JATIMTIMES - Usai terjadi insiden pesawat Susi Air dibakar pada Selasa (7/2) oleh Kelompok Kriminal Bersenjata, warga Distrik Paro, Nduga Papua mengungsi.
Hingga saat ini, menurut Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen M. Saleh Mustafa, Distrik Paro tak lagi dihuni oleh warga.
Baca Juga : Viral, Ada CCTV di Ruang Ganti, Kok Bisa?
"Paro sudah kosong masyarakatnya," kata Saleh, seperti dikutip CNNIndonesia.com, Selasa (14/2).
Kodam juga merinci proses evakuasi yang dilakukan sejak Rabu (8/2). Termasuk 15 pekerja pembangunan Puskesmas di Distrik Paro yang telah dievakuasi ke Distrik Kenyam, Nduga.
Kemudian pada Jumat (10/2), tim gabungan TNI Polri juga mengevakuasi 25 warga menggunakan helikopter. Lalu pada Sabtu (11/2) setidaknya 33 warga juga dievakuasi. Mereka dievakuasi usai berjalan melintasi hutan.
Lantas pada Senin (13/2), sejumlah 167 warga juga telah dievakuasi. Ratusan warga itu berjalan selama lima hari dari Distrik Paro ke arah Kenyam, melalui Quari Atas.
"Setibanya di Quari Atas, kemudian Satgas Satuan Organik Korem 172/PWY Yonif R 514/SY membawa para pengungsi tersebut dengan menggunakan 2 unit truk NPS, 1 unit mobil Hiluxmilik Satuan Organik Korem 172/PWY Yonif R 514/SY dan 3 unit Truk sipil dan 1 unit mobil Hilux," ungkap Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman.
Meski distrik Paro sudah kosong, namun nasib pilot Susi Air yang dibakar juga urung ditemukan.
Sebelumnya diberitakan, Pihak TPNPB-OPM memberikan pernyataan sekaligus syarat untuk melepaskan pilot yang tengah disandera itu. Menurut juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom, pihaknya tidak akan melepaskan pilot, kecuali Papua Merdeka diakui.
Baca Juga : Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad Minta Sinergitas Lansia dengan Kaum Muda Diperkuat
"Kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tidak akan pernah kasih kembali atau kasih lepas pilot yang kami sandera ini, kecuali NKRI mengakui dan lepaskan kami dari negara kolonial Indonesia (Papua merdeka)," ujar Sebby.
Di sisi lain, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membantah pilot Susi Air disandera. Menurut Yudo, Kapten Philips menyelamatkan diri setelah pesawatnya dibakar oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Karena dari awal kita enggak ada saksinya di situ, saat dibakar kemudian dia (pilot) larinya kemana, lari sendiri atau dibawa, ini sampai sekarang belum ada info, makanya saya juga belum bisa menentukan itu ditahan atau tidak oleh KKB," kata Yudo saat itu.
Baru-baru ini, Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen TNI J.O Sembiring menduga pilot WNA itu masih hidup bersama KKB.
"Diperkirakan pilot Mehrtens saat ini masih ada bersama KKB dan untuk memastikannya aparat keamanan masih terus melakukan penyelidikan," ujar Brigjen Sembiring.