JATIMTIMES - Peringatan sekaligus ancaman dikeluarkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk tidak menyerang Amerika Serikat (AS) beserta sekutu-sekutunya. Jika Kim Jong Un nekat meluncurkan serangan nuklir ke AS maupun sekutunya, Biden tak segan-segan untuk menamatkan riwayat Kim Jong Un.
"Serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutu atau partisannya -- mitra -- tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim apa pun yang mengambil tindakan seperti itu," kata Biden dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol.
Baca Juga : Cara Mendapatkan Cuan dari Aplikasi Penghasil Uang Tercepat
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (27/4/2023), berbicara di Gedung Putih setelah pembicaraan selama kunjungan kenegaraan Yoon, kedua pemimpin mengatakan perisai keamanan AS untuk Korea Selatan diperkuat dalam menghadapi rentetan uji coba rudal Korea Utara yang bersenjata nuklir.
Lalu, keduanya menegaskan jika kediktatoran komunis di Korea Utara menyerang Korea Selatan atau Amerika Serikat, maka balasannya adalah serangan nuklir yang menghancurkan.
Yoon kemudian mengatakan, jika prioritasnya ialah perdamaian melalui "keunggulan kekuatan yang luar biasa dan bukan perdamaian palsu berdasarkan niat baik pihak lain."
"Jika terjadi serangan nuklir Korea Utara," katanya, Washington dan Seoul telah sepakat untuk "menanggapi dengan cepat, luar biasa, dan tegas menggunakan kekuatan penuh aliansi termasuk senjata nuklir AS."
Selanjutnya, keduanya yakni Yoon dan Biden merilis dokumen yang disebut Deklarasi Washington. Dokumen itu menguraikan bagaimana selain payung militer AS yang ditingkatkan, Amerika Serikat akan meningkatkan berbagi informasi dengan Korsel.
Baca Juga : Waspada, Beberapa Penyakit Ini Rentan Menyerang Usai Lebaran
Adapun pengaturan tersebut dibuat untuk merespon ketegangan yang terus meningkat atas uji coba rudal dan persenjataan nuklir Korea Utara - mirip dengan langkah terakhir yang terlihat ketika Washington mengawasi pertahanan strategis Eropa melawan Uni Soviet.
"Amerika Serikat belum pernah mengambil langkah-langkah ini sejak puncak Perang Dingin dengan segelintir sekutu terdekat kami di Eropa. Dan kami berusaha untuk memastikan bahwa dengan melakukan prosedur baru ini, langkah-langkah baru ini, bahwa komitmen kami untuk peningkatan pencegahan tidak perlu dipertanyakan lagi," kata seorang pejabat senior AS.