JATIMTIMES - Aktivitas Komunitas Indonesia Graveyeard ini sungguh tidak umum. Bagaimana tidak, mereka sukanya keluyuran dari makam ke makam.
Bermula dari kesenangan Ruri Hargiyono dan Deni Priya Prasetia membaca aksara Tionghoa di nisan makam, akhirnya terbentuklah Komunitas Indonesia Graveyeard.
Baca Juga : Raker, Forkom Jurnalis Nahdliyin Tegaskan sebagai Gerakan Intelektual Pers
Mulanya Deni dan Ruri pergi mengunjungi makan Tanah Cepe di Tangerang pada Januari Tahun 2017. Ruri dan Deni selalu memotret gambar dari kuburan tua yang diyakini memiliki filosofi dan sejarah dan setelah melakukan ziarah tersebut Ruri dan Deni selalu mengupload foto makan ke instagram masing-masing. Namun pada saat itu Ruri dan Deni di masing-masing akun instagramnya terdapat komentar pengikut yang merasa tidak nyaman dan protes “ Ngapain sih posting-posting foto-foto begituan? Timeline gue isinya foto-foto kuburan semua.”
Baik Ruri maupun Deni sadar telah membuat pengikut instagramnya tidak nyaman, akhirnya di tahun 2017 mereka membuat akun instagram baru khusus untuk memposting foto-foto kuburan. Tapi tidak disangka postingan di instagram barunya mendapatkan respons baik dari beberapa orang sehingga membuat Ruri untuk membentuk Komunitas Indonesia Graveyeard ini.
Sehingga tahun 2017 dibentuklah Komunitas Indonesia Graveyard dengan Ruri Hargiyono selaku pendiri Indonesia Graveyard. Komunitas Indonesia Grayeard yang beranggotakan orang-orang dengan hobi ziarah makam dengan jumlah 5 orang yang akan menjadwalkan untuk ziarah ke makam-makam tiap dua pekan sekali dengan tujuan untuk menggali sejarah filosofi dari kuburan yang didatangi.
Dari laman Instagram Komunitas Graveyard sendiri banyak postingan tentang kuburan seperti yang didatangi oleh Ruri dan Ika bahwa salah satu makam di Silpi Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat yang dapat mereka ketahui dari nisannya bahwa makam tersebut milik warga Negara Kroasia.
Kemudian di Mausoleum yang menjadi makam megah satu-satunya di Jakarta yang dibangun pada tahun 1902-an, dan setelah dicari tahu bahwa marmer yang digunakan tersebut langsung didatangkan dari Italia sebagai bentuk bakti cinta sang istri terhadap mendiang suaminya.
Salah satu anggota dari Komunitas Indonesia Graveyard yang bernama Ika mengatakan “ Banyak ilmu baru yang kita gak dapet di sekolah atau buku justru kita dapet ilmunya dengan langsung observasi ke makan itu dan bertemu narasumber yang setiap harinya di situ, bahkan dapat bertemu dengan keturunannya.".
Dari laman instagram Komunitas Graveyard juga banyak menang-share makam-makam para radja, prajurit, pahlawan yang sudah gugur salah satunya postingan di hari kamis (19/01/2023) tentang makam Radja Boerhannoedin yang merupakan keturunan dari yang Dipertuan Pagaruyung, Sultan Alam Baghadar Shah yang diasingkan ke Betawi atas tuduhan pengkhianatan.
Dari postingan ini banyak komentar saling sharing tentang sejarah makam tersebut bahkan juga ada yang tidak tahu seperti komentar pada akun instagram iqrahrp “ Wahh ternyata karena ada darah keturunan yang di Pertuankan Pagaruyung, makanya kedatangan dan perkataan beliau cukup disambut sama raja-raja di Labuhanbatu. Jadi menarik nih untuk mengetahui sepak terjang beliau sebelum tahun 1864.”
Tidak hanya berkunjung dan mencari informasi saja, Komunitas Indonesia Graveyard ini juga berupaya untuk bersih-bersih makam yang tertimbun rumput atau tidak terurus.
Baca Juga : Pandemi Covid-19, Masyarakat Lebih Gemar Bermedsos Ketimbang Sekolah Daring
Seperti saat mendatangi makam Souw Beng Kong di Jakarta Pusat merupakan sosok yang ditengarai berimigrasi dari China pada abad ke 17 tersebut merupakan pemimpin Tionghoa pertama di kawasan tersebut.
Menurut Ruri kondisinya sangat mengenaskan di sebelahnya ada toilet umum, di atasnya terdapat tali jemuran dan biasanya saat musim hujam tergenang banjir.
Dari laman web jernih.co Deni Priya mengatakan bahwa kuburan paling menarik berada di Pemakaman Jeruk Purut. Di situ terdapat makam pencipta logo Pramuka. Nisannya berbentuk tunas kelapa gitu. Ada juga yang bentuknya seperti pahatan Dayak. "Yang unik ini makam orang Yahudi di Silpi, Petamburan, Tanah Abang, pakai bahasa ibrani.”.
Sangat menarik bukan Komunitas Indonesia Graveyeard ini yang belajar sejarahnya lewat makam-makam orang yang sudah gugur karena diyakini anggota dari komunitas ini lebih mendapat informasi yang tidak didapatkan dari buku. Nah..untuk reader apakah kalian tertarik juga untuk belajar sejarah melalui makam??. Kalau tertarik langsung kepoin akun instagram @indonesia_graveyard.