JATIMTIMES - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar International Visiting Professor dari luar negeri dengan menghadirkan Assoc Prof Zulnadi Yacoob dari Universiti Sain Malaysia (USM).
Visiting Professor ini dilaksanakan beberapa waktu lalu dengan berbagai rangkaian kegiatan akademik yang berwawasan global di bidang ekonomi, manajemen, bisnis dan akuntansi.
Baca Juga : Pemerintah Bakal Beri Subsidi Pembelian Motor Listrik Rp 7 Juta Per Unit
Pembahasan dalam International Visiting Professor dengan narasumber Assoc Prof Zulnadi Yacoob ini, adalah Guest Lecture bagi mahasiswa yang mengupas tentang Comprehending the Emerging Issues on MSME's in Malaysia and Indonesia after Covid-19 Pandemic.
Dekan FEB Unisma, Nur Diana SE, MSi dalam openingnya menyampaikan, apresiasi atas kehadiran expert di bidang entrepneurship dan accounting yang telah banyak malang melintang dalam melakukan riset kolaborasi dengan dosen di berbagai perguruan tinggi. Dan dalam waktu dekat, akan dikolaborasikan periset dari FEB Unisma dengan USM, Malaysia.
Sejalan dengan pembahasan, pasca pandemi telah mengubah berbagai perilaku bagi pelaku bisnis terutama di industri UKM. Ini sangat menarik jika dikembangkan menjadi riset kolaborasi tentang isu UKM di Indonesia dengan negara lain sehingga dapat menciptakan pengembangan khasanah penelitian.
"Untuk itulah kita harus jeli dan memahami pentingnya isu-isu global maupun peluang serta tantangan yang melanda pelaku bisnis UKM sebagai garda terdepan dalam menopang perekonomian negara," tuturnya.
Sementara itu dalam paparannya Assoc Prof Zulnaidi Yacoob, A,M yang membahas kondisi UMKM saat kondisi Covid-19. Selain itu, ia juga memaparkan langkah-langkah untuk menghadapi serta mengambil opportunity dari krisis agar bisa bertumbuh.
Beberapa poin penting yang disampaikan adalah, menurunnya permintaan pasar karena lockdown dan pembatasan sosial lainnya yang diberlakukan di banyak negara, konsumen mengurangi pengeluaran mereka dan membatasi belanja hanya pada barang-barang esensial. Ini berarti banyak UMKM mengalami penurunan permintaan pasar, terutama yang bergerak di sektor-sektor non-esensial.
Menurutnya pada masa pandemi juga terjadi gangguan rantai pasokan dimana banyak UMKM bergantung pada impor bahan baku dari negara lain. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dan tak dapat beroperasi secara normal.
Lebih lanjut ia menjelaskan, mengatasi tantangan ini, UMKM dapat mencari solusi kreatif seperti memperluas pasar melalui penjualan online, menemukan sumber daya bahan baku alternatif, menjaga hubungan baik dengan mitra bisnis, dan mempertahankan kesehatan keuangan dengan berbagai strategi manajemen risiko.
Baca Juga : Tak Perlu Harap Simpati Masyarakat, 352 Petugas Kebersihan Diapresiasi Bupati Tuban
Selain itu, dukungan dari pemerintah dan lembaga keuangan dapat membantu UMKM bertahan selama pandemi COVID-19. "Adanya dukungan dari pemerintah bisa membantu sustainability bisnis dan membantu kestabilan ekonomi," pungkasnya.