JATIMTIMES - Sejumlah Umat Hindu di Sidoarjo melaksanakan prosesi upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Jala Siddhi Amertha, Juanda. Umat Hindu dari berbagai wilayah di kota delta ini juga mengikuti kirab ogoh-ogoh.
Tawur Agung merupakan symbol ritual penyucian alam semesta, upacara tersebut merupakan rangkaian dari menjelang perayaan Hari Raya Nyepi. Tawur Agung Kesanga merupakan wujud keselarasan antar umat manusia dengan alam. Ritual ini juga mengharmoniskan alam semesta beserta isinya. Upacara tersebut digelar dengan ritual Tawur atau Pecaruan.
Baca Juga : PII Indonesia Turun Jadi 19,1 Persen dari PDB, Mengapa?
“Umat Hindu melaksanakan ibadah bersembahyang bersama, memohon kepada Tuhan yang Maha Esa agar seluruh alam semesta beserta isinya mencapai keselarasan, keharmonisan, kedamaian dan kesejahteraan,” ungkap Siddhi Amertha Wasudewa Bhattacarya, Selasa (21/03/2023).
Menurut Wasudewa, dalam agama Hindu, ogoh-ogoh disebut sebagai Bhuta Kala. Makna dari Bhuta Kala sendiri adalah hal negatif yang harus dihilangkan dari dalam diri manusia dan alam semesta yang disimbolkan dengan membakar dan menghanguskannya.
“Besok adalah Hari suci Nyepi, agar pelaksanaan Nyepi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, kami tidak melakukan ritual ataupun aktivitas yang menimbulkan kegaduhan atau suara (hanya berdiam diri di rumah selama 24 jam),” jelasnya.
Wasudewa menambahkan, umat Hindu tak akan melakukan aktivitas keluar rumah, tak bekerja, tak bepergian dan tak bersenang-senang atau mengumbar nafsu dunia. “Tujuannya agar kita bisa introspeksi diri, sehingga bisa berbuat lebih baik lagi di setiap tahunnya,” imbuhnya.
Usai upacara Tawur Agung Kesanga, umat Hindu di pura juga melakukan kirab ogoh-ogoh di sekitaran pura. Tujuannya untuk mengusir energi-energi negatif yang ada di alam semesta, dunia dan tubuh manusia. Ogoh-ogoh yang berwujud seram tersebut merupakan simbol negative yang perlu di hilangkan atau dimusnahkan dengan cara dibakar.
Baca Juga : Penyatuan 7 Sumber Mata Air untuk Prosesi Hari Jadi Kabupaten Kediri Ke-1219
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor berharap, Umat Hindu Sidoarjo dapat menjalankan Nyepi dengan nyaman seperti saat berada di Bali. Sebab Sidoarjo merupakan rumah yang nyaman bagi semua agama. Gus Muhdlor memastikan tak akan ada pelarangan peribadatan di Sidoarjo.
Gus Muhdlor, menyebutkan jika eksistensi seluruh agama di Sidoarjo tetap diakui dan memiliki peran yang konstruktif. Salah satunya melalui FKUB. “Kota Delta menjadi percontohan, bahwa kota toleransi adalah Sidoarjo,” pungkasnya.