JATIMTIMES – Salah satu dosen Teknik Kimia Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang Dr. Zuhdi Ma’sum dan dua mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur melakukan proses ekstraksi terhadap biji kemiri, Senin (12/3/2023).
Dr. Zuhdi Ma’sum mengungkapkan, proses ekstraksi tersebut dilakukan guna meningkatkan nilai jual akan biji kemiri di NTT yang tergolong masih rendah. “Kebetulan kemarin ada mahasiswa dari Timur yang mengatakan, di daerah kami banyak kemiri yang diolah. Selama ini pengolahannya masih sederhana. Jadi di pres apabila musim panen, sangat melimpah serta tidak dimanfaatkan. Mereka juga biasanya jual gelondongan sebagai bahan baku,” ungkapnya.
Baca Juga : Di Ajang YISF 2023, Dua Mahasiswa Sastra Inggris UIN Maliki Malang Sabet Medali Perak
“Akhirnya kita menyarankan bagaimana kalau ditingkatkan. Karena mereka mahasiswa kimia, kita coba ekstraksi secara kimia. Harapannya kita memiliki kemurnian. Ini untuk meningkatkan nilai jualnya. Secara umum dijual mungkin kadar komponen bahan aktifnya rendah, tetapi kalau ekstraksi bahan kimia tertentu, kadarnya jadi lebih tinggi dan meningkatkan nilai jual,” tuturnya.
Penelitian terhadap biji kemiri dilakukan selama 4 bulan, guna menguji kadar zat pada kemiri. Jikalau diekstraksi kadarnya lebih tinggi dari pengolahan biasa, maka penelitiannya berhasil.
“Penelitiannya sekitar 4 bulan dari akhir tahun 2022 sampai sekarang. Kemarin saya minta coba uji kadar bahan aktif, kalau kita ekstra kadar zat aktifnya lebih tinggi dari pengolahan biasa, maka berhasil dan untuk hasilnya masih tunggu selama 1 bulan,” ujar Zuhdi.
Kepala Biro Kemahasiswaan itu juga menyampaikan, hasil dari penelitian tersebut secara akademis akan dipublikasikan dalam bentuk jurnal. Kemudian, untuk kedua mahasiswa akan membawa hasil penelitian kemiri tersebut kembali ke daerah mereka.
“Hasil dari penelitiannya secara akademisi kita akan publikasikan dalam bentuk jurnal. Tetapi tapi bagi mereka sendiri, akan membawa pulang dan meningkatkan nilai jual. Mungkin selama ini kemiri gelondongan bisa dinaikkan harganya kalau di di ekstra, kalau di presing mungkin harga minyaknya lebih rendah karena masih ada komponen lain,” ujarnya.
Baca Juga : Wahyu Kenzo Ditangkap, Member ATG Curhat
Zuhdi juga mengatakan, sebelumnya mereka melakukan penelitian dan ekstraksi pada daun Serai. Di mana daun serai dapur, diambil minyaknya dan dijadikan sabun yang kemudian dijual dengan harga yang tinggi.
“Kalau dulu kita bergeraknya di serai dapur. Kita ekstraksi dulu, terus minyaknya kita jadikan sabun dan dijual. Satu tetes minyak serai bisa untuk 100 biji sabun nilai jualnya naik. Biasanya yang diambil dari serai pohonnya saja dan daunnya dibuang. Nah, justru daunnya itu yang kita ekstra dan ambil minyaknya. Kemarin waktu covid itu diambil oleh salah satu dosen di sini, dipakai untuk hand sanitizer,” katanya.