JATIMTIMES - Belakangan ini, nama Brigjen Pol Yehu Wangsajaya tengah menjadi perhatian publik. Bukan karena flexing seperti yang ramai terjadi pada pejabat negara. Namun sebaliknya, sosok jenderal bintang satu ini disoroti lantaran hidup sederhana.
Melansir YouTube Kompas.com, Yehu mengatakan bahwa dirinya lebih suka naik angkutan umum dibandingkan menggunakan mobil pribadi saat berangkat ke kantor.
Baca Juga : Tingkatkan Daya Saing Global, FEB Unisma Serius Genjot Program Internasional
Saat berangkat ke kantor, pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, itu memilih menggunakan angkutan umum, seperti TransJakarta dan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta.
Menurut lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1989 ini, kebiasaan menggunakan transportasi umum ini telah dilakukannya sejak menempuh pendidikan di Jepang dan Amerika Serikat (AS). Dia menilai naik transportasi angkutan umum lebih mudah, cepat, dan tidak terkendala macet.
Selain itu, Yehu juga tak suka mendapatkan pengawalan. Ini sangat berbanding terbalik dengan jenderal bintang satu pada umumnya dalam instansi kepolisian. Bahkan pria berusia 54 tahun itu mengaku tak suka menikmati fasilitas kepolisian.
Meski tak mendapat pengawalan dan sudah 10 tahun naik transportasi umum, Yehu mengaku tak pernah dapat ancaman. Kesederhanaan yang diusung oleh Yehu ini kemudian membuat dirinya menjadi kandidat penerima Hoegeng Awards 2023.
Diketahui, Hoegeng Awards adalah sebuah program yang diselenggarakan untuk mencari sosok anggota polri yang baik dan inspiratif.
Bukan hanya kesederhanaannya, Yehu juga terkenal atas segudang prestasi yang ditorehkannya. Saat ini, jenderal bintang satu tersebut menjabat sebagai analis kebijakan utama bidang jemen Ops Itwasum Polri.
Di awal kariernya menjadi perwira pertama, Yehu sudah berkecimpung di lalu lintas. Sebelum menjabat sebagai analis kebijakan, Yehu pernah menjabat sebagai kasatlantas di Kalimatan Tengah dan Kalimantan Selatan. Bahkan Yehu juga pernah menjadi kasatlantas di Jakarta Pusat.
Selain itu, Yehu juga pernah menjabat sebagai wakasatlantas di Medan. Di sanalah, muncul ide Yehu untuk membangun sistem komputerisasi. Ide tersebut kemudian ia ajukan kepada atasannya dan mendapatkan persetujuan lalu diresmikan.
Awalnya, Yehu mendapatkan keluhan dari salah seorang mahasiswa yang melakukan ujian teori SIM dan tidak pernah lulus ujian. Hal itulah hal yang melatarbelakangi Yehu untuk menciptakan aplikasian komputerisasi untuk ujian teori SIM pertama di Indonesia.
Baca Juga : Peluang Baru untuk Dapatkan Penghasilan Tambahan, AMITRA Beri Peluang Individu Jadi Rekanan Ikhtisar
Usai sistem ujian SIM berbasis komputer tersebut berhasil, Yehu kemudian ditarik ke Mabes Polri. Tugasnya untuk membantu membangun aplikasi Riwayat Hidup Personel Polri atau RHPP pada 2011.
Bukan asal-asalan. Keahlian Yehu di bidang teknologi ditekuni saat dirinya menempuh pendidikan di bidang ilmu komputer hingga memperoleh gelar magister, 2006 lalu.
Tak hanya itu. Saat Yehu menjabat sebagai wakapolrestabes di Manado, dia juga pernah menciptakan quick response.
Inisiasi quick response itu bermula saat Yehu dan kapoltabes diminta oleh Kapolda Sulut saat itu, Bekto Suprapto, untuk membuat quick response. Yehu ditantang dengan 10 sepeda motor yang nantinya akan digunakan untuk patroli dan mendatangi masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Kemudian Yehu dan kapoltabes membentuk tim patroli yang bisa merespons dengan cepat kebutuhan masyarakat. Dia mengklaim quick response mereka saat itu bisa mendatangi TKP hanya dalam waktu 10 menit saja.
Usai membuat quick response, Yehu berhasil memecahkan rekor saat bertugas sebagai wakapolrestabes Manado tahun 2006-2007. Dia bahkan pernah diundang ke Korea Selatan karena berhasil menciptakan panic button.