JATIMTIMES -Warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin Jawa Timur patut berbangga karena banyak pengarang kitab dari kawasan ini. Sejumlah mahakarya ulama tersebut memperkaya khazanah pengetahuan keagamaan yang memiliki spektrum demikian luas hingga manca negara.
Sebagai apresiasi atas capaian tersebut, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur memberikan anugerah kepada 9 mahakarya ulama yang dilaksanakan di Pesantren Lirboyo, Kota Kediri
Baca Juga : LTNU Jabar Bedah Buku Tarawih 20 Rakaat Perspektif Ahli Hadis, Fuqoha dan Sufi
Berikut sejumlah ulama pengarang kitab yang mendapatkan penghargaan tersebut. Resepsi penganugerahan akan diberikan saat puncak PWNU Jatim Award di aula Muktamar Pesantren Lirboyo.
1. Syaikhona Kholil Bangkalan
Mahaguru ulama Nusantara dan episentrum keilmuan Islam pada paruh akhir abad ke-19 Masehi. Ia juga merupakan guru utama dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, muassis atau pendiri Nahdlatul Ulama.
Lahir pada malam Kamis, 9 Safar 1252 Hijriah di Bangkalan Madura. Wafat pada tanggal 29 Ramadan 1343 Hijriah bertepatan dengan 1925 Masehi
Syaikhona melahirkan banyak karya intelektual, antara lain: Al-Matn al-Syarif al-Mulaqqab bi Fath al-Latif, Ratib Syaikhona Kholil, Syarh ‘ala Alfiyyah Ibn Malik, Syarh ‘ala Matn Al-Ajrumiyyah, Syarh ‘ala Matn al-‘Izzy, Isti’dat al-Maut, al-Mukhtashar fi Awzan Al-‘Arudl, dan Tafsir Al-Khalil.
2. Kiai Hasan Genggong
Lahir di Desa Sentong Kecamatan Krejengan Probolinggo pada tanggal 23 Agustus 27 Rajab 1259 H atau 1843 M, beliau adalah satu dari sekian banyak santri Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan yang menjadi tokoh penting di balik lahirnya Nahdlatul Ulama.
Kiai Hasan Sepuh Genggong tidak hanya menghabiskan waktu dengan mendidik para santri, tapi juga menulis beberapa karya kitab sebagai bekal ilmu bagi para santrinya. Di antaranya adalah: Aqidatul Tauhid fi Ilmu Tauhid, Nadlam Safienah Fil Fiqhi, dan Asy Syi’ru bil Lughatil Manduriyyah.
Kiai Hasan Genggong wafat pada tanggal 11 Syawal 1374 hijriyah bertepatan dengan 1 juni 1955 masehi. Ia disemayamkan di Genggong Probolinggo.
3. Syekh Mahfudz Tremas
Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan bin Dipomenggolo, lahir pada tanggal 12 Jumadil Ula 1285 Hijriah di desa Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Beliau wafat di Makkah pada tahun 1920 M dan dimakamkan di pekuburan Ma’la.
Beberapa karya tulis yang dihasilkan yakni: As-Siqayatul Mardhiyah, Mauhibah Dzil Fadhli , Kifayatul Mustafid Lima ala Minal Asanid, Manhaj Awin Nazhar fi Syarhi Manzhumati ‘Ilmil Atsar, Nailul Ma’mul Syarah Lubb al-Ushul dan lain-lain.
4. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari
Lahir di Tambak Rejo, Jombang pada 14 Februari 1871 Masehi. Beberapa gurunya adalah Syekh Nawawi Banten, Syaikhona Kholil Bangkalan, dan Syekh Mahfudz Tremas. Syekh Ahmad Amin al-‘Atthar, Syekh Said Yamani, Sayyid Husain al-Habsyi, dan Sayyid Bakri Syatha.
Hadratussyaikh wafat pada 25 Juli 1947 bertepatan dengan 7 Ramadan 1366 Hijriah. Ia disemayamkan di komplek pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Karya tulis di antaranya adalah: At-Tibyan di An-Nahyi ‘an Muqatha’ati al-Arham, At-Tanbihat al-Wajibat, An-Nur al-Mubin fi Mahabbat Sayyid al-Mursalin, Risalah Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah, termasuk Qanun al-Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama
5. KH Ma’shum bin Ali
KH Ma’shum Ali lahir pada tahun 1305 H atau bertepatan pada tahun 1887 M, di Desa Maskumambang, Kabupaten Gresik. Dikenal sebagai pengarang kitab Amstilah al-Tashrifiyyah, kitab dalam bidang ilmu sharaf. Wafat pada tangal 24 Ramadhan 1351 Hijriah bertepatan dengan 8 Januari 1933 Masehi.
Adapun karya-karyanya adalah: Al-Amtsilah al-Tashrifiyyah, Fath al-Qadir, Al-Durus al-Falakiyah, juga Badi’at al-Mitsal.
6. Kiai Achmad Qusyairi Shiddiq
Kiai Achmad Qusyairi, lahir di Dukuh Sumbergirang, Lasem Rembang Jawa Tengah pada 11 Sya’ban 1311 Hijriah bertepatan pada 17 Februari 1894 Masehi. Wafat pada hari Selasa tanggal 22 Syawal 1392 Hijriah bertepatan pada tanggal 28 November 1972 Masehi.
Kiai Achmad Qusyairi menjadi salah satu ulama Nusantara yang produktif dalam melahirkan warisan peradaban Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa karyanya yang dinilai fenomenal. Di antaranya: Tanwir al-Hija Nazhmu Safinah al-Naja, Ar-Risalah al-Lasimiyah fi Adab al-Akli wa al-Syarb, Izhar al-Bisyarah, dan Al-Wasilah al-Hariyyah (kumpulan shalawat Nabi).
7. Syaikh Ihsan Jampes
Lahir di Kediri, Jawa Timur tepatnya di Kampung Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri pada tahun 1901 Masehi dan wafat 16 September 1952 Masehi.
Syeikh Ihsan Jampes merupakan ulama produktif dengan menghasilkan beberapa karya intelektual keagamaan seperti bidang ilmu tasawuf, fiqih hingga astronomi. Di antara kitab yang telah ditulis ialah: Tashrih al-Ibarat, Siraj al-Thalibin, Manahij al-Amdad, dan Irsyad al-Ikhwan fi Syurbati Al-Qahwati wa al-Dukhan.
8. Syaikh Umar Baraja
Lahir pada 10 Jumadil akhir 1331 H bertepatan dengan 17 Mei 1913 M di Kampung Ampel Maghfur. Syaikh Umar menempuh pendidikan di Madrasah Al-Khairiyah di Kampung Ampel, Surabaya yang didirikan dan dibina oleh Al-Habib al-Imam Muhammad bin Achmad al-Muhdhar pada tahun 1895. Wafat pada hari Sabtu malam tanggal 16 Rabiuts Tsani 1411 H / 3 November 1990 M pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya dalam usia 77 tahun.
Secara tidak langsung Syaikh Umar Baraja ikut mengukir akhlak santri di Indonesia terutama dengan kitab Akhlaq lil Banin dan Akhlak lil Banat. Buku-buku tersebut pernah dicetak di Kairo Mesir, pada tahun 1969 atas biaya Syeikh Siraj Ka’ki, dermawan Mekkah, yang dibagikan secara cuma-cuma ke sejumlah negara Islam. Selain itu ia memiliki beberapa karya lain di antaranya: Sullam Fiqih, Kitab 17 Jauharah, dan Kitab Ad’iyah Ramadhan
9. KH Abul Fadhol Senori
Lahir pada tahun 1917 M. Kiai Abul Fadhol berkontribusi melahirkan tokoh ulama besar yang menjadi penerus sanad keilmuan Nahdlatul Ulama. Wafat pada tanggal 1989 dan di antara kitab karyanya adalah: Kitab Tafsir al-Ayat al-Ahkam, Kitab Kawakibu al-Lama’ah, Kitab Kasyf Tabarihfi Bayan Salat al-Tarawih, Kitab Tashil al-Masalik, serta Kitab Ahla al-Musamarah fi Hikayat al-Auliya’ al-Asyrah.
Terpisah putra dari KH Abul Fadhol Senori, KH Abul Mafaqir mengatakan bahwa, pihak keluarga sangat mengapresiasi atas penghargaan yang diberikan oleh PWNU Jatim.
Baca Juga : Di Tuban 8 Pasangan Terjaring Razia, Rata Rata Berstatus Mahasiswa
"Keluarga berterima kasih atas penghargaan tersebut. Kebetulan kami dan cucu dari bapak (Alm.Abul Fadhol) hari Sabtu kemarin yang langsung hadir dan menerima penghargaan tersebut,"jelasnya
Diketahui, Alharhum Kiayi Abul Fadhol merupakan salah satu ulama yang mempunyai kapasitas mengarang kitab dengan gaya bahasa Arab serta dikenal tingkat kealimannya dikalangan ulama pada hidupnya. Ditambahkan oleh Gus Kir pangilan akrab Abul Mafaqir yang tinggal di Senori itu, Kiayi Fadhol sering berdiskusi dengan Pendiri NU, Kiayi Hasyim Asy'ari. Sebab itu,tak jarang banyak ulama Nusantara lain seperti Kiayi Sahal Mahfudz, Almarhum Kiayi Maimoen Zuber, Almarhum Kiayi Faqih Langitan, Almarhum Kiayi Hasyim Muzadi, Kiayi Dimyati Rois dan Kiayi lainnya. Pernah mengngaji kitab klasik kepada beliau Mbah Fahdhol.(*)