketupat sudah biasa. Ini juga (warga) kita kumpulkan, ketemu lagi saling bermaafan sambil makan bersama," ujar pria yang akrab disapa Ki Demang ini.
Selain itu, dalam tradisi Lebaran Ketupat biasanya juga dilakukan dengan menggantungkan ketupat di rumah-rumah warga. Tepatnya di depan pintunya masing-masing.
Hal tersebut juga sebagai simbol bahwa saat momen Lebaran, pintu untuk saling memaafkan antarmasyarakat juga terbuka lebar. Terutama untuk kembali bersih di hari yang fitri.
"Ini kan di kampung lain sepertinya tidak ada. Jadi, insya Allah kita hidupkan di Kampung Budaya Polowijen. Agar penerus kita tahu, bahwa kita punya tradisi ini," jelas Ki Demang.
Sementara itu, acara tersebut dirangkai dengan penampilan tari yang dibawakan puluhan anak-anak. Penampilan tari ini dilakukan juga untuk memperingati Hari Tari Sedunia. Dan juga sebagai pembuka kegiatan.
Baca Juga : Meriahnya Kirab Tumpeng Ketupat di Kampung Coklat Blitar, Wisatawan Nikmati Gratis 3.000 Ketupat Cokelat
"Ada sekitar tiga puluhan anak, membawakan beberapa tari. Yang jelas, kalau di Kampung Budaya Polowijen, tak ketinggalan Tari Topeng," terang Ki Demang.
Menurut dia, satu hal yang menjadi keunikan dalam gelaran tersebut adalah antusiasme warga yang datang menggunakan pakaian tradisional, seperti kebaya dan batik.
Kegiatan tersebut juga sebagai upaya untuk terus merawat kenusantaraan warga. Terutama kepada generasi penerus yang terus beradu dengan perkembangan zaman.
"Kalau Lebaran, biasanya berkumpul menggunakan baju Lebaran. Ini kita ajak warga pakai baju tradisional. Itu mungkin yang jadi keunikan," pungkas Ki Demang.